Suara 'Pelajar Hijau' di Riau: Green Policing Penyeimbang Alam dan Manusia

Suara 'Pelajar Hijau' di Riau: Green Policing Penyeimbang Alam dan Manusia

Mei Amelia R - detikNews
Sabtu, 15 Nov 2025 10:51 WIB
Ketua OSIS SMAN 9 Pekanbaru, Alvaro Razaki Janersa bicara soal Green Policing di Workshop Green Policing.
Foto: Ketua OSIS SMAN 9 Pekanbaru, Alvino Radzaky Janersa bicara soal Green Policing di Workshop Green Policing. (dok. Polda Riau)
Pekanbaru -

Kegiatan Workshop Green Policing yang digagas Polda Riau mendapat sambutan positif dari kalangan pelajar tingkat Sekolah Menengah Atas (SMA). Ketua OSIS SMAN 9 Pekanbaru, Alvino Radzaky Janersa, menyebut Green Policing bukan sekadar penegakan hukum, melainkan sebuah misi mulia untuk menjadi penyeimbang antara hubungan manusia dengan alam.

"Green Policing ini adalah sudut pandang bahwa polisi bukan hanya penegak hukum, tetapi penyeimbang antara hubungan manusia dengan alam," ujar Alino, Sabtu (15/11/2025).

Dalam sambutannya di Workshop Green Policing, Alvino, yang juga menjadi Ketua Tim 110 Polda Riau, menyampaikan terima kasih kepada Kapolda dan menegaskan bahwa Green Policing memiliki makna yang jauh lebih luas dari sekadar penegakan hukum.

SCROLL TO CONTINUE WITH CONTENT

Menurutnya, Riau adalah salah satu provinsi yang sangat indah, yang dulunya dipenuhi pepohonan keras yang hijau dan rindang.

"Langitnya biru, anginnya tenang bernaung dalam sejarah panjang dan terus hingga sampai sekarang," katanya.

ADVERTISEMENT
Polda Riau menggelar Workshop Green Policing yang diikuti oleh 311 Ketua OSIS se-Provinsi Riau. Kegiatan ini resmi dibuka oleh Kapolda Riau Irjen Pol Herry Heryawan, di Pekanbaru, Rabu (12/11/2025).Polda Riau menggelar Workshop Green Policing yang diikuti oleh 311 Ketua OSIS se-Provinsi Riau. Kegiatan ini resmi dibuka oleh Kapolda Riau Irjen Pol Herry Heryawan, di Pekanbaru, Rabu (12/11/2025). Foto: dok. Polda Riau

Namun, kebakaran hutan dan deforestasi menimbulkan kerusakan dan bencana seperti karhutla. Menurutnya, karhutla menjadi sebuah ancaman serius yang perlu perhatian mendalam.

"Karhutla menjadi hal yang sangat perlu diperhatikan. Karena inilah pengganggu ekosistem kita," sambungnya.

Selama tiga hari mengikuti kegiatan Workshop Green Policing, Alvaro mengaku mendapatkan banyak pengetahuan dan pengalaman yang berharga. Ia berharap, ilmu yang didapat dalam Workhsop Green Policing itu tak hanya sekadar teori, tetapi ia mengajak seluruh pelajar se-Provinsi Riau untuk mengimplementasikannya di kehidupan nyata.

"Yang perlu saya sampaikan agar ilmu yang kita dapat hari ini tidak disimpan sendiri, namun, kita dapat merealisasikannya ke sekolah masing-masing," imbuhnya.

Alvaro mengajak para pelajar untuk menyebarkan hal positif dan kebaikan. Untuk menginspirasi teman-temannya, Alvaro menyampaikan filosofi kuat tentang pohon pisang yang menurutnya adalah simbol pengabdian total dan manfaat abadi yang harus dicontoh oleh para pelajar hijau.

"Pohon pisang itu dia pantang mati sebelum memberi manfaat kepada orang-orang. Akarnya kuat menahan erosi di lahan yang miring, batangnya bisa dimuat makanan, buahnya digunakan untuk membungkus makanan. Dia Berbuah sekali seumur hidup, menjadi harapan satu negeri, manis, dan bergizi. Setelah mati, ia pun meninggalkan tunas baru sebagai regenerasi," jelasnya.

Dalam pandangannya, Green Policing adalah sebuah program jangka panjang yang perlu adanya kesadaran kolektif untuk sama-sama melindungi dan menjaga alam.

"Ini adalah program jangka panjang dan ini juga merupakan program agar rekan-rekan sekalian bisa menjadi mentor bukan hanya untuk hari ini, tetapi untuk generasi yang akan datang," pungkasnya.

Workshop Green Policing digelar Polda Riau pada tanggal 10-12 November 2025 sebagai upaya untuk menggerakkan kesadaran di kalangan pelajar akan pentingnya menjaga alam. Sebanyak 311 Ketua OSIS se-Riau yang mengikuti kegiatan ini akan dilibatkan pada puncak acara penanaman 21.000 pohon pada Hari Pohon Nasional, 21 November 2025 mendatang.




(mea/dhn)



Berita Terkait

 

 

 

 

 

 

 

 


Hide Ads