×
Ad

Kolom

Guru di Era Prabowo: Dari 'Tukang Ajar' Jadi Enabler Global

Raisa Ayu Rininta - detikNews
Rabu, 03 Des 2025 12:12 WIB
Foto: Ilustrasi guru (Getty Images/faidzzainal)
Jakarta -

Lupakan sejenak bayangan romantis tentang guru tua yang berdebu kapur tulis di ruang kelas yang sunyi. Di tahun 2025 ini, realitas pendidikan kita sedang dijungkirbalikkan.

Bayangkan ini: seorang guru di pedalaman Papua tidak lagi berdiri kaku di depan papan hitam. Ia kini menyentuh layar pintar (smartboard), memandu siswanya berinteraksi langsung dengan mentor bahasa dari Jakarta, bahkan mengakses materi global tanpa perlu pusing mencari sinyal internet.

Ini bukan fiksi ilmiah. Ini adalah wajah baru 288.000 sekolah kita berkat program digitalisasi masif dari pemerintahan Presiden Prabowo. Ratusan ribu layar interaktif sudah mendarat di sekolah-sekolah.

Namun, sebagai seorang analis yang berkutat dengan manajemen manusia (HR), saya ingin mengingatkan satu hal: Teknologi semewah apa pun hanyalah seonggok plastik dan logam tanpa operator yang andal.

Di sinilah letak pertaruhannya. Kunci sukses Indonesia Emas 2045 bukan pada seberapa canggih smartboard-nya, tapi seberapa cepat kita bisa mengubah mentalitas guru: dari sekadar "pengajar" konvensional menjadi seorang "enabler" global.

Matinya Era "Hafalan"

Kenapa harus berubah? Karena zaman memaksa demikian.

Hari ini, guru tidak lagi memegang monopoli kebenaran atau pengetahuan. Materi sejarah, rumus matematika, hingga tata bahasa Inggris sudah tersedia lengkap-bahkan lebih menarik-di internet.

Teknologi seperti Kipin EdTech bahkan memungkinkan konten jutaan jam itu diakses secara luring (offline).

Jika guru hanya bertahan sebagai "penyuap materi" atau tukang suruh menghafal, profesi mereka akan usang digilas mesin.

Peran guru harus naik kelas. Mereka harus bermetamorfosis menjadi kurator konten, fasilitator diskusi yang tajam, dan mentor karakter. Beban administrasi biar diurus teknologi; waktu guru harus habis untuk membangun logika dan empati siswa.

Data tidak berbohong. Digitalisasi yang tepat guna terbukti mampu mendongkrak literasi hingga 14 persen dan numerasi 27 persen. Tapi syaratnya berat: gurunya harus siap.

Strategi "Talent Management"

Tentu, bicara lebih mudah daripada praktik. Kita tidak bisa menutup mata bahwa literasi digital guru-guru kita masih beragam. Belum lagi tantangan klasik di daerah 3T (tertinggal, terdepan, terluar). Jika salah urus, banjir teknologi ini malah bikin guru stres (tech overload).

Di sinilah pendekatan manajemen talenta (HR) diperlukan. Kita tidak bisa hanya melempar alat lalu berharap keajaiban.

Pertama, kita butuh "Upskilling" yang radikal tapi manusiawi. Jangan lagi pelatihan basa-basi. Kita butuh skema pelatihan hibrida (misalnya 120 jam/tahun) yang fokus pada blended learning.

Kedua, insentif. Dalam dunia profesional, keahlian baru harus dihargai. Guru di pelosok yang sukses menjadi fasilitator digital harus mendapat insentif karier yang jelas.

Ketiga, redesain deskripsi kerja. Pemerintah, melalui Kemendikdasmen dan BKN, perlu merombak definisi kerja guru. Targetnya bukan lagi sekadar jam mengajar tatap muka, tapi seberapa efektif mereka memfasilitasi pembelajaran mandiri siswa.

Panggung Dunia

Visi "Asta Cita" pemerintahan saat ini menuntut SDM yang unggul. Guru adalah garda terdepannya.

Transformasi guru menjadi enabler akan melahirkan murid yang mandiri. Kita sudah melihat percontohan sukses di mana siswa di daerah minim internet bisa belajar coding dan AI karena gurunya mampu memanfaatkan teknologi luring dengan cerdas.

Guru Indonesia sudah siap melompat. Dari sekadar berdiri di depan kelas, menuju panggung dunia. Tugas pemerintah dan kita semua adalah memastikan mereka tidak melompat dengan tangan kosong.

Mari kita pastikan, setiap layar menyala di kelas-kelas kita bukan hanya menjadi tontonan, tapi menjadi jendela menuju cerita sukses anak-anak Indonesia di masa depan.


Raisa Ayu Rininta. ASN dan Mahasiswa FIA UI.

Simak juga Video: Komisi X DPR Setuju Prabowo Minta Guru Tegas ke Siswa Kurang Ajar




(rdp/imk)
Berita Terkait
Berita detikcom Lainnya
Berita Terpopuler

Video

Foto

detikNetwork