Seperti dilansir AFP, Selasa (19/4/2016), sebagian besar warga mengungsi setelah rumah mereka rusak maupun hancur setelah dua gempa dahsyat berkekuatan 6 Skala Richter (SR) dan 7 SR melanda wilayah Jepang, tepatnya di dekat Kumamoto, Pulau Kyushu.
Warga yang mengungsi terpaksa tidur di akomodasi sementara atau berdempetan di pusat pengungsian. Media lokal melaporkan adanya hambatan dalam penyaluran bantuan makanan dan kebutuhan pokok lainnya bagi korban gempa. Dilaporkan media lokal, Jiji Press, korban tewas akibat dua gempa besar yang melanda pada Kamis (14/4) dan Sabtu (16/4) sejauh ini, mencapai 44 orang dengan lebih dari 1.000 orang lainnya luka-luka.
SCROLL TO CONTINUE WITH CONTENT
"Banyak orang yang menghabiskan hari-hari penuh kecemasan di pusat-pusat pengungsian. Kami akan terus menyalurkan bantuan bagi orang-orang yang terkena dampak gempa," tutur PM Abe kepada wartawan.
Baca juga: Usai Gempa 7 SR di Jepang, Warga Antre Makanan Lebih dari 1 Jam
Televisi lokal, Fuji melaporkan ada sekitar 10 ribu orang yang memilih tinggal di dalam mobil mereka yang diparkir di halaman gedung pameran di kota Mashiki. Namun karena lokasi itu tidak tercatat sebagai tempat pengungsian, bantuan logistik tidak disalurkan ke lokasi itu.
Dalam kasus lainnya, para relawan menyalurkan bantuan logistik dan militer membawa 6 ton suplai air untuk sebuah rumah sakit di Kumamoto, setelah salah satu dokternya mengeluhkan lewat Facebook soal kekurangan air dan makanan untuk pasien.
"Terima kasih untuk ini, kita tidak perlu khawatir soal air untuk mencuci tangan setelah merawat pasien," ucap dokter Takeshi Hasuda.
Wali Kota Kumamoto, Kazufumi Onishi, menyampaikan permohonan maaf melalui Twitter pada Senin (18/4), bagi warga yang mengeluhkan lambannya penyaluran bantuan. "Tolong bersabar," tulis Onishi sembari menjanjikan situasi akan semakin membaik.
Baca juga: Kesulitan Air, Pengungsi Gempa Kumamoto Minta Pertolongan
(nvc/ita)











































