Pemerintah melalui Menteri Keuangan telah mengajukan dokumen Pokok-Pokok Kebijakan Fiskal dan Asumsi Ekonomi Makro 2024 kepada DPR. Di tengah situasi ekonomi global yang masih melambat, pertumbuhan ekonomi Tiongkok pada kuartal I 2023 hanya tumbuh 4,5 persen, Uni Eropa 1,3 persen, Jepang 1,3 persen, Amerika Serikat 1,6 persen, dan India 4,1 persen.
Namun kondisi perekonomian nasional menunjukkan kinerja yang terjaga dengan baik, pada kuartal I 2023 ekonomi kita (Indonesia) tumbuh 5,03 persen (yoy). Kebijakan mengakhiri pembatasan sosial (PPKM) mampu menggerakkan sektor transportasi, akomodasi, restoran dan jasa lainnya, sehingga mencatatkan kinerja pertumbuhan paling tinggi.
Sektor transportasi dan pergudangan pada kuartal I 2023 tumbuh 15,93 persen, akomodasi dan restoran tumbuh 11,55 persen, serta jasa lainnya 8,9 persen.
Dari sisi konsumsi, semua sektor menunjukkan pertumbuhan positif. Konsumsi rumah tangga pada kuartal I 2023 tumbuh 4,54 persen, PMTB (investasi) 2,1 persen, ekspor 11,68 persen, konsumsi pemerintah 3,99 persen, dan impor tumbuh 2,77 persen.
Meskipun berbagai harga komoditas ekspor andalan kita tidak tinggi seperti tahun lalu, namun kinerja neraca perdagangan kita masih berada di angka surplus sebesar US$ 12,19 miliar.
Terjaganya perekonomian nasional dengan tumbuh baik dibandingkan negara negara maju berdampak pada terserapnya angkatan kerja, sehingga tingkat pengangguran nasional turun. Pada kuartal I 2023, tingkat pengangguran dibandingkan tahun lalu turun lebih dari 430 ribu orang, atau dari 8,42 juta menjadi 7,99 juta orang.
Tekanan inflasi yang sempat membayangi perekonomian nasional akibat kebijakan agresif The Fed menaikkan suku bunga acuan mampu ditangkis dengan baik oleh Bank Indonesia dan pemerintah. Inflasi (IHK) dari bulan Maret di level 4,97 persen dan pada April 2023 turun ke level 4,3 persen.
Krisis perbankan yang terjadi di Amerika Serikat, sejak jatuhnya Silicon Valley Bank, dan kemungkinan secara beruntun disusul oleh First Republic Bank dan Pacwest Bancorp. Mimpi buruk negara Paman Sam masih berlanjut dengan terancamnya gagal bayar utang mereka, hal ini membuat investor kian ragu memegang dolar Amerika Serikat (USD). Dampaknya terlihat penguatan rupiah beberapa pekan ini. Rupiah menguat terhadap USD dengan konsisten di kisaran 14.600-14.800.
Melihat keseluruhan indikator ekonomi nasional yang menunjukkan angka positif, saya yakin pelaksanaan Pemilu 2024 yang sebagian besar tahapannya dilakukan pada tahun 2023 justru akan memberikan insentif pada sektor riil. Pemilu akan mendorong konsumsi oleh semua kontestan, baik kontestan pilpres, maupun pileg.
Saya berkeyakinan pertumbuhan ekonomi nasional pada tahun ini bisa mencapai 5,1-5,3 persen, sehingga asumsi pertumbuhan ekonomi 2024 sebesar 5,3-5,7 persen cukup realistis, namun harus disertai best effort. Saya sendiri memperkirakan pertumbuhan ekonomi tahun 2024 dalam rentang yang diusulkan pemerintah, yakni pada kisaran 5,4-5,5 persen.
Melihat tren laju inflasi yang turun, saya perkirakan inflasi pada tahun ini mencapai 4 persenan, dengan mempertimbangkan tingkat konsumsi sektor riil yang naik karena perhelatan pemilu tahun depan. Sehingga masuk akal jika perhitungan inflasi pada tahun depan di kisaran 3 persen.
Kecenderungan rupiah yang terus perkasa berhadapan dengan USD, serta ketidakpastian sektor keuangan Amerika Serikat, apalagi recovery sektor perbankan tidaklah singkat, maka kita bisa optimis, kurs rupiah pada tahun depan bisa bertahan dalam range 14.600-14.900.
Di tengah ekonomi Indonesia yang terjaga baik, Surat Berharga Negara (SBN) sebagai tulang punggung pembiayaan saya perkirakan akan diminati oleh investor dalam dan luar negeri, mengingat credit rating Indonesia yang dibuat oleh lembaga pemeringkat seperti Fitch, S&P, Moody's masuk kategori stable. Saya perkirakan SBN 10 tahun pada tahun depan akan menguat di level 6,5-6,9 persen, dibanding tahun lalu rata rata diatas 7 persen.
Masa booming harga minyak tampaknya telah lewat, tren 1 kuartal di tahun ini harga minyak justru kian melandai, turun di level 75-80an US$/barel, usulan pemerintah dengan mengajukan asumsi harga minyak di tahun depan pada level 85 US$/barel sangat realistis.
Tantangan harus kita hadapi melihat kecenderungan lifting minyak dan gas bumi yang terus turun. Target lifting minyak bumi tahun ini sebesar 660 ribu barel per hari, dan lifting gas bumi sebesar 1100 barel setara minyak per hari tampaknya sulit tercapai.
Pada kuartal 1 2023 realisasi lifting minyak bumi mencapai 614 ribu barel per hari, meskipun meningkat dibanding periode yang sama di tahun 2022 sebesar 612 ribu barel per hari, namun realisasi pada kuartal 1 2023 ini masih di bawah target. Oleh sebab itu, target realisasi lifting minyak bumi pada tahun depan saya perkirakan di level 615 ribu barel per hari.
Sedangkan target lifting gas bumi juga masih di bawah target, realisasi pada kuartal 1 2023 baru mencapai 88 persen dari target APBN 2023. Karena itu saya mengusulkan target lifting gas bumi di level 1000 barel setara minyak bumi pada tahun 2024.
MH Said Abdullah, Ketua Banggar DPR
(ncm/ega)