Bocoran dokumen rahasia milik firma hukum yang berkantor di Panama City itu, atau disebut Panama Papers, menyeret sejumlah pemimpin dunia serta menyoroti pendirian ratusan ribu perusahaan offshore di wilayah bebas pajak atau tax haven.
Dalam pernyataannya, seperti dilansir Rabu (13/4/2016), kepolisian nasional Panama mencari dokumen-dokumen yang menunjukkan aktivitas ilegal firma hukum itu. Panama Papers yang diteliti oleh ratusan jurnalis dunia yang tergabung dalam The International Consortium of Investigative Journalists (ICIJ) diklaim mengindikasikan sejumlah praktik penghindaran pajak dan pencucian uang.
SCROLL TO CONTINUE WITH CONTENT
Baca juga: Panama Papers Sebut Badan Intelijen Juga Gunakan Jasa Mossack Fonseca
Mobil patroli posisi mulai memenuhi kompleks kantor Mossack Fonseca pada Selasa (12/4) sore. Penggeledahan ini dilakukan atas perintah jaksa Javier Caravallo yang ahli pada kasus kejahatan terorganisasi dan pencucian uang.
Mossack Fonseca yang secara khusus bergerak pada pendirian perusahaan offshore, belum mengomentari penggeledahan itu. Mossack Fonseca didirikan oleh dua pengacara bernama Juegen Mossack dan Ramon Fonseca sekitar tahun 1977 silam.
Dalam pernyataan sebelumnya, Ramon Fonseca menyatakan firma hukumnya tidak melanggar hukum, serta tidak menghancurkan satu dokumen pun. Fonseca juga menegaskan seluruh operasi firma hukumnya legal atau sesuai hukum.
Dibeberkannya Panama Papers memicu serangkaian penyelidikan oleh otoritas sejumlah negara. Total ada 11,5 juta dokumen dalam Panama Papers, yang mencakup pendirian perusahaan offshore oleh Mossack Fonseca selama 4 dekade terakhir. Panama Papers menguak praktik keuangan tokoh-tokoh ternama, termasuk teman dekat Presiden Rusia Vladimir Putin, keluarga Perdana Menteri Inggris dan Pakistan, serta keluarga Presiden China Xi Jinping dan Presiden Ukraina.
Baca juga: Datanya Diretas, Mossack Fonseca Lapor ke Jaksa Agung Panama
(nvc/ita)