×
Ad

Kolom

Tak Ada Perpecahan, Murni karena Gus Yahya Melanggar Syara'

Imron Rosyadi Hamid - detikNews
Jumat, 05 Des 2025 08:24 WIB
Foto: Dok. Pribadi
Jakarta -

Seorang tokoh partai politik menulis di portal nasional. Dengan menggunakan ukuran kitab Ta'limul Muta'allim yang dipahaminya, dia mencoba mencermati perkembangan mutakhir Nahdlatul Ulama (NU). Dia menganggap penegakan aturan organisasi oleh Syuriyah PBNU kepada KH Yahya Cholil Staquf, Ketua Umum PBNU/Tanfidziyah saat itu, adalah bukti terjadinya perpecahan di NU.

Dia merasa tidak nyaman dengan situasi itu. Karena dianggap perpecahan, maka perlu islah. Sayang sekali, narasinya sangat peyoratif, insinuatif, penuh syakwa sangka, dan kurang berdasar. Lebih-lebih jika sudut pandangnya didasarkan pada asumsi mengenai pengelolaan tambang. Tuduhan yang jauh dari ajaran Ta'limul Muta'allim. Padahal, ini murni soal aturan dan tata kelola jam'iyah.

Yaitu, aturan dan pedoman berorganisasi versi jam'iyah NU yang harus ditegakkan agar tidak berdampak negatif pada jama'ah. Jadi, jauh dari praduga bahwa telah terjadi konflik antarpribadi, apalagi antarpara kiai, ulama dan masyayikh. Penegakan aturan semacam ini, juga biasa terjadi di organisasi atau jam'iyah lain. Tujuannya; adalah demi tertib tata kelola organisasi dan untuk menjaga marwah organisasi NU. Menjaga syara' berarti menjaga marwah NU. Dan itu yang dilanggar Gus Yahya.

Trilogi Aswaja NU

Sejarah dan semangat berdirinya Nahdlatul Ulama (NU), tidak mungkin dilepaskan dari dinamika internal dan eksternal umat Islam. Dari perspektif internal, lahir banyak mazhab dan tafsir yang dijadikan tuntunan oleh umat dalam menjalankan ajaran agama. Salah satu yang paling penting adalah lahirnya empat mazhab besar dalam menetapkan syara'. Cara ulama menetapkan syara' disebut fikih.

Namun demikian, para ulama ahlus sunnah wal jama'ah--Aswaja, melengkapi pemahaman dan perspektif mereka tentang ajaran Islam, tidak semata menggunakan pendekatan hukum alias fikih. Lebih dari itu, dinamika eksternal yang terjadi di negeri-negeri berpenduduk muslim, telah ikut memperkaya proses kodifikasi manual ajaran Islam, dan melengkapinya dengan pendekatan akidah dan tasawuf.

Maka, sampai kapan pun, asas dan prinsip utama pelaksanaan ajaran Islam Aswaja, khususnya Indonesia, tidak lepas dari pendekatan akidah, fikih dan tasawuf. Ajaran terkait akidah mengikuti Imam Abul Hasan Al Asyari dan Imam Abu Mansur Al Maturidi. Fikih mengikuti salah satu empat mazhab terbesar; Imam Hanafi, Imam Malik, Imam Syafi'i dan Imam Ahmad. Tasawuf ikut Imam Ghazali dan Imam Junaid.

Ketiga asas ini tidak berjalan secara parsial, apalagi saling melemahkan, tapi justeru saling kait. Asas akidah menguatkan fikih, fikih meneguhkan tasawuf dan tasawuf mengokohkan akidah. Termasuk ketika jam'iyah menetapkan asas dan qonun asasi. Dalam konteks ini, NU merupakan cara pandang ulama Nusantara dalam memahami dan menerapkan prinsip-prinsip akidah, fikih dan tasawuf Islam dalam kehidupan sehari-hari.

Soal Gus Yahya

Dengan tiga asas itu pula, Rais Aam Syuriyah PBNU, K.H. Miftachul Akhyar, menandatangani keputusan pemberhentian K.H. Yahya Cholil Staquf dari jabatan Ketua Umum PBNU. "Lengsernya" Gus Yahya dari kursi tertinggi Tanfidziyah itu, terjadi setelah lewatnya "masa iddah"; tiga hari. Keputusan ini disepakati secara bersama-sama oleh dua Wakil Rais Aam, K.H. Anwar Iskandar dan K.H. Dr. (HC). Afifuddin Muhajir

Ada tiga jenis pointers utama yang menjadi alasan para musyawirin Syuriyah, menggelar rapat pada tanggal 20 November 2025 lalu, di Jakarta. Hadir sebanyak 37 orang dari 53 anggota Syuriyah. Mereka bertemu, khusus membahas kinerja Gus Yahya berkait sejumlah isu besar; dan salah satunya adalah undangan kepada Peter Berkowitz; narasumber pada kegiatan Akademi Kepemimpinan Nasional Nahdlatul Ulama (AKN NU).

Anda tahu gengsi dan derajat AKN NU ini? Sebuah akademi tingkat elite, dirancang secara khusus untuk tujuan pengisian jabatan fungsional dan strategis di tingkat wilayah serta pusat. Pesertanya sangat eklektik, terpilih, dan tidak semua pengurus PBNU saat ini, punya kesempatan dididik di akademi ini. Lulusannya akan memegang tanggungjawab pada jabatan-jabatan strategis. Dan, Berkowitz menjadi guru/ideolog di sini.

Orang ini sangat tidak Aswaja. Dia tokoh penganjur Zionisme, sangat Israel dan pro pendudukan bangsa Palestina. Ia juga sangat tidak Indonesia, karena pandangan-pandangannya yang bertentangan dengan konstitusi NKRI dan UUD 1945. Dukungan Berkowitz kepada paham Zionisme dan Israel, dapat disimak dari buku-buku yang ditulisnya, seperti Explaining Israel: The Jewish State, the Middle East, and America.

Kehadiran Berkowitz di salah satu sesi pendidikan pengkaderan NU itu, benar-benar dianggap telah melukai dan menistakan prinsip-prinsip yang terkandung dalam Trilogi Aswaja An Nahdliyah. Kemunculannya di Tanah Air, juga telah membuat Universitas Indonesia (UI) dikecam banyak pihak. UI mengundangnya sebagai pembicara pada acara Pengenalan Sistem Akademik Universitas, atas rekomendasi Wali Amanat UI.

Pelanggaran Syara'

Kalangan Syuriyah PBNU bukan saja menyoal tahapan penyiapan materi AKN NU tapi juga masalah terkait penyediaan dan penggunaan dana kegiatan dimaksud. Tidak sedikit fulus, diyakini mengalir deras kepada nama-nama dan pihak terkait kegiatan itu, dalam dan luar negeri. Poin penting dari kesimpulan forum Syuriyah, 20 Novemver 2025 itu, juga terkait tata kelola keuangan yang dinilai melanggar syara'.

Bagi perkumpulan keagamaan seperti NU, perkara syara' adalah perkara hukum/fikih yang tidak dapat dipandang ringan. Undangan kepada Berkowitz dinilai para kiai Syuriyah sebagai bentuk "al-i'anah 'alal ma'shiyah" alias perbuatan membantu terjadinya kemaksiatan. Penganjur Zionisme dan tokoh Yahudi yang membiarkan terjadinya gnosida di Palestina, nyata-nyata musuh kemanusiaan.

Terma "membantu terjadinya kemaksiatan" bukan sekali dua dibahas di forum bahtsul masail, tetapi juga sering jadi materi utama di munas alim ulama NU. Islam memandang, tolong menolong dalam kebaikan merupakan hal yang dianjurkan, sedangkan tolong menolong dalam hal-hal buruk, jahat dan maksiat mutlak diharamkan. Mengundang Berkowitz yang mendukung Zionisme adalah melanggar syara'.

Selain karena syara', secara akidah, kehadiran Berkowitz di forum AKN NU, juga bermasalah. Pandangan keagamaannya dikhawatirkan dapat menyebabkan campur aduk akidah Islam Aswaja An Nahdliyah dengan pokok-pokok ajaran Judaisme dan Zionisme. Dan dari sisi ajaran tasawuf, tidak takzim kepada guru masuk dalam ketegori suul adab alias tidak menjaga "hurmat" sheikh.

Wakil Sekjen PBNU 2022-2027, Imron Rosyadi Hamid

Simak juga Video: Gus Yahya Tetap Pertahanankan Posisi Ketum PBNU, Siap Tempuh Jalur Hukum




(idn/idn)
Berita Terkait
Berita detikcom Lainnya
Berita Terpopuler

Video

Foto

detikNetwork