Anggota DPRD DKI Jakarta sekaligus calon anggota legislatif (caleg) dari PSI, William Aditya Sarana, memberikan tips kepada Gen Z atau anak muda yang ingin lolos di pemilu legislatif (pileg). Dia memberi saran agar Gen Z mengawali karier di lingkup DPRD.
"Berharap makin banyak anak muda masuk ke legislatif. Tips dari gua untuk anak muda, mulai dari bawah, dari DPRD. Karena DPRD ini scoop-nya tak terlalu besar," kata William dalam segmen Waktunya Memilih! di detikPagi, Selasa (28/11/2023).
Dengan lingkup yang tak terlalu besar itu, anak muda bisa mengurangi cost politik. Kesempatan menang pun lebih besar.
SCROLL TO CONTINUE WITH CONTENT
"Kalau dia punya banyak teman di dapil itu, dia bisa kurangi cost-nya. Karena kelemahan anak muda kan nggak punya uang, nggak punya pengalaman itu. Untuk kurangi cost politik itu, dia harus maju di dapil yang tak terlalu besar. Punya teman banyak di situ, itu kans terpilih besar," katanya.
Kemudian William memberikan pandangan bahwa bekerja di politik itu seperti lari maraton. Sebuah kegiatan atau kerja yang panjang dan butuh tenaga.
"Dalam politik, ini seperti maraton, bukan suatu sprint singkat. Karena ketika ingin lakukan perubahan tak bisa cepat, proses lama. Kalau kita anak muda masuk politik, siapkan stamina sehingga bisa lari panjang," katanya.
Kampanye di Media Sosial
William menyampaikan saat ini masyarakat masih menjadikan media konvensional sebagai acuan untuk menentukan pilihan dalam pemilu.
"Data yang muncul, di Indonesia, nomor satu masih televisi, kedua mereka mengenal caleg dari spanduk dan baliho. Ketiga media sosial. Memang media-media yang digunakan ini masih konvensional," ucap William.
Namun William melihat media sosial berkembang pesat, sehingga dia ingin fokus berkampanye di media sosial.
"Tapi media sosial terus meningkat persentasenya. Gue pribadi selalu fokus ke media sosial, dan kita harus men-treatment beda. Instagram beda, TikTok beda, Facebook beda, karena garis umurnya beda-beda pemakainya," katanya.
Kemudian, William pun melihat kekuatan dari media sosial untuk kampanye. Dia mencontohkan terpilihnya Bongbong Marcos menjadi Presiden Filipina di 2022 karena berkampanye di TikTok.
"TikTok ini kan barang baru di politik. Ini harus digarap karena ada seorang presiden di Filipina ini terpilih karena TikTok. Jadi dia bisa merambah Gen Z dari TikTok," katanya.
(aik/tor)