Sejumlah sivitas akademika mengkritisi situasi demokrasi di Indonesia saat ini, termasuk para guru besar Universitas Airlangga (Unair) Surabaya. Rektor Unair Prof Dr Mohammad Nasih buka suara merespons hal tersebut.
Prof Nasih awalnya ditanya salah seorang mahasiswanya di acara #DemiIndonesia Cerdas Memilih bertema #PemiluDamai2024, Selasa (6/2/2024). Mahasiswa itu bertanya soal sikap beberapa sivitas akademika hingga guru besar yang mengatasnamakan Unair.
"Situasi pemilu, 'Unair Memanggil' bukan hanya bawa nama kampus, ada gubes diadakan di lingkungan kampus. Bagaimana pandangan Prof (Nasih), sivitas akademika terhadap kegiatan tersebut?" tanya mahasiswa tersebut, dilansir detikJatim, Rabu (7/2/2024).
Prof Nasih menjawab secara umum institusi pendidikan di Indonesia tidak akan mengeluarkan pernyataan. Kecuali dalam forum yang pimpinan perguruan tinggi.
"Pada prinsipnya, institusi pendidikan di Indonesia tidak mengeluarkan statement apapun. Kecuali akan dilakukan oleh pimpinan perguruan tinggi dan organ-organ perguruan tinggi," kata Prof Nasih menjawab pertanyaan mahasiswanya.
Prof Nasih menegaskan bahwa guru besar harusnya bersikap bijak dan sesuai koridor. Kalaupun ada guru besar yang menyampaikan pertanyaan, kata Prof Nasih, hal itu tidak merepresentasikan institusi pendidikan.
Prof Nasih menambahkan, meski kemarin Senin (5/2) di Unair ada pernyataan sikap bertajuk 'Unair Memanggil' dengan nama dan logo Unair, itu sesungguhnya dilakukan orang-orang tertentu. Artinya sejumlah guru besar tidak mewakili semua guru besar Unair.
"Anggap saja di Unair kami punya 300 guru besar dan yang ngomong hanya 2 atau 3, itu bukan representasi dunia pendidikan. Tolong tidak digeneralisasi, bahwa suara itu murni dari institusi atau mewakili institusi pendidikan. Kami tahu pasti para gubes, profesor, punya pandangan, sikap, punya gambaran, dan pendapat berbeda-beda," ujarnya.
Prof Nasih menyebut bahwa guru besar di FISIP dan Fakultas Hukum sangat sedikit berbicara terkait pemilu. Maka dia meminta tolong agar memilah mana suara individu dan mana suara institusi.
"Lebih banyak guru besar yang tidak bersuara daripada yang bersuara. Justru nanti membingungkan masyarakat," katanya.
Baca selengkapnya di sini.
Lihat juga Video: Rektor UKI dan Sivitas Minta Pejabat Negara Junjung Etika Jelang Pemilu
(eva/tor)