Dia merekomendasikan alternatif ketiga dalam menilai Pemilu 2024. Dia mengatakan pemilu harus dilihat dari rangkaian proses pelaksanaan pemilihan tersebut.
"Karena itu saya ada alternatif ketiga, menilai pemilu 2024 tidak hanya dari hasil, tapi dari proses," ucapnya.
SCROLL TO CONTINUE WITH CONTENT
Sementara itu Siti Zuhro mengatakan dinamika demokrasi saat ini menunjukkan kecenderungan yang mengkhawatirkan. Dia mengatakan hal itu juga bisa membahayakan bangsa.
"Pengalaman enam kali pemilu, era reformasi sejak pemilu pertama kali tahun '99, sampai 2024, Pemilu 2024 ini merupakan pemilu yang sangat amat mengkhawatirkan dan membahayakan NKRI, mengapa? Karena ada cawe-cawe yang luar biasa dari penguasa, melakukan intervensi politik ke semua stakeholders terkait pemilu" tutur Siti.
Dia menyinggung bahaya cawe-cawe seorang penguasa dalam proses pemilu. Dia menyebut ambisi penguasa untuk melanjutkan kekuasaan dengan berbagai cara akan menjadi luka bagi demokrasi.
"Penguasa memang bukan incumbent yang sedang mencalonkan diri, tapi justru cawe-cawe jauh luar biasa ketimbang incumbent ketika mencalonkan dirinya tahun 2019. Mengapa? Karena dalam konteks ini nepotisme lebih memberikan peran yamg luar biasa kepada penguasa untuk memenangkan anaknya sendiri," ujar Siti.
"Kata kuncinya sangat jelas yaitu maintaning power, atas nama lanjutkan kekuasaan yang ada. Maka tak bisa dirinya sendiri dengan tiga periode, yang ada adalah anaknya pun harus jadi," sambung Siti.
Dalam kesempatan yang sama, Sulistyowati mengatakan pemilu merupakan jantung dari demokrasi. Dia mengatakan menjadi hal penting untuk membangun pemilu yang beretika dan bermartabat.
Simak Video 'MK: Amicus Curiae Bisa Dipertimbangkan Sebagian, Seluruhnya atau Tidak':
Simak selengkapnya di halaman berikutnya.