Rencana ini mulai ramai dibahas sejak pekan lalu. Nasir ingin PTN Indonesia bisa masuk peringkat 100 besar dunia, peringkat yang selama ini belum bisa diraih oleh universitas paling top di Indonesia. Ide ini sudah dibawa Nasir ke Presiden Jokowi.
"Saya sudah laporkan kepada Bapak Presiden dalam hal ini wacana untuk merekrut rektor asing ini, yang punya reputasi," kata M Nasir, sebagaimana dikutip detikcom dari situs Setkab, Rabu (31/7/2019).
SCROLL TO CONTINUE WITH CONTENT
Suara tidak setuju terdengar lantang dari arah Senayan. Wakil Ketua DPR Fahri Hamzah justru mempertanyakan kerja dari Nasir selaku Menteri. Ada pula Wakil Ketua Komisi X DPR Reni Marlinawati yang menilai Nasir tak percaya dengan kemampuan putra-putri Indonesia sendiri.
"Banyak putra Indonesia lulusan kampus ternama di luar negeri dapat menjadi alternatif. Ini soal rasa kebangsaan yang terusik," tegas Reni dalam keterangan tertulisnya, Selasa (30/7).
Kritik juga datang dari akademisi, yakni Guru Besar Hukum Internasional Universitas Indonesia (UI) Hikmahanto Juwana. Dia mengkritik dirujuknya Singapura oleh Pemerintah RI sebagai contoh keberhasilan perekrutan rektor asing.
Menurutnya, Singapura bisa meningkatkan kualitas universitasnya karena jumlah universitasnya lebih sedikit ketimbang Indonesia, penerapan Bahasa Inggris, dan anggaran pendidikan. Faktor tersebut tak ada di Indonesia, yang ada yakni masih sering terdengar adanya patgulipat politik rebutan jabatan universitas.
Nasir sendiri melihat Nanyang Technological University (NTU) Singapura sebagai rujukan. Presiden NTU tahun 2011-2017 yakni Bertil Andersson adalah orang asing yang mampu mendongkrak peringkat universitas itu. Bukan berarti orang Indonesia tak ada yang mampu di bidang akademik, tapi menurutnya tak ada yang punya kemampuan kepemimpinan di universitas negeri.
"Saya mau tanya, rektor mana yang sudah berhasil mengangkat ke kelas dunia? Oleh karena itu, kita selama ini belum bisa men-challange pada rektor di Indonesia belum bisa meningkatkan perankingan dunia," kata Nasir kepada detikcom, Rabu (31/7) kemarin.
Menurutnya, Indonesia tak perlu menutup diri di zaman pasar bebas ini. Globalisasi harus diantisipasi supaya Indonesia tidak tertinggal oleh negara lain, salah satu antisipasinya adalah membuka diri terhadap rektor asing. Dia berharap rektor asing segera datang.
"Kalau bisa cepat pada 2020 lebih bagus. Lebih cepat lebih baik menurut saya," kata Nasir.
Bagaimana dengan pendapat Anda? Perlukah Indonesia merekrut rektor asing demi mendongkrak ranking perguruan tinggi negeri Tanah Air? Sampaikan pendapat Anda di kolom komentar.
Simak Video "Kemristekdikti Akan 'Impor' Rektor"
(dnu/fjp)
Hoegeng Awards 2025
Baca kisah inspiratif kandidat polisi teladan di sini