NasDem-PKS-PD Dinilai Belum Agresif Berkoalisi, Ada yang Kepincut Poros Lain?

NasDem-PKS-PD Dinilai Belum Agresif Berkoalisi, Ada yang Kepincut Poros Lain?

Eva Safitri - detikNews
Selasa, 16 Agu 2022 08:33 WIB
Dosen FISIP UIN Jakarta, Adi Prayitno.
Adi Prayitno (Dok. Pribadi)
Jakarta -

PKS dan Demokrat ditengarai lagi dirayu oleh Koalisi Indonesia Bersatu (KIB) untuk bergabung. Lantas bagaimana dengan wacana koalisi kedua partai itu dengan NasDem, apakah akan gagal?

Direktur Eksekutif Parameter Politik Indonesia Adi Prayitno menilai koalisi NasDem, PKS, dan Demokrat belum agresif. Sehingga rentan adanya bujuk rayu di tengah jalan komunikasi ketiga partai tersebut.

"Sampai saat ini, koalisi NasDem, PKS, dan Demokrat belum terlihat agresifitasnya. Setidaknya itu yang tampak di permukaan. Belum terendus maksimal oleh publik. Makanya partai di luar NasDem sangat rentan masuk angin di tengah jalan. Tergiur bujuk rayu koalisi lainnya," kata Adi ketika dihubungi, Senin (15/8/2022).

SCROLL TO CONTINUE WITH CONTENT

Adi mengatakan NasDem butuh kerja keras untuk membangun poros koalisi sendiri. Sekaligus meyakinkan agar PKS dan Demokrat tidak lompat ke koalisi lain, meski peta koalisi saat ini masih bersifat pragmatis.

"Tentu NasDem butuh kerja keras jika ingin bikin poros politik sendiri. Terutama meyakinkan sekaligus memagari PKS dan Demokrat agar tak lompat pagar tergoda bergabung dengan koalisi lain seperti KIB. Untuk 2024 partai politik terlihat jauh sangat pragmatis. Akan berkoalisi dengan siapapun yang potensial menang. Karena sangat mungkin KIB, PDIP, dan koalisi Gerindra-PKB bisa melebur jadi satu memajukan satu calon kuat. Jika ini yang terjadi, maka PKS dan Demokrat sangat rentan tergoda bergabung jika diajak koalisi besar itu," katanya.

ADVERTISEMENT

"Politik itu bukan hanya soal kalah menang di pilpres. Itu ending semua pertarungan memang. Tapi yang tak kalah pentingnya yakni soal saling menggembosi partai pendukung lawan agar gagal usung jagoan pilpres. Fenomena ini sangat mungkin di pemilu 2024," lanjut Adi.

Lebih lanjut, Adi menilai tidak heran jika koalisi yang ada saat ini menambah kekuatan dengan mengajak partai lain untuk bergabung. Hal itu guna memupuk kekuatan koalisi secara maksimal untuk memenangkan pilpres.

"KIB tentu ingin menambah kekuatan dengan merangkul sebanyak-banyaknya partai politik yang bisa diajak gabung. Itu perkara alamiah dalam politik elektoral. Sekalipun sudah cukup syarat mendaftar ke KPU, KIB atau poros politik lain pastinya masih bergerilyanya nambah dukungan partai lain. Buktinya Gerindra-PKB juga aktif mengajak partai lain bergabung. Ini soal menumpuk kekuatan politik sebanyak-banyak," ujarnya.

"Bahkan kalau bisa, partai lain yang jelas sudah berkoalisi juga diajak koalisi. Antar sesama poros koalisi pasti saling mendahului. Ini hukum besi politik dalam pemilu. Menumpuk kekuatan politik secara maksimal," lanjut Adi.

Untuk diketahui, Gerindra dan PKB resmi mendeklarasikan koalisi untuk Pemilu 2024. Setelah Gerindra dan PKB berkoalisi, berarti sudah ada 2 koalisi yang terbentuk secara resmi sejauh ini. Di antara 2 koalisi ini, ada satu partai yang sepertinya belum mendapat colekan untuk membentuk koalisi.

Simak video 'Koalisi Indonesia Bersatu Launching Visi Misi untuk Pemilu 2024':

[Gambas:Video 20detik]



Simak selengkapnya di halaman berikut

Kedua koalisi yang terbentuk sejauh ini yakni koalisi Gerindra-PKB dan Koalisi Indonesia Bersatu (KIB) yang terdiri dari Golkar, PAN dan PPP. Berdasarkan aturan Pasal 222 UU Pemilu, kedua koalisi tersebut sudah memenuhi syarat mengajukan capres cawapres di Pilpres 2024 yakni partai atau gabungan partai yang memiliki paling sedikit 20 persen dari jumlah kursi DPR atau memperoleh 25 persen dari suara sah secara nasional pada pemilu anggota DPR 2019.

Dengan demikian, selain Gerindra-PKB dan KIB, ada potensi koalisi lain yang mungkin terbentuk yakni NasDem, Demokrat, dan PKS. PDIP sebagai satu-satunya partai yang bisa maju sendiri mengusung capres dan cawapres.

Catatan untuk NasDem

Dari tiga partai yang belum memiliki tiket pilpres, yaitu Demokrat, PKS dan NasDem, ada catatan untuk partai yang terakhir disebut. Dalam manuver terbuka, KIB terlihat aktif mengajak PKS dan Demokrat untuk bergabung. Nah, sekali lagi dalam manuver terbuka, tak terlihat ada manuver mengajak NasDem.

Jika benar tak diajak berkoalisi, maka NasDem terancam ditinggal sendirian dalam upaya pencarian tiket menuju Pilpres 2024. Jika salah satu di antara Demokrat atau PKS berhasil ditarik ke salah satu koalisi yang sudah eksis, maka sisa NasDem dan satu partai yang tak diajak tak bisa mengusung calon di Pilpres 2024.

Jika skenario di atas terjadi, maka 3 bakal capres NasDem bisa jadi harus gigit jari, karena tak bisa diusung menuju Pilpres 2024. NasDem setidaknya harus berkoalisi dengan dua partai lain untuk bisa mendapatkan tiket menuju Pilpres 2024.

Namun tentu saja politik dinamis dan perubahan bisa saja terjadi. Bisa saja situasi politik berubah dan NasDem diajak atau malah membuat koalisi sendiri sehingga 3 bakal capresnya bisa diusung ke Pilpres 2024

(eva/idn)



Hide Ads