Kabar politik terbaru usai pendaftaran pasangan Prabowo Subianto-Gibran Rakabuming Raka ke Komisi Pemilihan Umum (KPU) pada 25 Oktober adalah pertemuan jamuan makan siang oleh Presiden Joko Widodo (Jokowi) dengan tigacalon presiden (capres), yakni Prabowo Subianto, Ganjar Pranowo, dan Anies Baswedan di Istana Merdeka, Jakarta (30/10). Sontak, publik menyimpulkan bahwa jamuan santap siang itu sebagai bentuk sikap netral Jokowi menjelang Pemilu 2024.
Tak sedikit elite politik juga menanggapi langkah Jokowi sebagai sikap kenegarawanan. Ketua DPP PDIP Djarot Saiful Hidayat, misalnya, turut memuji Jokowi atas inisiatifnya mengundang makan siang tiga capres. Djarot melihat pertemuan itu merupakan upaya Jokowi untuk mengutamakan persatuan dan stabilitas di tengah kompetisi Pilpres 2024.
Tak ketinggalan, Ketua Umum Partai NasDem Surya Paloh juga mengapresiasi jamuan santap siang oleh Jokowi bersama tiga kandidat capres. Menurutnya, hal itu merupakan modal berharga bagi perjalanan bangsa Indonesia. Sedangkan pengamat politik Indikator Politik Indonesia Burhanuddin Muhtadi menerangkan, ada arti tersendiri dari kegiatan Jokowi menjamu makan siang tiga bakal capres. Menurutnya, Jokowi ingin menunjukkan sikap netral sebagai negarawan kepada para peserta Pemilu 2024.
Tak sedikit elite politik juga menanggapi langkah Jokowi sebagai sikap kenegarawanan. Ketua DPP PDIP Djarot Saiful Hidayat, misalnya, turut memuji Jokowi atas inisiatifnya mengundang makan siang tiga capres. Djarot melihat pertemuan itu merupakan upaya Jokowi untuk mengutamakan persatuan dan stabilitas di tengah kompetisi Pilpres 2024.
Tak ketinggalan, Ketua Umum Partai NasDem Surya Paloh juga mengapresiasi jamuan santap siang oleh Jokowi bersama tiga kandidat capres. Menurutnya, hal itu merupakan modal berharga bagi perjalanan bangsa Indonesia. Sedangkan pengamat politik Indikator Politik Indonesia Burhanuddin Muhtadi menerangkan, ada arti tersendiri dari kegiatan Jokowi menjamu makan siang tiga bakal capres. Menurutnya, Jokowi ingin menunjukkan sikap netral sebagai negarawan kepada para peserta Pemilu 2024.
Lalu, jamuan makan siang berakhir. Semua tamu undangan kembali ke tempatnya masing-masing. Hari pun berganti, dan Presiden Jokowi melakukan lawatan ke Bali pada 31 Oktober. Ihwal kedatangannya di Pulau Dewata itu tak lain untuk meninjau proses pembelajaran yang ada di SMK Negeri 3 Sukawati. Presiden juga meninjau harga sejumlah komoditas pangan di Pasar Bulan, serta menyerahkan bantuan pangan berupa beras kepada para penerima manfaat yang digelar di Balai Budaya Batubulan, Kabupaten Gianyar.
Mengutip laman setkab.go.id, Presiden Jokowi juga membuka secara resmi World Hydropower Congress 2023 yang digelar di Bali Nusa Dua Convention Center, Kabupaten Badung. Tak sekadar kunjungan, banyak media memberitakan bahwa Jokowi menyempatkan diri bertemu dengan koleganya di Bali. Presiden Jokowi di sela kegiatannya di Bali bertemu dengan relawan Arus Bawah Jokowi. Ketua Umum Arus Bawah Jokowi, Michael F Umbas, mengatakan pihaknya diundang untuk ngobrol sambil makan siang.
Pada kesempatan itu, Arus Bawah Jokowi menyampaikan sikap mereka yang mendukung Prabowo-Gibran. Mereka beralasan mempercayai Gibran sebagai jaminan masa depan anak muda. Bahkan Michael juga memberikan pujian pada putra mahkota, Gibran Rakabuming Raka. Menurut Michael, Gibran akan membuka pintu bagi anak-anak muda untuk berkiprah di dunia politik.
Tak Sejalan
Usai kunjungan di Bali, banyak pengamat menilai bahwa pertemuan Jokowi dengan relawan Arus Bawah Jokowi sebagai tindakan yang tak sejalan dengan komitmen netralitas yang diharapkan dari kepala pemerintahan sekaligus kepala negara.
Pengamat politik Lingkar Madani Indonesia Ray Rangkuti mengungkapkan bahwa di dalam pertemuan Jokowi dan Arus Bawah ada pembicaraan soal politik nasional. Di mana saat-saat ini, Presiden Jokowi berhubungan langsung secara emosional dengan perhelatan ini terutama terkait majunya Gibran sebagai cawapres dalam Pilpres 2024.
Oleh karenanya, publik berharap komitmen dan sikap netral Jokowi tidak hanya sebatas gimmick, yang kemudian terkesan formalitas dengan mengundang para capres ke istana. Hal yang lebih penting bahwa menjaga kepercayaan masyarakat dengan menjunjung tinggi prinsip kejujuran dan keadilan sejatinya sangat mutlak dalam pelaksanaan pemilu. Dan, Presiden Jokowi pasti memahami hal itu. Maka, yang dinantikan adalah sikap negarawan dari seorang Presiden Jokowi.
Mempertahankan Citra
Sebagai gambaran, istilah "negarawan" acap dikaitkan dengan keberadaan politisi atau tokoh suatu negara yang sangat dihormati dan disegani publik. Pengertian negarawan terletak pada poin pemimpin yang bersedia menyudahi kepentingan dan ambisi pribadi, lalu menggantinya dengan supremasi kepentingan negara dan bangsa.
Seorang pemimpin negarawan pasti menyadari akan kewajiban dan tanggung jawabnya untuk berkontribusi secara optimal bagi bangsa dan negara. Ia rela berkorban jiwa dan raganya demi kepentingan seluruh rakyat Indonesia secara umum. Ia mempunyai pandangan jauh ke depan serta mampu merumuskan visi dan misi bernegara tanpa memikirkan kepentingan diri sendiri, sekelompok golongan atau bahkan pendukungnya.
Pada akhir masa jabatannya, tak elok jika seorang pemimpin seakan masih ingin menancapkan kepentingan pribadi, keluarga, dan kelompoknya demi kepentingan pragmatis jangka panjang. Ruang-ruang etis politik kemudian diterobos demi upaya melanggengkan pengaruh serta kepentingan pribadi. Terlebih, fenomena itu tampak jelas dan terekspos oleh jutaan masyarakat Indonesia.
Presiden Jokowi seyogianya tetap konsisten mempertahankan citra sebagai "Jokowi masa lalu", yakni sosok yang progresif, visioner ,dan dicintai rakyat. Bukan sebaliknya, citra "Jokowi saat ini" justru sarat nuansa kritik akibat langkah-langkah yang ditempuhnya cenderung kontroversif. Sikap-sikap yang diambilnya dinilai banyak kalangan lebih pro pada kelompok tertentu dan juga pendukungnya. Bukan langkah populis yang pro rakyat secara luas.
Presiden Jokowi jangan sampai membuat kecewa hati publik yang telanjur puas pada kinerjanya. Berkaca pada hasil survei Lembaga Survei Indonesia (LSI) misalnya, tingkat kepuasan terhadap kinerja Presiden Jokowi menunjukkan tren yang secara konsisten menguat. Pada April lalu contohnya, tingkat kepuasan terhadap Presiden Jokowi 76,8%. Angka itu kemudian meningkat menjadi 81,9%. Artinya, tingkat kepuasan masyarakat atas kinerja Jokowi sangatlah tinggi.
Oleh sebab itu sikap politisi sekaligus negarawan harus dibuktikan dengan sungguh-sungguh, dan bukan gimik semata. Meski, di luar sana banyak kepentingan dan drama politik yang dimainkan. Ditambah, sang putra sulung, Gibran Rakabuming Raka, saat ini secara sah menjadi cawapres duet Prabowo yang tentunya tetap memerlukan cawe-cawe'tangan besi Jokowi.
Didik T. Atmaja alumnus FISIP Universitas Wahid Hasyim Semarang, bergiat di Sino-Nusantara Institute
(mmu/mmu)
Hoegeng Awards 2025
Baca kisah inspiratif kandidat polisi teladan di sini