Kasus penipuan berkedok terapi stem cell ilegal di Magelang yang baru saja dibongkar oleh BPOM mungkin terasa seperti pukulan telak bagi dunia medis di Indonesia. Namun, di balik polemik ini, sebenarnya tersembunyi sebuah momentum emas.
Jika dikelola dengan bijak, kasus ini bisa menjadi titik balik untuk mendorong kemajuan yang signifikan dalam riset dan implementasi terapi stem cell yang sah dan terpercaya di Indonesia.
Pentingnya Transparansi
Praktik ilegal seperti yang dilakukan oleh oknum dokter hewan di Magelang tidak muncul begitu saja. Ia tumbuh subur di lahan ketidakpahaman publik dan minimnya akses terhadap terapi yang legal. Biaya yang mahal, proses yang rumit, serta informasi yang terbatas membuat masyarakat cenderung mencari jalan pintas, dan di situlah para pemain mengambil celah.
SCROLL TO CONTINUE WITH CONTENT
Mereka mengobral janji kesembuhan yang instan dan cenderung tidak masuk akal, tanpa menyertakan bukti ilmiah apalagi jaminan keamanan.
Kini, setelah kasus ini terkuak, tanggung jawab berada di banyak pihak. Pemerintah, akademisi, dan praktisi medis harus mengubah narasi dari sekadar melarang menjadi mengedukasi dan menyediakan.
Masyarakat tidak boleh lagi dibiarkan tersesat dalam informasi yang salah. Sudah saatnya pintu transparansi dibuka lebar, pemerintah dan asosiasi profesi kesehatan perlu menjelaskan secara gamblang apa itu terapi stem cell yang benar, bagaimana prosesnya, dan di mana saja layanan tersebut bisa didapatkan.
Akses, Regulasi dan Edukasi
Salah satu kontribusi nyata yang bisa dilakukan adalah mempercepat proses birokrasi dan meningkatkan investasi. Selama ini, terapi stem cell di Indonesia masih berada dalam tahap penelitian berbasis pelayanan (PBP), sebuah proses yang penting namun terkesan masih lambat. Mempercepat proses ini bukan berarti mengabaikan keamanan, melainkan menyederhanakan regulasi tanpa mengurangi standar ketat yang telah ada.
Pemerintah bisa mendorong lebih banyak rumah sakit pendidikan untuk menjadi pusat PBP. Tidak hanya berpusat di pulau Jawa, tapi juga tersebar di kota-kota besar luar Jawa lainnya. Selain itu, kolaborasi dengan industri farmasi dan swasta yang kompeten, seperti yang sudah dirintis oleh Kimia Farma perlu diperkuat.
Langkah ini akan menciptakan ekosistem yang sehat, di mana riset dan implementasi berjalan beriringan, membuat terapi ini lebih terjangkau dan mudah diakses oleh mereka yang membutuhkan.
Lebih lanjut, jika ada oknum tenaga non kesehatan atau bahkan tenaga kesehatan menggunakan narasi yang menyesatkan, maka peran pengawasan pemerintah baik di pusat maupun di daerah harus bertindak cepat. Begitupun peran asosiasi profesi kesehatan, harus segera mengambil langkah tegas, tidak abu-abu. Semua demi kepentingan masyarakat/pasien.
Semua langkah perlu mengedepankan narasi yang jujur dan berlandaskan ilmu pengetahuan. Selain itu, sudah saatnya kampanye edukasi yang dilakukan tidak lagi bersifat pasif, melainkan aktif dan luas. Pemerintah, dokter, peneliti, dan media harus lebih proaktif dalam menyampaikan informasi yang akurat, dengan bahasa yang sederhana dan mudah dipahami.
Kita bisa memanfaatkan media sosial dan platform digital untuk menjelaskan perbedaan antara stem cell yang sah dan produk ilegal yang tidak jelas.
Penting juga untuk menekankan betapa krusialnya kualifikasi tenaga medis. Masyarakat harus paham bahwa terapi ini hanya boleh dilakukan oleh dokter spesialis yang terlatih di fasilitas yang berizin.
Kasus dokter hewan di Magelang harus menjadi contoh konkret mengapa kompetensi dan lisensi tidak bisa ditawar-tawar. Kesehatan manusia adalah hal yang sakral, dan tidak boleh dipertaruhkan demi klaim atau janji yang tidak sesuai.
Sebagai penutup, kasus stem cell ilegal hanyalah salah satu cerminan dari sekian banyak tantangan besar yang dihadapi negara kita dalam mengembangkan teknologi medis mutakhir. Alih-alih hanya berfokus pada penindakan hukum, mari kita jadikan ini sebagai momentum untuk berbenah.
Dengan memperkuat regulasi, meningkatkan akses, dan menggalakkan edukasi, kita bisa mengubah polemik ini menjadi katalisator bagi kemajuan sains medis di Indonesia. Tentu saja hal ini bukan lagi soal janji, lebih dari itu, ini tentang bagaimana membangun sistem yang aman, etis, dan bertanggung jawab demi masa depan kesehatan bangsa.
Muhammad Jasrif Teguh. Founder IDN-Pharmacare Institute.
Lihat juga Video: Kasus Terapi Stem Cell Ilegal di Magelang, Dokter Hewan Jadi Tersangka