Hadir juga dalam acara ini beberapa tokoh dari NU yang sudah menjadi politikus dan pejabat negara. Mereka antara lain, KH Hasyim Muzadi, KH Tolchah Mansyur, Mahfud MD, Idrus Marham, Ali Masykur Musa, Lukman Edy, para calon ketum PBNU seperti, Said Aqil Siradj, Slamet Effendi Yusuf, Masdar Farid Mas'udi.
Dalam acara yang berlangsung santai dan lesehan ini, para tokoh melakukan refleksi atas peran dan kontribusi NU dalam berbagai persoalan bangsa. Mahfud MD misalnya, menyoroti soal peran NU dalam menciptakan keadilan substansial.
SCROLL TO CONTINUE WITH CONTENT
Hal yang sama juga disampaikan Idrus Marham. Sekjen Golkar ini meminta NU menjadi kekuatan yang bisa mengayomi semua elemen bangsa. Jika hal itu bisa dilakukan, NU akan menjadi kekuatan yang tidak terkalahkan.
"Selama ini ada kesan, NU hanya dijadikan alat. Jangan sampai NU di'ojek'kan," kata Idrus yang disambut tawa para hadirin.
Refleksi akhir tahun yang bertemakan 'politik kebangsaan untuk membangun indonesia yang bermartabat' ini menjadi ajang otokritik bagi NU. Kritik dilakukan dari berbagai sisi mulai urusan sosial, politik, pendidikan dan ekonomi.
"Bagaimana semua peran pendidikan dan mabarrot, sosial. Itu lebih berperan daripada kita di politik terus," papar Ali Masykur.
Refleksi yang bertujuan untuk menyambut Muktamar NU ke-32 di Makassar ini juga menyinggung soal maraknya pemahaman keagamaan yang cenderung ekstrim. Sebagai kekuatan keagamaan yang berfikiran moderat, NU harus ada di garda depan untuk melawan gerakan ekstrimis ini.
"NU harus memainkan peran ini jika kita masih menginginkan Indonesia yang masih menghargai perbedaan," pinta Effendi Choirie.
Ketua PBNU Hasyim Muzadi berharap semua kekuatan yang ada dari kader NU bersatu memperbaiki kondisi dan peran NU yang lebih maksimal. Hasyim juga meminta kepada para kader NU yang sudah menjadi pejabat negara maupun tokoh parpol untuk ikut memikirkan peran strategis NU di tahun-tahun mendatang.
(yid/mok)
Hoegeng Awards 2025
Baca kisah inspiratif kandidat polisi teladan di sini