Melalui gelaran Banyuwangi Underwater Fetival, tak hanya melakukan penyelaman di Selat Bali, puluhan nelayan pahlawan konservasi laut itu membungkus pertobatan dengan monitoring flora dan fauna bawah laut.
"56 Orang dari seluruh nelayan yang merupakan mantan pengebom ini melakukan pertobatan massal. Selama 28 jam mereka menyelam. Mereka juga monitoring, jenis-jenis ikan, karang dan catatannya diberikan ke petugas MURI dan Kelautan," ujar Shandi Sumarsono, Humas Bangsring Underwater (Bunder) ketika dijumpai detikcom di Rumah Apung Bunder, Sabtu (21/5/2016).
Usai melakukan upacara pengibaran bendera di bawah laut, 58 nelayan tersebut satu persatu melakukan penyelaman di perairan Selat Bali. Yang pertama kali melakukan penyelaman di Perairan Selat Bali ialah pengelola Bunder, Ikhwan Arief. Menurut Shandi, masing-masing nelayan diberi waktu sekitar 30 menit untuk menyelam di kedalaman 8 hingga 12 meter. Melalui kegiatan ini, para nelayan Bunder ingin menularkan virus semangat konservasi.
"Kami ingin membagi virus agar nelayan melakukan konservasi. Karena dengan konservasi laut, menanam terumbu karang maka populasi bawah laut akan kembali dan ikan akan kembali punya rumah-rumah baru," imbuh Shandi.
Festival ini akan dipusatkan di obyek wisata Zona Perlindungan Bersama (ZPB) Rumah Apung, Pantai Bangsring, Kecamatan Wongsorejo. Zona Perlindungan Bersama (ZPB) Bangsring, sendiri terletak di wilayah laut Bangsring di selat Bali seluas 15 hektar. Laut Bangsring memiliki gugusan karang indah yang menjadi tempat bersembunyi bagi ribuan ikan hias yang menggemaskan.
Bangsring Underwater selama empat tahun terakhir ini telah menjelma menjadi salah satu obyek wisata favorit di Banyuwangi. Bangsring Underwater berada di Dusun Krajan, Desa Bangsring, Kecamatan Wongsorejo yang berjarak sekitar 27 Km dari Kota Banyuwangi menuju utara.
Di lokasi wisata ini, wisatawan bisa menikmati wisata bahari seperti berenang bersama anak ikan hiu di keramba rumah apung, serta memberi makan ikan laut liar yang ada di Selat Bali. Selain itu, wisatawan bisa juga diving dan snorkeling di sekitar keramba hingga ke Pulau Tabuhan yang terkenal dengan pasir pantainya yang putih.
Saat snorkeling, wisatawan bisa menikmati eksotisme pemandangan bawah laut yang dipenuhi dengan terumbu karang, koloni soft coral dan aneka ikan hias. Bukan hanya mempromosikan wisata, festival ini sekaligus sebagai kampanye konservasi ekosistem laut. Laut dikelola agar memberikan manfaat secara ekonomis bagi nelayan sekaligus menjaga kelestarian ekosistem didalamnya.
"Semangat perubahan dari masyarakat pesisir ini yang pionir dan virus positif untuk ditularkan. Bangsring menjadi model pengelolaan laut oleh nelayan yang seimbang antara ekploitasi dan upaya menjaga keberlanjutan populasi perikanannya. Bahkan nelayan Bangsring juga mampu mengemas ekosistem itu menjadi sebuah daya tarik wisata yang luar biasa. Lewat Festival ini kami berharap apa yang dilakukan nelayan Bangsring bisa menular ke nelayan lain di Banyuwangi" ujar Anas.
Di sela-sela pemecahan rekor MURI, acara dilanjutkan dengan simbolis penanaman 1.000 terumbu karang tranplantasi di Pantai Bangsring. Penanaman ini juga dilakukan secara serentak di wilayah pantai 9 kecamatan di Banyuwangi dengan jumlah mencapai 5000 terumbu karang.
Dalam festival itu, juga ada kegiatan Marine Education bagi 250 anak-anak usia PAUD, TK, dan SD di wilayah Bangsring. Rangkaian Bangsring Underwater Festival akan ada lomba fotografi bawah laut yang berlangsung pada 21-22 Mei. Obyeknya perairan Bangsring dengan memperebutkan total hadiah Rp. 25 juta bagi masyarakat umum. (fat/fat)
Hoegeng Awards 2025
Baca kisah inspiratif kandidat polisi teladan di sini