Ini Soal Perut, Bung!
Bagikan opini, gagasan, atau sudut pandang Anda mengenai isu-isu terkini
Kirim Tulisan

Kolom

Ini Soal Perut, Bung!

Rabu, 15 Nov 2023 09:34 WIB
Erwin Aksa
Catatan: Tulisan ini merupakan opini pribadi penulis dan tidak mencerminkan pandangan Redaksi detik.com
Blak Blakan Bersama Erwin Aksa

Tim Blak Blakan detikcom berkesempatan mewawancarai Mantan Politikus Golkar Erwin Aksa yang baru saja mengundurkan diri karena memiliki pandangan yang berbeda dengan Partai Golkar, Jakarta, Rabu (20/3/2019). Grandyos Zafna/detikcom
Foto: Grandyos Zafna
Jakarta -

Ungkapan 'itu ekonomi, bodoh' berasal dari kampanye presiden Amerika Serikat tahun 1992. Hal ini diciptakan oleh James Carville, ahli strategi kampanye Bill Clinton, sebagai cara untuk menekankan pentingnya perekonomian sebagai isu utama bagi para pemilih.

Intinya, frasa ini mengingatkan bahwa perekonomian memainkan peran penting dalam membentuk lanskap politik dan memengaruhi hasil pemilu. Hal ini menyoroti gagasan bahwa kekhawatiran utama pemilih sering kali berkisar pada kesejahteraan finansial, keamanan kerja, dan stabilitas ekonomi secara keseluruhan.

Perekonomian adalah sistem kompleks yang mencakup berbagai faktor, seperti lapangan kerja, inflasi, pertumbuhan PDB, kinerja pasar saham, dan kebijakan fiskal. Elemen-elemen ini secara kolektif berdampak pada kehidupan masyarakat, membentuk daya beli mereka, peluang untuk kemajuan karier, dan kualitas hidup secara keseluruhan.

SCROLL TO CONTINUE WITH CONTENT

Pada masa kemakmuran ekonomi, masyarakat cenderung merasa lebih optimis dan percaya diri terhadap prospek keuangan mereka. Hal positif ini sering kali diterjemahkan menjadi peningkatan belanja konsumen, sehingga mendorong pertumbuhan ekonomi.

Selain itu, perekonomian yang berkembang biasanya menghasilkan tingkat lapangan kerja yang lebih tinggi, seiring dengan berkembangnya dunia usaha dan menciptakan lebih banyak peluang kerja.

ADVERTISEMENT

Di sisi lain, kemerosotan ekonomi dapat menimbulkan dampak buruk bagi individu dan masyarakat secara keseluruhan. Tingkat pengangguran yang tinggi, upah yang stagnan, inflasi, dan ketidakstabilan keuangan dapat menimbulkan kesulitan yang signifikan bagi banyak orang. Hal ini sering kali menyebabkan meningkatnya kecemasan, penurunan belanja konsumen, dan rasa tidak nyaman secara umum di masyarakat.

Oleh karena itu, para politisi dan pembuat kebijakan menyadari perlunya memprioritaskan isu-isu ekonomi dan mengembangkan strategi untuk mendorong pertumbuhan, stabilitas, dan kesetaraan. Kebijakan ekonomi, seperti reformasi pajak, stimulus fiskal, dan langkah-langkah regulasi, sering kali diterapkan untuk mengatasi tantangan ekonomi dan memperbaiki kondisi dunia usaha dan individu.

Selain itu, dampak perekonomian melampaui batas dalam negeri. Di dunia yang saling terhubung Saat ini, tren dan peristiwa ekonomi global dapat mempunyai konsekuensi yang luas. Perdagangan internasional, nilai tukar mata uang, dan sistem keuangan global semuanya berperan dalam membentuk perekonomian nasional dan mempengaruhi jalannya perekonomian.

Kesimpulannya, frasa 'ini soal perekonomian, bodoh' merangkum gagasan bahwa perekonomian mempunyai pengaruh yang signifikan terhadap hasil politik dan sentimen publik. Memahami dan mengatasi permasalahan ekonomi sangat penting bagi para politisi dan pembuat kebijakan dalam upaya mereka untuk menciptakan masyarakat yang sejahtera dan stabil.

Dengan memprioritaskan pertumbuhan ekonomi, penciptaan lapangan kerja, dan keamanan finansial, mereka dapat melayani kebutuhan dan aspirasi masyarakat yang mereka wakili dengan lebih baik.

Erwin Aksa, Wakil Ketua Tim Kampanye Nasional Prabowo Gibran Koalisi Indonesia Maju

(ega/ega)



Berita Terkait

 

 

 

 

 

 

 

 

Ajang penghargaan persembahan detikcom dengan Kejaksaan Agung Republik Indonesia (Kejagung RI) untuk menjaring jaksa-jaksa tangguh dan berprestasi di seluruh Indonesia.
Hide Ads