Di tengah kemajuan era digital, pendidikan pascasarjana di Indonesia menghadapi tantangan signifikan untuk memenuhi harapan generasi Y dan Z (lahir pada 1981-2012), mereka lahir dan besar di era informasi dan ekonomi digital.
Laporan Next Generation Indonesia dari British Council di Oktober 2022 menyoroti bahwa anak muda menganggap pendidikan formal sangat penting, namun terdapat kesenjangan signifikan antara nilai pendidikan formal yang dianggap penting untuk pembentukan karakter dan identitas dengan kenyataan bahwa pendidikan formal kurang membekali mereka dengan keterampilan praktis yang diperlukan untuk kehidupan dan dunia kerja. Kurang dari setengah responden percaya pendidikan formal memberikan beka yang cukup memasuki dunia kerja, menyoroti kurangnya hard skills dan soft skills yang relevan.
Sementara itu, Presiden Joko Widodo menyoroti bahwa jumlah lulusan S2 dan S3 di Indonesia hanya mencapai 0,45 persen dari total penduduk produktif, jauh tertinggal dibandingkan dengan negara tetangga seperti Malaysia dan Vietnam yang memiliki angka 2,43 persen. Bahkan jika dibandingkan dengan negara maju yang mencapai 9,8 persen, perbedaannya menjadi sangat signifikan. Hal ini diungkapkan Presiden saat membuka Konvensi XXIX dan Temu Tahunan XXV Forum Rektor Indonesia, 15 Januari lalu.
Dengan jumlah penduduk usia produktif di Indonesia yang mencapai 187,2 juta jiwa pada 2020, hanya sekitar 842 ribu yang merupakan lulusan S2 dan S3, berdasarkan Laporan Perekonomian Indonesia 2021 dari Kementerian Koordinator Bidang Perekonomian, menunjukkan perlunya peningkatan drastis dalam pendidikan tinggi untuk meningkatkan daya saing dan inovasi nasional.
Inovasi dalam pendidikan pascasarjana tidak hanya akan mempersiapkan generasi muda untuk dunia kerja yang kompetitif tetapi juga memastikan bahwa pendidikan tetap menjadi alat pemberdayaan yang efektif di tengah perubahan zaman. Dengan demikian, perubahan strategis dalam pendidikan tinggi menjadi kunci untuk memastikan Indonesia tidak tertinggal dalam persaingan global dan dapat memanfaatkan potensi penuh generasi muda yang merupakan aset terbesar bangsa. Bagaimana pendidikan pasca sarjana dapat berinovasi untuk menarik minat Gen Y dan Gen Z?
Pendekatan Pembelajaran yang Fleksibel dan Interaktif
Untuk menjawab kebutuhan generasi Y dan Z yang merupakan digital natives, universitas harus menginovasi metode pembelajaran dengan memanfaatkan teknologi secara maksimal. Kelas online, blended learning, dan platform digital yang mendukung pembelajaran mandiri merupakan langkah awal untuk menciptakan lingkungan belajar yang fleksibel dan sesuai dengan kebutuhan individu. Namun, untuk meningkatkan motivasi dan keterlibatan mahasiswa, pengintegrasian unsur gamification ke dalam proses pembelajaran menjadi sangat penting.
Gamification, atau penggunaan elemen-elemen permainan dalam konteks pendidikan, bisa meningkatkan motivasi belajar dengan menawarkan sistem insentif, pencapaian, dan tantangan yang memicu semangat kompetitif sehat. Mengimplementasikan konsep gamification dalam pembelajaran digital memungkinkan mahasiswa untuk merasa lebih terlibat dan termotivasi dalam menyelesaikan materi pembelajaran.
Dengan menggunakan sistem poin, badge, dan leaderboard, mahasiswa dapat melihat kemajuan mereka secara real-time dan membandingkannya dengan teman sekelas, menstimulasi lingkungan yang kompetitif namun mendukung. Selain itu, penggunaan narasi dan role-playing dalam studi kasus dapat membuat materi pembelajaran menjadi lebih menarik, memungkinkan mahasiswa untuk menerapkan teori ke dalam praktik melalui simulasi dunia nyata.
Salah satu contoh yang menarik adalah Program Magister-Hybrid Project-Based Learning di Pascasarjana UNPAD. Program ini menerapkan pembelajaran secara hybrid, atau proses metode tatap muka (luring) dengan daring. Metode pembelajaran yang digunakan menitikberatkan pada penyelesaian studi kasus dan masalah dunia nyata dengan menggunakan proyek/kegiatan sebagai media pembelajaran. Pendekatan ini tidak hanya meningkatkan pemahaman teoritis, tetapi juga mengembangkan keterampilan praktis mahasiswa dalam mengatasi masalah nyata.
Dengan berfokus pada proyek nyata, mahasiswa mendapatkan kesempatan untuk bekerja secara kolaboratif, mengasah kemampuan pemecahan masalah, dan menerapkan pengetahuan mereka dalam konteks yang relevan, mempersiapkan mereka untuk tantangan dunia kerja masa depan.
Kurikulum yang Terintegrasi dengan Kebutuhan Industri
Pada era ketika dinamika pasar kerja berubah dengan cepat, kebutuhan untuk membuat pendidikan pascasarjana tidak hanya relevan tetapi juga aplikatif menjadi sangat penting. Generasi Y dan Z, yang merupakan bagian integral dari pasar kerja saat ini, menuntut pendidikan yang menggabungkan teori dengan pengalaman praktis langsung yang sesuai dengan kebutuhan industri.
Untuk itu, universitas harus memperkuat kerjasama dengan perusahaan dan start-up untuk memastikan kurikulum yang ditawarkan selaras dengan tren dan kebutuhan industri terkini. Melalui proyek terapan, magang, dan studi kasus yang bersumber langsung dari dunia kerja, mahasiswa diberikan kesempatan untuk mempelajari dan menerapkan pengetahuan dalam situasi nyata, meningkatkan pemahaman mereka tentang dunia industri dan memperkuat kesiapan mereka untuk terjun langsung ke dalamnya.
Selain itu, integrasi antara program pendidikan dengan pusat penelitian aplikatif menawarkan kesempatan bagi mahasiswa pascasarjana untuk terlibat dalam penelitian yang berfokus pada solusi masalah industri yang konkret dan inovatif. Partisipasi dalam proyek riset aplikatif ini tidak hanya meningkatkan kemampuan analitis dan berpikir kritis mahasiswa, tetapi juga memperluas jaringan profesional mereka dengan para pelaku industri.
Keterlibatan ini bukan hanya mempersiapkan mahasiswa dengan pemahaman yang lebih mendalam tentang ilmu pengetahuan dan teknologi, tetapi juga memberikan mereka pengalaman yang berharga dan meningkatkan prospek karir mereka di masa depan.
Untuk memberikan nilai tambah yang lebih besar lagi, program pascasarjana, khususnya program magister, dapat diintegrasikan dengan sertifikasi profesi yang diakui oleh komunitas industri. Sertifikasi profesi ini memberikan bukti kompetensi yang terstandarisasi dan dihargai oleh industri, meningkatkan daya saing lulusan di pasar kerja.
Integrasi sertifikasi profesi dalam kurikulum pascasarjana tidak hanya memperkuat relevansi program studi dengan kebutuhan industri, tetapi juga memberikan mahasiswa sebuah keunggulan kompetitif yang signifikan. Dengan demikian, mahasiswa tidak hanya keluar dengan gelar akademis, tetapi juga dengan kualifikasi profesi yang meningkatkan peluang mereka untuk sukses dalam karir yang mereka pilih.
Mengembangkan Keterampilan Abad ke-21
Program pascasarjana dihadapkan pada tantangan untuk membekali generasi Y dan Z dengan soft skills esensial seperti kreativitas, pemikiran kritis, dan kepemimpinan, di samping keahlian teknis. Implementasi proyek kolaboratif lintas bidang ilmu menjadi salah satu strategi utama, mendorong mahasiswa dari berbagai disiplin ilmu untuk bersama-sama mencari solusi atas masalah kompleks. Keterlibatan ini tidak hanya memperkuat kemampuan beradaptasi dan kerja tim, tetapi juga memacu inovasi dan pemikiran kreatif.
Penerapan program mentoring oleh profesional industri dan alumni yang sukses serta simulasi bisnis yang menghadirkan masalah aktual seperti perubahan iklim, memberikan mahasiswa pengalaman belajar yang mendalam dan praktis. Pendekatan multidisiplin dalam pemecahan masalah ini meningkatkan kesadaran dan partisipasi mahasiswa dalam mencari solusi berkelanjutan, sekaligus mengasah kemampuan analitis dan kepemimpinan mereka dalam konteks nyata.
Selain itu, pengenalan terhadap komunikasi lintas budaya melalui interaksi dan kolaborasi dengan mahasiswa internasional atau proyek yang melibatkan berbagai latar belakang budaya, memperkuat kemampuan komunikasi dan pemahaman keragaman. Kombinasi pendekatan ini di program pascasarjana tidak hanya mempersiapkan mahasiswa dengan keahlian yang dibutuhkan di pasar kerja, tetapi juga membekali mereka dengan soft skills yang krusial untuk menjadi pemimpin dan inovator di masa depan.
Fokus pada Entrepreneurship dan Inovasi
Pada era yang ditandai dengan gelombang kewirausahaan dan inovasi, terutama dari generasi Y dan Z, universitas memegang peranan krusial dalam menyediakan platform yang kondusif untuk merubah ide-ide inovatif menjadi bisnis yang berkelanjutan. Melalui penyediaan inkubator bisnis dan program akselerator, universitas memberikan kesempatan kepada mahasiswa untuk mengakses mentorship, sumber daya, dan jaringan yang esensial dalam pengembangan usaha. Program-program ini tidak hanya memfasilitasi mahasiswa dalam mengembangkan konsep mereka, tetapi juga memberikan pemahaman mendalam tentang aspek-aspek vital dalam mengelola bisnis, dari pengelolaan keuangan hingga strategi pemasaran.
Selanjutnya, universitas bertransformasi menjadi hub yang menghubungkan inovator dengan elemen penting lainnya seperti investor, hasil penelitian terbaru, dan jaringan alumni yang luas. Kerja sama ini memungkinkan mahasiswa untuk bertemu dengan angel investor dan dana abadi universitas yang berpotensi memberikan pendanaan, serta mendapatkan bimbingan strategis untuk pertumbuhan dan keberlanjutan bisnis mereka. Integrasi ini menciptakan ekosistem inovasi yang dinamis, di mana mahasiswa tidak hanya memperoleh modal, tetapi juga pengalaman berharga yang membantu mereka dalam perjalanan kewirausahaan mereka.
Institut Teknologi Massachusetts (MIT) menonjol sebagai contoh utama dari universitas yang berhasil menjadi pusat inovasi dan kewirausahaan global. Berkat reputasi akademiknya yang kuat di bidang STEM, ekosistem yang mendukung, budaya inovasi, serta jaringan alumni yang luas dan berpengaruh, MIT telah melahirkan berbagai perusahaan rintisan dan produk inovatif. Keberadaannya di Cambridge, Massachusetts memperkuat posisinya dalam ekosistem global, menjadikan MIT sebagai tempat ideal bagi mahasiswa untuk mengasah bakat dan mengubah ide menjadi realitas, sekaligus memperkaya komunitas bisnis dan memajukan teknologi. Dukungan ini tercermin dalam banyaknya perusahaan rintisan dan inovasi yang berasal dari MIT, serta kesuksesan alumni seperti Elon Musk, Jeff Bezos, Bill Gates, Tim Berners-Lee, dan Susan Wojcicki.
Teknologi Pembelajaran Mutakhir
Penerapan teknologi seperti kecerdasan buatan (AI) dan realitas maya (metaverse) dalam pendidikan pasca sarjana dapat membawa transformasi signifikan dalam cara mahasiswa belajar dan berinteraksi dengan materi pembelajaran. Kecerdasan buatan, misalnya, dapat dimanfaatkan untuk personalisasi proses belajar, di mana algoritma AI menyesuaikan konten pembelajaran berdasarkan kebutuhan dan kemajuan individu mahasiswa, mengidentifikasi kelemahan mereka dan memberikan materi tambahan untuk mengatasi kekurangan tersebut. Hal ini memungkinkan pendekatan pembelajaran yang lebih efektif dan efisien, memastikan bahwa setiap mahasiswa dapat mencapai potensi maksimal mereka.
Dalam konteks Metaverse, universitas dapat menciptakan lingkungan belajar imersif yang menawarkan pengalaman serupa dengan dunia nyata. Melalui simulasi Metaverse, mahasiswa bisa melakukan eksplorasi scenario planning dalam kondisi yang beragam, melakukan role play dalam situasi bisnis atau kegiatan kewirausahaan, hingga menguji strategi mitigasi risiko dalam lingkungan yang terkontrol. Pengalaman belajar yang nyata ini tidak hanya meningkatkan pemahaman konsep tetapi juga mengasah keterampilan praktis mahasiswa, seperti pengambilan keputusan kritis dan kemampuan beradaptasi-keterampilan yang sangat penting di era VUCA, di mana volatilitas, ketidakpastian, kompleksitas, dan ambiguitas menjadi ciri khas lingkungan global saat ini.
Penggunaan AI dan Metaverse dalam pendidikan juga membekali mahasiswa dengan keterampilan digital yang sangat dibutuhkan di pasar kerja era digital. Mereka tidak hanya belajar tentang teori terkait teknologi terbaru tetapi juga memperoleh pengalaman langsung dalam menggunakannya, mempersiapkan mereka untuk berbagai peran di masa depan yang semakin bergantung pada teknologi canggih. Dengan demikian, integrasi teknologi mutakhir dalam pendidikan pascasarjana tidak hanya memperkaya pengalaman belajar tetapi juga meningkatkan kesiapan mahasiswa dalam menghadapi tantangan, dan memanfaatkan peluang di era digital yang terus berubah.
Dengan menyesuaikan pendekatan dan konten pembelajaran untuk memenuhi kebutuhan dan preferensi Gen Y dan Gen Z, pendidikan pascasarjana tidak hanya akan tetap relevan tetapi juga menjadi katalis untuk inovasi dan pertumbuhan pribadi. Inilah saatnya bagi universitas untuk berinovasi dan menawarkan lebih dari sekadar gelar; mereka harus memberikan pengalaman yang mengubah cara generasi mendatang berpikir, belajar, dan berkontribusi terhadap dunia.
Rosaria Mita Amalia Kepala Pusat Pengembangan Karier Universitas Padjadjaran, Wakil Presiden Indonesia Career Center Network (ICCN) dan Tuhu Nugraha Digital Business & Metaverse Expert, Principal Indonesia Applied Digital Economy & Regulatory Network (IADERN)
(mmu/mmu)