Semuanya menjadi pemandangan yang ironis di tengah rutinitas masyarakat kita yang terus berdinamika dalam perputaran roda waktu. Ada yang bersikap apatis dan ada sebagian yang peduli. Maka jangan heran bila muncul opini-opini permisif di tengah masyarakat kita. Termasuk persoalan dekadensi moral yang menjadi biang keladi runtuhnya akhlak bangsa.
Dekadensi moral atau demoralisasi adalah masalah besar yang menggerogoti tubuh bangsa ini. Ibarat virus ganas yang dapat menghilangkan kekebalan tubuh. Dia tidak lahir dengan sendirinya. Dia ada karena sebuah sebab. Lunturnya nilai-nilai agama dan kurangnya perhatian keluarga menjadi salah satu sebab dari beragam sebab yang ikut menyeret bangsa ini dalam kubangan lumpur kemaksiatan.
SCROLL TO CONTINUE WITH CONTENT
Dunia remang-remang, dunia gemerlap (dugem) atau apalah namanya dipenuhi fantasi-fantasi liar ala kaum jahiliah. Sex party, narkoba, minuman keras, dan tarian telanjang menjadi tren dan gaya hidupnya.
Jakarta mungkin hanyalah potret mini demoralisasi yang terjadi. Namun, Jakarta merupakan sebuah sketsa yang mewakili sebagian besar kota-kota lain di negeri ini. Termasuk Yogyakarta misalnya.
Iip Wijayanto dalam penelitiannya mengungkap fakta yang cukup ironis tentang virginitas kaum hawa (khususnya mahasiswi). Bukunya yang pernah mengundang perdebatan "Sex in the kost" memuat persentase virginitas mahasisiwi dan menyimpulkan sekitar 97,9 % mahasiswi Yogya tidak perawan alias virginitasnya perlu dipertanyakan.
Terlepas dari obyektivitas penelitiannya bukankah ini sebuah jawaban yang sungguh memprihatinkan. Fenomena ini bukan cuma ada di kota-kota besar, namun telah merambah ke desa-desa yang notabenenya adalah masyarakat yang masih bersih dari pengaruh modernisasi.
Free sex atau penggunaan narkoba bukan lagi tren segelintir orang. Namun, telah menjadi tren masyarakat umum. Narkoba telah masuk jantung-jantung pedesaan, dikonsumsi para generasi muda desa, bahkan free sex ala masyarakat desa pun tak kalah sadisnya dengan masyarakat perkotaan.
Generasi muda bangsa ini (tidak semuanya) telah terperangkap dalam lingkaran setan yang bernama kemaksiatan. Atas nama pergaulan dan kebebasan mereka rela kehilangan jati diri, dan menghambakan diri kepada kesenangan sesaat. Tak peduli efeknya di kemudian hari sehingga meyeret mereka dalam jurang kehancuran.
Inilah 'Dekankensi Moral'ย yang telah mencabik-cabik anak bangsa dengan taring kapitalisme. Imbas dari semua ini terlihat tragis (angka aborsi meningkat, tingginya angka perceraian, perselingkuhan merajalela, kawin muda, banyak nyawa mati sia-sia karena narkoba, serta semakin meningkatnya penderita HIV AIDS).
Demoralisasi atau dekadensi moral bukanlah hal sepele atau wacana kosong yang tengah diteriakkan oleh orang-orang yang peduli akan moral bangsa ini. Sudah banyak fakta di depan mata kita, dekadensi moral benar-benar ada dan menjadi momok menakutkan bagi eksistensi bangsa kita. Tanpa penanganan serius dari pemerintah maka jangan pernah salahkan masyarakat atau ormas-ormas yang bertindak arogan memberantas penyakit ini.
Marilah kita bangun Bangsa Indonesia dengan moral dan Akhlak yang bersih dari free sex dan narkoba sehingga eksistensi bangsa kita tetap ada dalam percaturan global sembari mengintrofeksi diri kita masing-masing. Semoga kita adalah pewaris-pewaris bangsa yang dapat menjalankan amanat Ibu Pertiwi. 'No drugs no free sex'. Semoga.
Roevhy Mizzan Salampessy
Jl HR Rasuna Said Kav X-2 Jakarta
roe_vhy@yahoo.co.id
02191509102 (msh/msh)
Hoegeng Awards 2025
Baca kisah inspiratif kandidat polisi teladan di sini