Aksi ini dilakukan menuntut penutupan tempat hiburan malam, yang kian marak beroperasi di wilayah Kota Probolinggo. Padahal, pengurus wilayah Nadhlatul Ulama Jawa Timur, telah melayangkan surat rekomendasi kepada pemerintah Kota, guna menutup tempat hiburan sejak 6 bulan lalu.
Massa selanjutnya terlibat aksi dorong, sebelum akhirnya berhasil ditenangkan kembali. Namun, karena kecewa aspirasinya terbendung, massa melampiaskan kekecewaan dengan membakar kayu dan sampah di badan jalan pantura tepatnya di Jalan Panglima Sudirman, depan kantor Wali kota.
Mereka menuding keberadaan tempat hiburan malam menjadi wahana eksodus eks penghuni Lokalisasi Dolly Surabaya, sehingga berdampak pada peningkatan penderita HIV/AIDS, degradasi moral, serta ajang konsumsi narkoba dan miras, serta sek bebas.
"PMII menuntut wali kota segara menutup hiburan malam yang semakin marak, dan menyebabkan penyakit HIV/AIDS meningkat," kata Fajarilyas, Ketua PMII cabang Probolinggo.
Data yang dihimpun dari dinas kesehatan setempat, sejak tahun 2008 hingga kini ada 190 penderita HIV/AIDS. 50 Orang diantaranya meninggal dunia setiap tahun dan penderitanya meningkat hingga kisaran 40 persen.
Sementara perwakilan pemerintah Kota Probolinggo, yang keluar menemui massa berjanji akan segera melakukan penutupan tempat hiburan, dengan memperhatikan peraturan yang berlaku.
Mereka mengancam akan menggelar aksi lebih besar jika tuntutan mereka tidak dipenuhi selama dua pekan ke depan. Aksi itu akhirnya ditutup dengan aksi teatrikal, yang menggambarkan gaya hidup glamor para pemandu karaoke, ditengah kehidupan masyakarat.
Akibat aksi ini, jalur pantura Kota Probolinggo menuju Situbondo mengalami sedikit kemacetan.
(fat/fat)