"Sungguh konyol ketika kita punya undang-undang dan ISIS (Islamic State of Iraq and Syria) tidak. ISIS sama sekali tidak punya undang-undang. Kita memiliki aturan, regulasi dan undang-undang, dan saya mematuhinya, tapi saya tidak senang dengannya," ucap Trump seperti dilansir AFP, Senin (7/3/2016).
"Saya ingin bisa terbuka soal undang-undang itu, kita tidak bermain pada isu yang sama. Saya tidak plin-plan sama sekali. Saya mematuhi hukum, tapi saya juga mengatakan saya ingin undang-undang itu diperluas," imbuhnya.
SCROLL TO CONTINUE WITH CONTENT
Baca juga: Dilema di Partai Republik AS, Pilih Donald Trump atau Ted Cruz
Pernyataan Trump itu menuai kecaman banyak pihak. Selang sehari setelahnya, Trump menyatakan dirinya tidak akan memerintahkan siapapun untuk melanggar hukum internasional. "Menggunakan wewenang hukum yang ada untuk menghentikan musuh-musuh teroris," ucapnya.
"Saya tidak akan memerintahkan personel militer untuk tidak mematuhi hukum. Jelas bahwa sebagai presiden, saya akan terikat pada undang-undang sama seperti rakyat Amerika lainnya dan saya akan memenuhi kewajiban itu," imbuh Trump.
Pernyataan terbaru itulah yang membuat Trump disebut tidak konsisten dan berubah-ubah. Kongres AS sendiri telah melarang praktik waterboarding, sebuah teknik interogasi dengan menenggelamkan tersangka ke dalam air untuk mendapat pengakuannya.
Dikritik soal perubahan posisinya, Trump menyebut hal itu sebagai wujud karakternya yang fleksibel. "Saya memiliki karakter kuat, tapi saya tidak pernah melihat orang sukses yang tidak fleksibel," sebutnya.
Baca juga: Wakil Kanselir Jerman Sebut Donald Trump Ancaman Bagi Perdamaian
(nvc/ita)
Hoegeng Awards 2025
Baca kisah inspiratif kandidat polisi teladan di sini