Kolom

Transformasi Digital ala BSI: Ekosistem Jadi Kunci

Fahmi Ahmad Burhan - detikNews
Selasa, 27 Des 2022 21:35 WIB
Foto: Shutterstock
Jakarta -

Kala digitalisasi menjadi jargon yang kerap kali mewarnai langkah setiap industri. Kala kata metaverse hingga web3.0 menjadi mantra-mantra ampuh yang kerap kali disebut. Apa sebenarnya esensi di balik perubahan masif itu?

PT Bank Syariah Indonesia Tbk atau BSI yang bergerak di industri perbankan syariah sebenarnya telah menjawabnya dalam berbagai strategi korporasi. Sementara, kata kunci yang dipakai adalah 'ekosistem'. Ini dilakukan agar transformasi digital bukan sekadar latah terhadap tren tapi lebih dari itu memberi kemanfaatan bagi ekosistemnya terutama ekosistem syariah.

Sebagaimana diketahui, digitalisasi merupakan kata yang populer seiring dengan perkembangan pesat teknologi internet pada abad ke-21. Secara terminologi, digitalisasi merupakan proses perubahan dari teknologi yang sifatnya analog ke teknologi digital.

Apalagi kala pandemi COVID-19, setiap industri memakai jargon digitalisasi agar nafasnya bisa panjang, tanpa terkecuali perbankan. Di sektor ini, regulator terkait yakni Otoritas Jasa Keuangan (OJK) mengejawantahkan digitalisasi lewat Cetak Biru Transformasi Digital Perbankan.

OJK memandang bahwa transformasi digital di sektor perbankan merupakan keniscayaan. Namun, karena sifat perbankan yang highly regulated, maka OJK menerapkan prinsip keseimbangan dalam transformasi digital. Dengan demikian, antara inovasi dan aspek prudensial tetap terjaga dengan baik.

Lantas, kenapa transformasi digital begitu menjadi primadona? Dalam konteks Indonesia, teknologi digital memang sudah menjadi kebutuhan. Data dari Asosiasi Penyelenggara Jasa Internet Indonesia (APJII) menyebutkan bahwa pengguna internet di Tanah Air terus bertumbuh dari 175 juta sebelum pandemi COVID-19 menjadi 210 juta pada 2022.

Artinya, selama pandemi telah terjadi pertumbuhan jumlah pengguna internet di Indonesia sebanyak 35 juta. Kini, sudah ada 77 persen penduduk Tanah Air yang menggunakan internet.

Teknologi digital juga memberi manfaat bagi setiap nadi ekonomi masyarakat. Laporan e-Conomy SEA 2021 yang dikeluarkan Google, Bain & Company menyebutkan bahwa nilai ekonomi digital Indonesia diprediksi menyentuh US$ 146 miliar pada 2025.

Di tengah vitalnya teknologi digital itu, apa yang sebenarnya dilakukan BSI? Bank syariah terbesar di Indonesia ini mengejawantahkannya dalam sejumlah strategi. Direktur Utama BSI Hery Gunardi telah mengungkapkan bahwa BSI menjalankan optimalisasi teknologi digital melalui ekosistem.

Ada sejumlah ekosistem syariah yang disasar yakni masjid, haji, umrah, ziswaf (zakat, infaq, shodaqoh dan wakaf), lembaga pendidikan berbasis Islam, industri fesyen serta e-commerce, industri makanan dan minuman, kesehatan, ekspor impor, hingga wisata halal.

Hery juga telah mengungkapkan bahwa ekosistem itu merupakan segmen potensial yang harus terus digarap oleh BSI. Terlebih data menunjukkan bahwa Indonesia menjadi salah satu pasar ekonomi syariah terbesar di dunia mengacu laporan tahunan The State of Global Islamic Economy 2020/2021.

Dalam laporan Indonesia Halal Market Reports 2021/2022 juga disebutkan bahwa Bank Indonesia mencatat kontribusi ekonomi syariah terhadap produk domestik bruto (PDB) telah mencapai US$ 5,1 miliar.

Lebih dari itu, Herry mengatakan bahwa dengan fokusnya BSI menyasar ekosistem syariah ini menunjukkan bahwa BSI memiliki keunikan dan ciri khas tersendiri.

Selain itu, dalam acara pemaparan kinerja BSI kuartal III/2022 pada Oktober (27/10/2022), Direktur Information Technology BSI Achmad Syafii telah mengatakan bahwa salah satu fokus strategi BSI pada tahun ini adalah akselerasi kapabilitas digital.

Menurutnya, BSI senantiasa mengembangkan mobile digital yang mudah, aman, dan nyaman. BSI juga mengembangkan beragam fitur transaksi tersedia mulai dari pembayaran, top up, dan lainnya. Salah satu fitur unggulan BSI adalah pelunasan lewat mobile untuk haji dan umroh, pembiayaan atau kredit, serta mitraguna online. BSI juga mengembangkan layanan khas seperti tabungan emas digital, gadai emas, serta transaksi ziswaf.

Tanpa meninggalkan prinsip keamanan, BSI pun mengembangkan fitur seperti fitur biometrik. Tujuan dari fitur ini adalah agar nasabah bisa dengan nyaman bertransaksi secara online.

Sejumlah upaya yang dilakukan bank syariah ini memang membuahkan hasil. BSI mencatatkan jumlah pengguna layanan BSI mobile naik 43 persen secara tahunan (year on year/yoy) hingga mencapai 4,44 juta pengguna per kuartal III/2022.

BSI turut mencatatkan percepatan peralihan atau shifting nasabah dari kanal offline ke online. Saat ini, ada 97 persen transaksi yang dijalankan melalui kanal elektronik. Jika dicatat secara kumulatif, maka transaksi digital di BSI telah mencapai 187,2 juta per kuartal III/2022 dan 152 persen yoy.

Berkah dari digitalisasi masif ini ternyata mendorong naiknya fee based income sebesar 86 persen per kuartal III/2022. Total fee based income BSI per September 2022 mencapai Rp173 miliar.

Ke depan, rupanya bank syariah ini akan terus menggenjot transformasi digital agar tidak sekadar jargon. BSI ingin menjadi bank as a service terutama buat umat.

Fahmi Ahmad Burhan, Bisnis Indonesia




(akd/ega)
Berita Terkait
Berita detikcom Lainnya
Berita Terpopuler

Video

Foto

detikNetwork