Mustafa yang berusia 59 tahun ini diketahui berasal dari wilayah Helwan, Kairo bagian selatan dikenal sebagai distrik miskin. Tidak hanya pernah dikeluarkan dari kuliah jurusan hukum di Universitas Alexandria, Mustafa juga pernah terjerat sejumlah kasus pidana dan bahkan masuk penjara sebanyak tiga kali.
Tahun 2011 saat Mesir dilanda kerusuhan besar, Mustafa yang saat itu tengah dipenjara atas kasus pemalsuan ikut melarikan diri ketika terjadi pembobolan penjara, yang menurut otoritas Mesir, didalangi Ikhwanul Muslimin. Mustafa menyerahkan diri 3 tahun setelahnya dan dipenjara hingga awal tahun 2015 lalu.
SCROLL TO CONTINUE WITH CONTENT
Baca juga: Mulai Disidang, Pembajak EgyptAir Ingin Temui Mantan Istri dan Anak-anak
Salah satu tetangga Mustafa, Nagat Hassanan, menuturkan dirinya tak sengaja mendengar percakapan telepon Mustafa beberapa hari sebelum pembajakan terjadi. Saat itu Mustafa menerima telepon di luar rumahnya yang memiliki pagar besi di Helwan.
"Dia (Mustafa-red) terdengar sangat frustrasi, dan dia mengatakan, 'Saya sungguh ingin pergi, tapi paspor saya dicabut'," ucap Hassanan menirukan perkataan Mustafa saat itu.
Di Helwan, menurut Hassanan, Mustafa tinggal bersama saudara laki-lakinya yang mengalami gangguan mental dan seorang saudara perempuan yang janda. Tidak dijelaskan lebih lanjut soal pekerjaan dan latar belakang Mustafa lainnya.
Warga Helwan lainnya menilai tindakan Mustafa tidak didasari oleh motif politik, melainkan lebih didasari oleh kemiskinan dan putus asa. "Keluarganya miskin, orang-orang tak berdaya. Sama seperti semua orang di sini," tutur Suhari Hanafi, warga Helwan yang memiliki kios kecil di seberang rumah Mustafa.
Baca juga: Pembajak EgyptAir Pernah Kabur dari Penjara Saat Kerusuhan Mesir
Kepada polisi Siprus, Mustafa sempat menuturkan alasannya melakukan pembajakan. "Ketika seseorang tidak bisa menemui keluarganya selama 24 tahun dan ingin menemui istri serta anak-anaknya, dan pemerintah Mesir tidak mengizinkannya, apa yang seharusnya dia lakukan?" ucap Mustafa kepada kepolisian Siprus, seperti dilansir Reuters.
Mantan istri Mustafa yang identitasnya tidak dirilis ke publik, sempat dihadirkan ke bandara Larnaca, pada Selasa (29/3) untuk membujuknya menyerah. Sejumlah pejabat Siprus menyebut Mustafa dan mantan istrinya memiliki lima anak, yang salah satunya tewas dalam kecelakaan mobil. Tidak banyak informasi yang diketahui soal mantan istri Mustafa.
(nvc/nwk)