Berkurban Menembus Batas Keyakinan
Bagikan opini, gagasan, atau sudut pandang Anda mengenai isu-isu terkini
Kirim Tulisan

Kolom

Berkurban Menembus Batas Keyakinan

Rabu, 28 Jun 2023 11:15 WIB
Rahmat Aming Lasim
Catatan: Tulisan ini merupakan opini pribadi penulis dan tidak mencerminkan pandangan Redaksi detik.com
aming lasim
Rahmat Aming Lasim (Foto: dok. pribadi)
Jakarta -

George Fathi mungkin tidak menyangka bahwa aksinya membeli kupon hewan kurban akan menjadi trending topic di media Mesir. Dia yang berprofesi sebagai seorang pedagang adalah penganut Kristen Koptik yang sudah sejak lima tahun memberi bantuan hewan kurban bagi keluarga miskin di daerah tempat tinggalnya, Kafr El-Sheikh, sekitar 134 km utara Kairo. Dengan dipandu oleh imam mesjid yang juga teman baiknya waktu jaman SD dulu, George Fathi adalah donator tetap bagi warga muslim yang tinggal di sekitar. Dia sangat peduli akan kondisi lingkungannya tanpa mempertanyakan identitas agama penerima bantuan.

Ternyata ini bukan yang pertama. Dikutip dari harian online Mesin Shoutulummah, warga Koptik banyak yang membantu saudaranya yang muslim dalam kegiatan hari-hari besar agama Islam. Disebutkan bahwa salah satu pastor di Gereja Abu Sefein, Zefta, Provinsi Gharbia sudah sejak lama membagi-bagikan kupon makanan untuk warga muslim yang merayakan Idul Fitri. Di Alexandria, ada warga Koptik bernama Paula Nabil yang memberikan kupon hewan kurban bagi warga muslim Alexandria setiap tahun. Begitupun donasi dari Yoannis Adeeb, pastor Gereja Katolik di Kota Hurghada kepada warga muslim saat perayaan Idul Fitri dan Idul Adha adalah salah satu bukti kepedulian dan harmoni antar pemeluk agama.

Berkurban dan Berkorban

SCROLL TO CONTINUE WITH CONTENT

Berkurban pada esensinya adalah "berkorban". Dalam KBBI makna berkorban adalah menyatakan kebaktian, kesetiaan, dan sebagainya; menjadi korban; menderita (rugi dan sebagainya); atau memberikan sesuatu sebagai korban. Secara sederhana semua agama mengajarkan umatnya akan makna berkorban atau pengorbanan.

Ritual berkurban dan berkorban juga sudah lama terjadi di berbagai peradaban seperti Mesir Kuno, Mesopotamia, Yunani Kuno, Romawi Kuno, dan Aztek di Mesoamerika. Bahkan sejarah mencatat kurban manusia sebagai salah satu ritual yang pernah dilakukan di beragam peradaban kuno. Kisah Nabi Ibrahim dan Nabi Ismail dalam ajaran Islam adalah manifestasi dari penghapusan kurban manusia menjadi kurban hewan.

ADVERTISEMENT

Saat saya duduk di bangku sekolah menengah atas, saya ingat membaca novel karya Charles Dickens berjudul A Tale of Two Cities. Novel ini menceritakan tentang Revolusi Prancis dan memberikan perspektif dari berbagai tokoh Victorian tentang revolusi terbesar di Eropa pada abad ke-18. Meskipun A Tale of Two Cities adalah sebuah novel dan bukan buku referensi agama, namun substansinya menggambarkan tema pengorbanan yang kuat dan dramatis melalui karakter Sydney Carton.

Perjuangan Carton yang memberikan (mengorbankan) hidupnya untuk orang yang dicintai adalah puncak cerita ini. Novel ini mengisahkan pengorbanan yang dilakukan oleh individu dan masyarakat selama revolusi dan perjuangan untuk mencapai keadilan sosial. Dickens menceritakan perjuangan dan pengorbanan karakternya dalam menghadapi situasi sulit demi mempertahankan nilai-nilai kemanusiaan.

Memuliakan Manusia

Hidup ini penuh dengan pengorbanan, apapun bentuknya, apapun keyakinannya. Menurut Mahatma Ghandi, "The law of sacrifice is uniform throughout the world. To be effective it demands the sacrifice of the bravest and the most spotless." Dia percaya bahwa hukum pengorbanan adalah sama di seantero dunia. Untuk menjadi efektif, hal itu memerlukan pengorbanan yang paling berani dan bersih. Dalam terminologi Islam itulah yang dinamakan "ikhlas".

Berkurban pada hakikatnya bertujuan untuk memuliakan manusia dan menghormati nilai-nilai kemanusiaan yang agung. Dalam literatur Islam, Imam Ghazali, seorang ulama dan cendekiawan muslim terkenal abad ke-11 dalam bukunya Ihya Ulumuddin bahkan menyebutkan bahwa kurban bukan hanya sekadar ritual memotong hewan. Kurban adalah simbol untuk memerangi sifat dan nafsu hewani yang seringkali menjadi tantangan kedekatan manusia kepada Yang Maha Kuasa dan hambatan bagi misi kemanusiaan kita.

Bagi Imam Ghazali, kurban adalah cara untuk menunjukkan ketaatan kepada Yang Maha Esa, melatih pengorbanan dan kekuatan spiritual, menghidupkan semangat para nabi, dan membangun kebersamaan serta kebaikan sosial. Penting bagi individu yang berkurban untuk menjalankan ibadah ini dengan niat yang tulus dan hati yang ikhlas, serta memahami makna dan tujuan yang lebih dalam di balik praktik kurban.

Dalam konteks ini, tak salah jika George Fathi, Paula Nabil, dan Yoannis Adeeb melakukan sharing and caring dalam bentuk kurban yang diberikan kepada saudaranya yang muslim pada Hari Raya Idul Adha. Dan, begitupun sebaliknya Islam mengajarkan kepekaan dan kepedulian sosial tanpa pandang bulu. Karena esensi kurban adalah memanusiakan manusia, maka berkurban seharusnya bisa menembus batas keyakinan.

Dr. Rahmat Aming Lasim, M.B.A diplomat dan pemerhati Timur Tengah, tinggal di Kairo

Simak juga 'Cerita Wali Songo di Balik Tradisi Warga Kudus Tak Berkurban Sapi':

[Gambas:Video 20detik]



(mmu/mmu)
Hoegeng Awards 2025
Baca kisah inspiratif kandidat polisi teladan di sini
Selengkapnya



Ajang penghargaan persembahan detikcom dengan Kejaksaan Agung Republik Indonesia (Kejagung RI) untuk menjaring jaksa-jaksa tangguh dan berprestasi di seluruh Indonesia.
Ajang penghargaan persembahan detikcom bersama Polri kepada sosok polisi teladan. Baca beragam kisah inspiratif kandidat polisi teladan di sini.
Hide Ads