Namun endemi terparah terpantau di 3 kecamatan, yakni Srengat, Wlingi dan Talun. Dengan jumlah penderita masing-masing di Kecamatan Srengat, 91 penderita, Kecamatan Wlingi 61 penderita, Kecamatan Talun 51 penderita.
"Karena penyakit itu mudah dan cepat menular, jumlah kemungkinan bertambah banyak. Jumlah penderita sebanyak itu berdasarkan laporan dari puskemas. Belum termasuk penderita yang dirawat jalan, mereka tak dilaporkan," kata Kabid P2MK (Pengendalian Penyakit dan Masalah Kesehatan), Dinas Kesehatan (Dinkes) Kabupaten Blitar, dr Christine Indrawati, Selasa (31/5/2016).
Menurutnya, para penderita sebanyak itu sampai kini baru dirawat di puskemas. Sebab, penyakit jenis ini tidak membahayakan dan akan sembuh dengan sendirinya dalam waktu 7 hari. Itu dengan cacatan, asal daya tahan tubuh anaknya bagus atau tidak menurun. Konsumsi makanan bergizi tinggi dengan menjaga kebersihan.
"Namun, kebanyakan penderita penyakit ini susah makan karena mulutnya sariawan, jadi terasa perih jika kemasukan makanan atau air sehingga menyebabnya stamina anaknya mudah ngedrop," ujarnya.
Karena itu, papar dia, bila sampai 7 hari, si penderitanya belum sembuh, sebaiknya segera dibawa ke dokter. Sebab, bisa jadi anak itu mengalami dehidrasi karena enggan makan atau minum selama terkena penyakit tersebut.
Diharapkan masyarakat juga mengenali gejala munculnya penyakit ini. Di antaranya, demam tinggi, nyeri persendian dan munculnya bintik merah bernanah bening. Bercak berair itu hampir sama dengan penyakit cacar air. Namun bedanya, kalau cacar air itu bercaknya memenuhi sekujur tubuh. Tapi kalau Flu Singapura itu hanya terdapat pada bagian tertentu, seperti di telapak tangan, telapak kaki dan mulut.
"Imbasnya, itu membuat penderitanya lemas dan enggan bergerak karena tubuhnya terasa nyeri semua," paparnya. (fat/fat)
Hoegeng Awards 2025
Baca kisah inspiratif kandidat polisi teladan di sini