Indonesia sebagai negara kepulauan yang kaya akan keragaman etnis, bahasa, budaya, dan agama, memiliki identitas nasional yang unik. Identitas nasional adalah konsep abstrak yang merujuk pada keseluruhan karakteristik, nilai, budaya, sejarah, dan simbol yang mendefinisikan suatu bangsa atau negara (Benedict R. O'Gorman Anderson, Imagined Communities).
Salah satu komponen yang sangat penting dalam pembentukan identitas nasional Indonesia adalah Islam dan budaya. Islam dan budaya telah bersatu dalam mengilhami, memperkaya, dan menguatkan jati diri Indonesia.
Sejak kedatangan Islam ke Indonesia pada abad ke-13, dan kini menjadi agama mayoritas, Islam telah memberikan kontribusi yang signifikan dalam membentuk identitas nasional. Selain itu, basis paling nyata dari budaya adalah etnik, dimana Jawa adalah etnik terbesar di Indonesia.
Sehingga fakta ini juga cukup memberikan pengaruh signifikan terhadap corak identitas nasional sekaligus membingkai potret psiko-sosiologis masyarakat Indonesia yang ramah dan religius.
Islam Sumber Nilai dan Budaya Sumber Etik
Islam memiliki peran yang sangat penting sebagai sumber nilai dalam pembuatan konstitusi untuk mengatur warga negara sehari-hari. Yang menarik adalah bagaimana Islam menyatu dengan budaya lokal yang beraneka ragam di seluruh kepulauan Indonesia dan menjadi sumber etik identitas nasional.
Proses akulturasi ini telah menghasilkan identitas nasional yang khas. Misalnya, dalam adat istiadat, seni, dan bahasa, terdapat pengaruh kuat dari budaya lokal yang menciptakan perpaduan yang indah antara agama dan tradisi.
Keberhasilan integrasi ini telah memungkinkan Indonesia untuk menjadi negara yang kuat, inklusif, harmonis, modern, dan maju yang menjadi contoh bagi negara-negara lain dalam mengelola keragaman di dalamnya. Melalui eksperimentasi Islam kebudayaan di Indonesia yang mengalir harmonis, sejatinya sikap anti Islam tidak perlu dilakukan. Justru kondisi tersebut menegasikan kedudukan Islam politik sebagai penguat dan instrumen Demokrasi.
Sikap phobia terhadap Islam memang kerap diarahkan akibat dari sikap sebagian kelompok muslim yang salah kaprah dalam menerapkan ajaran agamanya. Dapat juga diakibatkan tindakan sebagian muslim yang menggunakan kekerasan atas nama agama yang tidak seharusnya.
Al-Islam Mahjuubun bil Muslimin, artinya keindahan Islam tertutupi prilaku penganutnya, sempat diucapkan Imam Muhammad Abduh (w.1905). Tindakan ini mendorong pihak lain, baik muslim yang taat maupun non-muslim berprasangka buruk, stereotipe terhadap Islam politik.
Pemberitaan media juga sering kali menonjolkan tindakan ekstrem dan meredupkan gambaran sesungguhnya tentang Islam menambah buruk citra komunitas muslim.
Simak juga Video 'Jihad Santri Jayakan Negeri di Hari Santri Nasional':
Simak selengkapnya di halaman berikutnya.
(aud/aud)