"Pisanomic": Pelajaran dari Vietnam
Bagikan opini, gagasan, atau sudut pandang Anda mengenai isu-isu terkini
Kirim Tulisan

Kolom

"Pisanomic": Pelajaran dari Vietnam

Jumat, 10 Feb 2023 09:30 WIB
WAODE NURMUHAEMIN
Catatan: Tulisan ini merupakan opini pribadi penulis dan tidak mencerminkan pandangan Redaksi detik.com
waode
Waode Nurmuhaemin (Foto: dok. pribadi)
Jakarta - Dalam wawancara di podcast Gita Wirjawan tanggal 12 Januari 2023, Menteri Pendidikan Nadiem Makarim menjawab satu pertanyaan yang diajukan tentang PISA Indonesia. Saat itu Gita Wirjawan menanyakan kapan Indonesia bisa sama peringkatnya dengan negara-negara maju. Dengan sangat yakin Pak Menteri menjawab bahwa skor PISA berkorelasi dengan GDP suatu negara. Tidak ada satu pun negara yang GDP-nya rendah nilai PISA-nya tinggi.

Dengan kata lain bahwa skor PISA ditentukan oleh kemajuan ekonomi suatu negara. Tentu saja, hal ini tidak benar dan menyesatkan. Vietnam, negara dengan GDP dan Human Index terendah di antara negara-negara partisipan PISA tahun 2012 mencatatkan performa terbaik dengan duduk diperingkat 17 untuk matematika, peringkat 8 untuk sains dan peringkat 19 untuk membaca, Vietnam yang baru mengikuti tes PISA tahun 2012 itu mengalahkan Amerika, Inggris, Australia, Jerman, Prancis, dan banyak negara maju lainnya. Tahun 2015, peringkat Vietnam tidak kalah mengesankan, ada di peringkat 22 secara keseluruhan.

Tahun 2018, peringkat Vietnam tidak dipublikasikan karena mengikuti paper test. Menurut Vietnam News, dalam laporannya yang berjudul "VN gets high scores but not named in PISA 2018 ranking" menurut Kementerian Pendidikan Vietnam, Vietnam telah menerima laporan OECD di mana Vietnam mendapat skor 505 untuk membaca (ranking 13) in the reading test, 496 (ranking 24) matematika , dan 543 (ranking 4) untuk sains.

Berdasarkan laporan OECD tahun 2018 yang membahas tentang Vietnam,OECD mengatakan bahwa mereka masih perlu waktu untuk menganalisis hasil tes PISA Vietnam di PISA tahun 2018 dan akan dilaporkan di tahun 2020. Dalam laporan itu, EOCD juga sedikit mengulas tentang keberhasilan siswa-siswa Vietnam.

Sejak tes pertama tes PISA diadakan pada tahun 2000, negara-negara yang GDP-nya tinggi mendominasi ranking PISA teratas. Sementara negara-negara yang GDP-nya rendah mendominasi ranking PISA terbawah. Namun, Vietnam menjungkirbalikkan keadaan. Vietnam yang baru membangun negaranya tahun 1975 akibat perang yang panjang sejak tahun 1955 menunjukkan dengan jelas dan terang-terangan bahwa kemajuan ekonomi tidak berkorelasi dengan kemajuan pendidikan.

Bahkan di tahun 2012, sejak mengikuti tes PISA pertama kali, Vietnam menjadi negara partisipan dengan GDP dan Human Index yang terendah. Dan, hal itu bukan skor yang kebetulan, karena di tahun 2015 dan kemudian di tahun 2018 skor Vietnam tetap tinggi. Itu artinya, negara ini membuktikan kepada dunia bahwa faktor ekonomi tidak selalu menopang prestasi pendidikan skala dunia.

Bagaimana bisa Vietnam yang duduk di garis negara dunia ketiga yang dipandang melarat oleh negara-negara maju mampu mengalahkan skor negara-negara makmur? GDP Vietnam tahun 2012 adalah 195,6 miliar USD, sementara GDP Indonesia 917,9 miliar USD Amerika Serikat 16,25 triliun USD, Inggris 2,706 triliun USD dan Australia 1,547 triliun USD. Begitu kecil GDP Vietnam yang bahkan dibandingkan dengan Indonesia adalah lebih besar empat kali lipat dibanding GDP Vietnam di tahun 2012 di mana skor PISA Vietnam melejit menaklukkan negara-negara yang raksasa secara ekonomi.

Lalu apa resep Vietnam menjadi satu yang terbaik di PISA. Dalam laporan setebal 45 halaman tahun 2016, dua peneliti bank Dunia, Suhas D. Parandekar dan Elisabeth K. Sedmik menguraikan berbagai faktor yang mempengaruhi siswa-siswa Vietnam unggul di PISA. Salah satu faktor keberhasilan siswa Vietnam adalah budaya untuk bekerja keras di sekolah. Anak-anak Vietnam sangat tabu untuk datang terlambat, dan sangat anti dengan yang namanya bolos dalam mata pelajaran. Anak-anak Vietnam juga terbiasa menambah jam pelajaran di luar sekolah, sampai 16 jam satu minggu.

Faktor lain, orangtua di Vietnam sangat peduli dan sangat terlibat dengan sekolah bahkan ada satu buku best seller yang menggambarkan bagaimana orangtua Asia yang imigran yang berjuang untuk sekolah anak-anaknya di Amerika yang mendidik anak-anaknya dengan keras bahkan mengharuskan untuk juara satu. Buku itu berjudul Battle Hymn of the Tiger Mother. Buku itu digambarkan sama dengan orangtua Vietnam yang menaruh harapan yang tinggi dan sangat terlibat terhadap sekolah. Faktor lainnya adalah guru-guru mendapat pengawasan yang ketat dari atasannya dalam menjalankan tugas.

Dari Vietnam kita bisa mengambil pelajaran bahwa skor anak-anak Vietnam tinggi di PISA justru bukan karena mencontek model pembelajaran Finlandia yang santai habis. Vietnam tidak pernah mencontoh-contoh negara Eropa dalam pendidikannya. Vietnam menerapkan model kerja keras untuk siswa-siswanya. Mereka berakar pada budaya sendiri dalam menerapkan kurikulum, karena mereka sadar secara ekonomi dan infrastruktur, Vietnam sama sekali tidak mirip Eropa.

Bagaimana Indonesia? Kapan berhenti mencontek negara lain? Sudah terbukti, bukan? Bahwa GDP yang rendah juga bisa bersinar dan melampaui negara-negara ber-GDP tinggi, yakni dengan kemauan dan kerja keras. Hal itu sudah dibuktikan oleh negara tetangga kita, Vietnam.

Waode Nurmuhaemin doktor manajemen pendidikan

(mmu/mmu)

Hoegeng Awards 2025
Baca kisah inspiratif kandidat polisi teladan di sini
Selengkapnya



Ajang penghargaan persembahan detikcom dengan Kejaksaan Agung Republik Indonesia (Kejagung RI) untuk menjaring jaksa-jaksa tangguh dan berprestasi di seluruh Indonesia.
Ajang penghargaan persembahan detikcom bersama Polri kepada sosok polisi teladan. Baca beragam kisah inspiratif kandidat polisi teladan di sini.
Hide Ads