Inilah Wajah Indonesiaku

Inilah Wajah Indonesiaku

- detikNews
Kamis, 27 Mar 2008 06:50 WIB
Jakarta - Slogan sebagai negara yang subur makmur, gamah ripah loh jinawi, tidak asing lagi di telinga kita. Kakayaan alam dari Sabang sampai Merauke, baik di darat, laut, dan udara tidak perlu diragukan lagi. Dengan 17 ribu pulau dan hamparan lautan yang begitu luas menjanjikan kesejahteraan bagi penduduknya.

Demikian pula dengan luas tanah di Indonesia. Padi, kapas, jagung, kedelai, coklat, cengkih, kelapa sawit, dan banyak hasil hutan dan pertaniannya merupakan sumber penghidupan yang rakyat. Terlebih lagi, bahan-bahan yang terkandung di dalam perut bumi Indonesia seperti minyak, batubara, timah, dan lain-lain juga menjadi sumber penghasilan bagi Indonesia.

Namun, apakah kekayaan alam yang ada sudah memberikan kesejahteraan seperti yang diharapkan? Rakyat Indonesia yang makmur dan sejahtera? Jika kita jujur dan menengok saudara-saudara kita, kasus-kasus kemiskinan dan kelaparan masih menghiasi pemberitaan-pemberitaan media massa kita. Inilah Wajah Indonesiaku.

SCROLL TO CONTINUE WITH CONTENT

Terpuruknya kehidupan masyarakat disebut-sebut disebabkan karena korupsi yang sudah mengakar. Tidak hanya berada di tingkat atas, namun korupsi sudah menyebar ke tingkat yang paling rendah. Ironis memang. Sering kita dengar bantuan-bantuan yang seharusnya diperuntukkan bagi korban bancana, rakyat miskin, masih juga dikorupsi oleh pihak-pihak yang tidak bertanggung jawab.

Beberapa waktu lalu, pemberitaan yang cukup memprihatinkan bagi kita semua bahwa (Alm) Mantan Presiden Soeharto termasuk dalam daftar koruptor paling wahid di dunia. Bahkan sampai saat ini pun korupsi di Indonesia masih menduduki peringkat atas di dunia. AkibatΒ  praktik korupsi, apa yang seharusnya dimanfaatkan untuk kesejahteraan rakyat, dimanfaatkan untuk kepentingan diri sendiri. Ini yang menyebabkan tidak adanya pemerataan kesejahteraan.

Di saat pemerintah berusaha keras menekan tingkat korupsi, muncul pesimisme dari sebagian masyarakat karena di berbagai tempat masih saja ditemui oknum-oknum jaksa, hakim, dan oknum penegak hukum lainnya yang memperjualbelikan perkara demi sejumlah uang. Penangkapan jaksa Urip menjadi tamparan keras pihak Kejaksaan untuk semakin meningkatkan profesionalisme dalam pemberantasan korupsi.

Indonesia juga dikenal sebagai negara yang kaya, namun mengapa sampai saat ini banyak masyarakatnya masih hidup menderita. Selain masalah korupsi, kurang dikelolanya kekayaan alam, kita disebut-sebut juga menyebabkan terjadinya kemelaratan dan kemiskinan ini.

Tengok saja terjadinya illegal fishing dan illegal mining. Berapa besar kerugian bangsa kita akibat praktek-praktek tersebut? Mungkin saja triliunan rupiah menguap tiap bulan akibat illegal fishing, illegal mining bahkan illegal logging.

Jika saja triliunan rupiah yang menguap akibat praktek-praktek itu bisa digunakan untuk pembangunan, betapa bermanfaatnya bagi kesejahteraan bangsa Indonesia. Lagi-lagi masalah kong kalikong dan korupsi menjadi menyebabkan terjadinya kasus-kasus semacam ini.

Sumber kekayaan alam yang kita banggakan seperti hutan pun kini menjadi sorotan dunia. Bagaimana tidak, sebuah survei megatakan Indonesia merupakan negara perusak hutan paling ganas. Tak ayal jika banyak hutan-hutan kita gundul dan musibah seperti banjir dan tanahΒ  longsor menjadi langganan masyarakat Indonesia. Lagi-lagi wajah Indonesia tercoreng akibat tidak bisa mengelola hutan dengan benar.

Indonesia dengan segala kekayaan alamnya patut bangga dengan kandungan sumber daya alam yang terkandung di perut bumi Indonesia. Minyak bumi dan Gas (migas). Sumber devisa Indonesia dari sektor migas cukup besar. Indonesia dikenal sebagai negara penghasil migas dan tergabung dengan OPEC.

Jadi jika ada kenaikan minyak dunia, seharusnya Indonesia juga diuntungkan dengan itu. Namun yang terjadi, kenaikan harga minyak dunia justru membuat kita menjadi kalang kabut. Andai saja bangsa kita bisa mengelola kekayaan alamnya dengan optimal, tentu kesejahteraan masyarakat bukan sesuatu yang sulit untuk diraih. Tentunya bukan pekerjaan yang mudah untuk menyelesaikan masalah ini.

Di tangah-tengah negara yang kaya raya ini, masyarakatnya masih banyak yang hidup dibawah garis kemiskinan. Kasus kelaparan masih saja terjadi di negeri ini. Gizi buruk dan busung lapar masih kita jumpai di beberapa daerah.

Pemerintah yang diberikan amanat sesuai alinea keempat UUD 45 untuk mensejahterakan rakyat belum sepenuhnya bisa mengentaskan kemiskinan dari negeri ini. Saat ini, kita masih menunggu peran aktif pihak-pihak lain seperti pengusaha, pemuka agama, partai politik, dan pihak-pihak lain untuk tidak hanya menjadikan kemiskinan sebagai komoditas politik, namun benar-benar membantu mereka untuk dapat hidup lebih layak lagi. Masalah kemiskinan ini diperparah dengan melambungnya harga-harga kebutuhan pokok.

Negara Indonesia dikenal sebagai negara agraris, namun sampai saat ini banyak komoditas pertaniannya yang masih import, seperti beras, kedelai, dan sebagainya. Sungguh ironis, negara yang subur, makmur dengan sekian banyak penduduk usia produktif masih saja mengimpor kebutuhan-kebutuhan pokok yang berbasis pertanian.

Selain masalah kemelaratan, kini masalah kesehatan dan juga membuat kita miris. Indonesia yang dulu disebut-sebut sebagai jalur transit perdagangan narkoba internasional, kini bergeser menjadi negara konsumen sekaligus negara produsen obat-obat terlarang. Sindikat-sindikat internasional berkeliaran di Indonesia. Salut buat kepolisian yang terus-menerus bergulat dengan usahanya memberantas perdagangan narkoba tersebut.

Tak hanya dikepung oleh sindikat internasional, Kini Indonesia juga harus bergulat dengan kondisi lingkungan yang semakin memprihatinkan. Pemanasan global akibat pengrusakan hutan menjadi momok yang mengerikan karena berpotensi meenggelamkan sejumlah pulau di Indonesia dalam kurun waktu mendatang.

Masalah pemanasan global disebabkan karena semakin panasnya suhu bumi dan mencairnya es di kutub utara dan selatan. Tengok saja kebakaran hutan yang terjadi Indonesia. Betapa bertambah panasnya bumi ini akibat kebakaran-kebakartan di Indonesia. Selain berakibat pada pemanasan global, tentunya eksport asap ke negara tetangga juga mencoreng wajah Indonesiaku.

Tidak hanya masalah-masalah basic need yang ada di Indonesia. Masalah kedaulatan negara pun perlu mendapat perhatian yang serius. Lepasnya pulau Sipadan Ligitan, Sengketa Ambalat, munculnya Tari Cakal lele, berkibarnya Bendera Bintang Kejora, dan peristiwa-peristiwa lainnya menujukkan bahwa ancaman kedaulatan dan disintegrasi masih menjadi pekerjaan rumah yang berat bagi pemerintah.

Di satu sisi, pemerintah melalui Tentara Nasional Indonesia (TNI) menjadi garda terdepan dalam mempertahankan kedaulatan NKRI, namun sisi lain, alat utama sistem pertahanan (alutsista) dalam kondisi yang uzur. Masih ada saja alat-alat TNI yang masih buatan tahun 60-70an

Kini setelah lebih dari 60 tahun Indonesia merdeka, seiring masuknya era globalisi, banyak pihak menngkhawatirkan semakin lunturnya semangat nasionalisme dan semakin hilangnya jati diri bangsa. Sebuah tatangan besar bagi pemimpin Indonesia ke depan untuk tetap mengobarkan semangat nasionalisme ini.

Inilah sekelumit persoaalan yang dihadapi bangsa ini. Kini bagi para pemimpin dan calon pemimpin diharapkan memiliki rencana pemecahan yang jitu untuk mengantisipasi besarnya persoalan-persoalan kenegaraan ini. Jika kini Ibu Megawati, Gus Dur, Bang Yos, Pak Wiranto, dan lain-lain yang ingin maju sebagai calon presiden 2009, mohon kiranya memikirkan besarnya persoalan-persoalan ini.

Ingat sebagai seorang pemimpin seharusnya memikirkan pesawat bernama Indonesia dengan penumpang 230 juta jiwa dan bukan hanya memikirkan sekelompok orang yang memilihnya. Sebagai pemimpin, haruslah memimpin seluruh eleman bangsa Indonesia. Di balik kekuasaan yang diraih, amanah yang utama adalah mensejahterakan rakyat.

Meski banyak persoalan kusut di negeri ini, masih banyak juga prestasi yang bisa ditoreh oleh anak negeri ini. Sebut saja kemenangan sejumlah siswa dalam beberapa olimpiade tingkat Internasional, penghargaan yang tinggi bagi TNI dan Polri di Tingkat Internasional dan banyak hal positif yang bisa dihasilkan anak negeri ini. Jadi ditengah-tengah carut marut permasalahan, masih banyak juga harapan untuk bangsa ini kembali bersinar. Dengan kerja keras dan kemauan bersama mudah-mudahan, wajah Indonesiaku masih bisa tersenyum.

Atur Toto Sulistyanto
Wisma Kodel Lt 2 Jakarta
atur@qchannel.tv
08999990207
(msh/msh)
Hoegeng Awards 2025
Baca kisah inspiratif kandidat polisi teladan di sini
Selengkapnya



Ajang penghargaan persembahan detikcom dengan Kejaksaan Agung Republik Indonesia (Kejagung RI) untuk menjaring jaksa-jaksa tangguh dan berprestasi di seluruh Indonesia.
Ajang penghargaan persembahan detikcom bersama Polri kepada sosok polisi teladan. Baca beragam kisah inspiratif kandidat polisi teladan di sini.
Hide Ads