Gempa Turki dan Kesiapsiagaan Kita

ADVERTISEMENT

Kolom

Gempa Turki dan Kesiapsiagaan Kita

Dimas Salomo Januarianto Sianipar - detikNews
Kamis, 23 Feb 2023 11:10 WIB
Gempa Turki
Foto: AP/Hussein Malla
Jakarta -

Linimasa media beberapa saat ini menghadirkan berita yang sangat memprihatinkan: gempa bumi dahsyat di wilayah Turki-Suriah. Pada 6 Februari 2023 lalu, pagi dini hari sekitar pukul 04:17 waktu setempat, wilayah Turki-Suriah digoncang gempa bumi dahsyat dengan magnitudo 7,8. Dari analisis lokasi dan mekanisme sumbernya, gempa ini diduga bersumber dari zona sesar Anatolian Timur (East Anatolian Fault Zone/EAFZ).

Gempa ini kemudian disusul oleh banyak gempa bumi susulan (aftershocks), termasuk satu yang cukup besar dengan magnitudo 6,7 pukul 04:28 waktu setempat, atau beberapa menit setelah gempa utama tadi. Akibat gempa dahsyat ini, banyak kerusakan bangunan dan lingkungan yang ditimbulkan oleh goncangan gempa dangkal tersebut. Intensitas gempa ini mencapai skala XI yang tergolong ekstrem.

Yang tak kalah mengagetkan lagi, pada hari yang sama pukul 13:24 waktu setempat, bumi di sekitar itu digoncang lagi oleh gempa besar. Kali ini berkekuatan M7,5, dan disusul juga oleh banyak gempa bumi susulan, salah satunya dengan M6,0 pukul 15:02.

Sampai dengan tulisan ini dibuat (21 Februari 2023), korban jiwa akibat gempa-gempa ini mencapai lebih dari 47.800 ribu orang, lebih dari 41 ribu di Turki, dan 6.600 di Suriah. Kemungkinan, jumlah ini akan bertambah seiring proses evakuasi dan tanggap darurat masih berlangsung.

Wilayah Turki sendiri memang secara tektonik rawan terhadap bahaya gempa bumi. Catatan seismologi menunjukkan bahwa di wilayah ini memang menjadi lokasi titik-titik episenter gempa bumi dan beberapa gempa bumi kuat pernah terjadi dalam catatan sejarah. Sebelumnya, 24 Januari 2020, zona sesar Anatolian Timur menjadi tempat terjadinya gempa dengan magnitudo M6,8. Gempa juga pernah terjadi pada 1795, 1872, 1874, 1893 di zona sesar East Anatolian.

EAFZ merupakan sesar aktif dengan tipe pergeseran geser mengiri (left-lateral strike-slip), yang juga merupakan batas lempeng (plate boundary) antara lempeng Arab dan lempeng Anatolian (Eurasia). Lempeng Arab bergerak ke arah utara/barat laut dengan kecepatan relatif sekitar 15-20 mm/tahun. Sementara itu, lempeng Anatolian bergerak ke arah barat. Pergerakan ini yang menciptakan sesar Anatolian Timur yang bergerak rata-rata sekitar ~10 mm/tahun. Secara total, zona sesar ini memiliki panjang sekitar 500 km.

Dari hasil analisis sementara menggunakan model gempa bumi dari USGS (US Geological Survey), tampaknya gempa bumi Turki-Suriah ini dihasilkan oleh pergerakan zona sesar dengan pergeseran pada bagian bumi yang dangkal dengan durasi yang cukup lama. Efeknya menjadi lebih dahsyat, ditambah lagi gempa terjadi pada pagi dini hari saat orang-orang masih berada di dalam rumah/bangunan.

Hasil analisis juga menunjukkan bahwa distribusi episenter gempa-gempa susulan (aftershocks) mengindikasikan gempa terjadi dalam sistem sesar yang kompleks. Distribusi gempa-gempa susulan mendelineasi segmen sesar sepanjang ~300 km.

Dari hasil pemodelan gempa oleh seismolog, diduga gempa ini secara umum bergerak dengan tipikal kecepatan rupture gempa pada umumnya, yaitu sekitar 2,5 km/detik. Berbeda dengan gempa bumi Palu (Sulawesi) pada 2018, walau mekanisme gempanya mirip, tetapi gempa bumi Palu memiliki kecepatan supershear (sekitar 4-4,5 km/detik), yang lebih cepat dari kecepatan geser batuan.

Gempa M7,8 tampaknya dimulai dari salah satu cabang EAFZ, dan rupture awalnya bergerak ke arah timur laut, dan kemudian berlanjut ke segmen utama EAFZ. Di segmen utama ini, rupture gempa bergerak lebih jauh ke arah timur laut, dan secara bilateral, bersamaan, juga ke arah barat daya.

Gempa M7,5 selanjutnya tampaknya berada di lokasi yang berbeda. Gempa ini terjadi di segmen yang berbeda lagi dan dari hasil analisis pemodelan Coulomb stress changes, terindikasi gempa ini dipicu oleh gempa M7,8 sebelumnya. Hasil model sumber gempa mengindikasikan rupture gempa ini bergerak secara bilateral, ke barat, dan ke timur. Perhatikan betapa kompleksnya gempa Turki-Suriah ini dari penjelasan di atas.

Mengingatkan Kita

Gempa bumi di Turki-Suriah memberikan warning bagi kita yang ada di Indonesia, yang juga merupakan wilayah yang rawan terhadap bahaya gempa tektonik. Gempa Turki-Suriah mengingatkan kita bahwa sesar aktif dengan pergerakan geser mendatar (strike slip) dapat menyebabkan kejadian gempa katastrofi dan gempa yang kompleks.

Perlu dilakukan kajian yang komprehensif terhadap potensi bahaya gempa dari sesar-sesar aktif di wilayah Indonesia: misalnya di zona Sesar Besar Sumatera, sesar Cimandiri di Jawa Barat, Sesar Matano di Sulawesi, Sesar Sorong, Sesar Yapen, Sesar Terera-Aiduna, dan yang lainnya.

Selanjutnya, penting dilakukan observasi kegempaan (seismisitas) secara kontinu dan berkesinambungan, dengan jaringan seismometer digital yang baik, untuk memahami mekanika dan dinamika di zona sesar aktif. Di sisi lain, perlu dilakukan observasi dengan jaringan yang disebut peralatan strong motion/akselerograf yang intensif di sepanjang zona sesar aktif, yang dapat digunakan untuk memahami kompleksitas sumber gempa dan efek gerakan permukaan bumi yang disebabkan oleh gempa.

Di wilayah Indonesia, penting sekali dilakukan kajian sesar aktif dan gempa tektonik untuk memahami potensi dan kompleksitasnya demi upaya mitigasi bencana gempa. Para ahli geosains dan instansi terkait perlu melakukan komunikasi yang intensif terkait potensi bencana gempa dan upaya mitigasi bencana gempa bumi, termasuk di antaranya terkait asesmen bahaya seismik, tata ruang, building code, dan peringatan dini (early warning).

Perlu kewaspadaan bersama terhadap bahaya gempa tektonik, belajar dari betapa masifnya gempa Turki-Suriah ini, demi meningkatkan kesiapsiagaan kita menghadapi katastrofi gempa.

Dimas Salomo J. Sianipar, Ph.D pakar gempa BMKG, staf pengajar di Sekolah Tinggi Meteorologi, Klimatologi, dan Geofisika (STMKG), Ketua Bidang Seismologi pada Himpunan Ahli Geofisika Indonesia (HAGI)

(mmu/mmu)


ADVERTISEMENT

ADVERTISEMENT

ADVERTISEMENT

ADVERTISEMENT