Dilaporkan surat kabar Prancis, Le Monde dan dilansir Reuters, Kamis (25/2/2016), Presiden Francois Hollande telah memberikan izin untuk operasi militer tidak resmi di Libya yang dilanda konflik. Dalam operasi ini, Prancis mengerahkan unit pasukan elite dan dinas operasi rahasia intelijen Prancis, DGSE.
Le Monde menyebutnya sebagai 'perang rahasia Prancis di Libya'. Dalam operasi ini, beberapa serangan ditargetkan pada pemimpin dan tokoh senior militan radikal itu. Serangan-serangan itu direncanakan dengan hati-hati di lapangan, dengan tujuan memperlambat pertumbuhan ISIS di Libya.
SCROLL TO CONTINUE WITH CONTENT
Kementerian Pertahanan Prancis menolak mengomentari laporan Le Monde ini. Namun seorang sumber yang dekat dengan Menteri Pertahanan Prancis Jean-Yves Le Drian menyebut, penyelidikan pelanggaran kerahasiaan pertahanan nasional tengah dilakukan, untuk mencari tahu sumber laporan Le Monde.
Usai ISIS mengklaim bertanggung jawab atas serangkaian serangan teror di bar, restoran, gedung konser dan stadion di Paris pada 13 November tahun lalu, Presiden Hollande menyatakan Prancis akan berperang melawan ISIS. Serangan teror itu menewaskan 130 orang.
Dalam pernyataan sebelumnya, Kementerian Pertahanan Prancis mengkonfirmasi pesawat militer Prancis baru-baru ini melakukan misi pemantauan di wilayah Libya. Tahun 2011 lalu, militer Prancis berperan besar dalam operasi udara NATO yang membantu pemberontak melengserkan diktator Libya Muammar Khadafi.
Sementara itu, pesawat tempur AS menyerang kamp pelatihan ISIS di Libya pada pekan lalu dan dilaporkan menewaskan 50 orang. Perdana Menteri Serbia menyebut dua staf kedutaan Serbia di Libya yang diculik sejak November tahun lalu, ikut tewas dalam serangan tersebut.
Baca juga: 51 Perusahaan dari 20 Negara Berkontribusi dalam Bom Rakitan ISIS
(nvc/ita)
Hoegeng Awards 2025
Baca kisah inspiratif kandidat polisi teladan di sini