Di pusat kota, alun-alun juga tidak ada panggung hiburan yang biasa digelar seperti biasannya ketika malam tahun baru tiba. Sebaliknya di pusat kota yang terlihat hanya beberapa orang lalu-lalang dengan membawa ban dalam mobil yang dipakai sebagai rakit.
Dan di Masjid Agung, ratusan pengungsi masih tinggal karena banjir belum surut sepenuhnya. Masyarakat calon kota minyak ini lebih banyak terlihat duduk-duduk di trotoar dan tempat-tempat pengungsian.
Tidak ada lagi konvoi kendaraan bermotor. Bagaimana mau konvoi, jika hampir seluruh ruas jalan di dalam kota masih ditenggelamkan luapan Bengawan Solo.
"Malam tahun baru kali ini akan tercatat dalam sejarah Bojonegoro. Malam yang seharusnya dirayakan dengan sukacita kini hanya penderitaan dan keprihatian yang dirasakan warga," kata Budiharto, warga Jalan Pattimura yang mengungsi di sebuah hotel di pusat kota.
Praktis, malam yang di berbagai daerah diwarnai dengan letusan kembang api di udara di Bojonegoro hanya terdengar suara deburan ombak banjir yang terhempas perahu-perahu karet yang sedang mengangkuti warga ke tempat yang aman.
Selain itu, malam tahun baru ini warga di sebagian Bojonegoro tidak bisa menikmati hiburan di layar televisi. Sebab beberapa hari ini aliran listrik telah diputus demi keselamatan. Dan pemandanganpun gelap gulita. Hanya sekitar Pendopo Bupati saja yang listriknya masih menyala karena memang tidak termasuk daerah banjir. Foto: Pusat kota sunyi senyap, listrik banyak yang padam./Steven Lenakoly (gik/gik)
Hoegeng Awards 2025
Baca kisah inspiratif kandidat polisi teladan di sini