Memanusiakan Pekerja

Memanusiakan Pekerja

- detikNews
Jumat, 12 Feb 2010 14:05 WIB
Jakarta - Apa yang ada dibenak kita ketika kita dihadapkan pada target pekerjaan yang mendesak untuk segera diselesaikan. Apa yang ada di pikiran kita ketika banyak sekali angka keluhan pekerja terhadap suatu pekerjaan tertentu. Apa yang akan dilakukan oleh kita ketika para pekerja mengeluhkan tentang beratnya beban kerja yang harus mereka lakukan.

Pertanyaan-pertanyaan tersebut di atas hendaklah ditanggapi secara serius bagi mereka yang hendak menjadi pemimpin dalam suatu perusahaan. Atau setidaknya menjadi manajer dalam suatu divisi tertentu. Keluhan-keluhan seperti tingginya beban kerja yang dialami oleh sebagian besar pekerja tidak boleh ditanggapi secara skeptis.

Keluhan-keluhan tersebut dapat dijadikan sebuah symtomp atau gejala bahwa ada masalah dalam sistem kerja yang didisain oleh kita. Boleh jadi dengan adanya gejala-gejala (keluhan-keluhan pekerja) akan ditemukan sebuah ceruk masalah besar yang perlu diselesaikan segera oleh pihak manajemen.

SCROLL TO CONTINUE WITH CONTENT

Misalnya saja banyak sekali keluhan pekerja terkait dengan beban kerja yang sedang mereka jalani. Setelah ditelusuri mendalam ternyata masalah terletak pada pengaturan tugas pokok dan fungsi (Tupoksi) yang tidak jelas sehingga pekerja dihadapkan pada pekerjaan yang bukan menjadi tanggung mereka.

Hal ini tidak boleh terjadi karena pekerja dapat kehilangan gairah untuk bekerja karena tingginya beban kerja dan kesimpangsiuran antara tugas pokok sebenarnya dengan tugas pokok "asing" yang bukan menjadi tanggung jawabnya. Bahkan, mungkin saja kelebihan beban kerja dapat mengakibatkan tingginya angka turnover yang menyebabkan timbulnya masalah yang lebih besar di kemudian hari bagi perusahaan seperti melesatnya biaya perekrutan dan biaya pelatihan bagi karyawan baru dan juga rendahnya produktivitas karyawan pada suatu periode tertentu.

Sebenarnya suatu sistem kerja dapat juga didisain agar beban kerja yang dihadapi oleh seorang pekerja tidak melebihi kapasitas dari pekerja yang bersangkutan. Konsep utama yang perlu dipahami adalah bahwa tingkat beban suatu pekerjaan tidak boleh melebihi kapasitas utama dari pekerja tersebut.

Konsep ini perlu dipahami secara benar agar pekerja tidak diperlakukan secara tidak manusiawi. Karena pada dasarnya manusia memiliki kapasitas tetap atas suatu pekerjaan yang apabila didisain suatu sistem kerja yang melebihi batas kapasitas tersebut dapat mengakibatkan risiko yang bisa berakibat fatal bagi pekerja dalam jangka panjang.

Misalnya, kita mendisain sistem kerja yang mengharuskan pekerja tersebut mengangkat suatu beban secara berulang-ulang dan dengan berat tertentu. Sistem kerja tersebut haruslah didisain agar dampak dari pekerjaan yang dididisain dapat meminimalisasi risiko akibat kerja tersebut. Misalnya saja risiko pekerja terkena low back pain (nyeri pinggang bawah).

Perekayasaan suatu sistem kerja sebenarnya tak lain adalah dalam rangka memanusiakan pekerja. Agar pekerja tidak dihadapkan pada pekerjaan yang dapat membahayakan bagi mereka secara jangka panjang. Nyeri pinggang bawah merupakan salah satu risiko akibat pekerjaan yang tidak didisain secara baik. Disain sistem kerja tersebut tidak memanfaatkan prinsip perekayasaan suatu sistem kerja.

Pada dasarnya, perekayasaan suatu sistem kerja harus mempertimbangkan prinsip human-centered design. Prinsip human-centered design tersebut berarti manusia harus ditempatkan sebagai fokus utama dalam perekayasaan suatu sistem kerja. Misalnya saja kita mendisain suatu kursi.

Tentunya dimensi-dimensi penting dari kursi seperti tinggi kursi dan lebar kursi harus dapat memfasilitasi calon pengguna dari kursi tersebut. Oleh karena itu diperlukan adanya informasi mengenai keterbatasan, sifat, dan ketergantungan manusia secara komprehensif, yang melatarbelakangi timbulnya keilmuwan ergonomi.

Kembali pada pertanyaan di awal keluhan-keluhan pekerja pada bagian tubuh tertentu bisa menjadi pertanda akan masalah yang lebih besar. Oleh karena itu pihak manajemen perlu aware terkait keluhan pekerja tersebut. Bisa jadi disain stasiun kerja yang ada sekarang menjadi salah satu masalah yang menimbulkan keluhan pekerjaan tersebut.

Oleh karena itu diperlukan rekayasa ulang stasiun kerja yang ada sekarang. Diperlukan pendekatan participatory ergonomics yang pada intinya pekerja diberikan kebebasan untuk memberikan pendapat terkait kondisi kerja yang sedang mereka hadapi sekarang. Pekerja diberikan ruang pendapat yang luas dalam memberikan pendapatnya dalam mendisain stasiun kerja di mana mereka sehari-hari bekerja.

Selain itu pekerja juga diberikan kebebasan dalam memberikan pendapat bagaimana meningkatkan kualitas kerja. Kualitas kerja di sini artinya pekerjaan yang dibebankan terhadap pekerja tidak boleh membahayakan kesehatan para pekerja dan dapat memberikan kualitas produk yang prima.

Jadi, sudah manusiawikah pekerjaan yang kita miliki.

Solehudin Murpi
Tubagus Ismail VIII No 62 A Bandung
murpi219@yahoo.co.id
02291534628

Mahasiswa Teknik Industri Institut Teknologi Bandung,
Peserta Program Pembinaan Sumber Daya Manusia Strategis Nurul Fikri.



(msh/msh)
Hoegeng Awards 2025
Baca kisah inspiratif kandidat polisi teladan di sini
Selengkapnya



Ajang penghargaan persembahan detikcom dengan Kejaksaan Agung Republik Indonesia (Kejagung RI) untuk menjaring jaksa-jaksa tangguh dan berprestasi di seluruh Indonesia.
Ajang penghargaan persembahan detikcom bersama Polri kepada sosok polisi teladan. Baca beragam kisah inspiratif kandidat polisi teladan di sini.
Hide Ads