Donald Trump Ingin Ubah Hukum AS Demi Legalkan Penyiksaan Teroris

Donald Trump Ingin Ubah Hukum AS Demi Legalkan Penyiksaan Teroris

Novi Christiastuti - detikNews
Senin, 07 Mar 2016 16:49 WIB
Donald Trump (REUTERS/Joe Skipper)
Washington - Kandidat calon presiden terdepan Partai Republik, Donald Trump menyarankan agar undang-undang Amerika Serikat diubah demi melegalkan penyiksaan terhadap tersangka terorisme. Perubahan UU itu juga termasuk melegalkan pembunuhan keluarga tersangka terorisme.

"Sungguh konyol ketika kita punya undang-undang dan ISIS (Islamic State of Iraq and Syria) tidak. ISIS sama sekali tidak punya undang-undang. Kita memiliki aturan, regulasi dan undang-undang, dan saya mematuhinya, tapi saya tidak senang dengannya," ucap Trump seperti dilansir AFP, Senin (7/3/2016).

"Saya ingin bisa terbuka soal undang-undang itu, kita tidak bermain pada isu yang sama. Saya tidak plin-plan sama sekali. Saya mematuhi hukum, tapi saya juga mengatakan saya ingin undang-undang itu diperluas," imbuhnya.

SCROLL TO CONTINUE WITH CONTENT

Trump memberikan pernyataan soal isu ini setelah dirinya dituding tidak konsisten dan berusaha mengubah hal-hal yang diserukannya sebelumya. Dalam kampanye-kampanyenya, yang ditegaskan saat debat Partai Republik pada Kamis (3/3), Trump menyatakan dukungannya pada praktik waterboarding dan teknik-teknik keji interogasi lainnya yang jauh lebih buruk. Dia juga mengaku mendukung pelegalan pembunuhan anggota keluarga teroris.

Baca juga: Dilema di Partai Republik AS, Pilih Donald Trump atau Ted Cruz

Pernyataan Trump itu menuai kecaman banyak pihak. Selang sehari setelahnya, Trump menyatakan dirinya tidak akan memerintahkan siapapun untuk melanggar hukum internasional. "Menggunakan wewenang hukum yang ada untuk menghentikan musuh-musuh teroris," ucapnya.

"Saya tidak akan memerintahkan personel militer untuk tidak mematuhi hukum. Jelas bahwa sebagai presiden, saya akan terikat pada undang-undang sama seperti rakyat Amerika lainnya dan saya akan memenuhi kewajiban itu," imbuh Trump.

Pernyataan terbaru itulah yang membuat Trump disebut tidak konsisten dan berubah-ubah. Kongres AS sendiri telah melarang praktik waterboarding, sebuah teknik interogasi dengan menenggelamkan tersangka ke dalam air untuk mendapat pengakuannya.

Dikritik soal perubahan posisinya, Trump menyebut hal itu sebagai wujud karakternya yang fleksibel. "Saya memiliki karakter kuat, tapi saya tidak pernah melihat orang sukses yang tidak fleksibel," sebutnya.

Baca juga: Wakil Kanselir Jerman Sebut Donald Trump Ancaman Bagi Perdamaian

(nvc/ita)
Hoegeng Awards 2025
Baca kisah inspiratif kandidat polisi teladan di sini
Selengkapnya



Ajang penghargaan persembahan detikcom dengan Kejaksaan Agung Republik Indonesia (Kejagung RI) untuk menjaring jaksa-jaksa tangguh dan berprestasi di seluruh Indonesia.
Ajang penghargaan persembahan detikcom bersama Polri kepada sosok polisi teladan. Baca beragam kisah inspiratif kandidat polisi teladan di sini.
Hide Ads