Transformasi digital di dunia perbankan syariah cukup penting dilakukan untuk percepatan dan efisiensi pelayanan. Dalam proses transformasi itu setiap daerah mempunyai tantangan dan hambatan yang berbeda-beda.
Seperti halnya di Kabupaten Wonogiri. Masih terdapat beberapa daerah atau desa yang masuk wilayah blank spot. Sehingga pengaplikasian tentang transformasi digital bisa terhambat. Hal itulah yang membuat Kantor Cabang Pembantu (KCP) Bank Syariah Indonesia (BSI) Wonogiri harus mampu memberi dan menawarkan solusi.
Branch office Service Manajer KCP BSI Wonogiri, Muhammad Yunan Anwar, mengatakan masih adanya wilayah blank spot atau lemah sinyal internet di Wonogiri menjadi kendala transformasi digital di pelayanan perbankan. Padahal, menurutnya BSI Wonogiri selalu mendorong nasabahnya untuk berpindah ke layanan digital saat bertransaksi.
"Arah kami memang ke transformasi digital. Layanan nasabah sebisa mungkin menggunakan digital. Saat nasabah datang ke kantor, langsung kami arahkan menggunakan digital. Kalau tidak bisa, kami ada satpam yang membantu pengoperasiannya," kata dia.
Ia mengatakan BSI Wonogiri mendorong nasabah menggunakan BSI mobile, banyak fitur di sana yang bisa dimanfaatkan. Pembuatan rekening bisa melalui aplikasi itu. Selain itu di sana bisa melakukan transaksi hingga membeli emas.
Menurut Yunan, pihaknya telah memetakan daerah blank spot di Wonogiri. Saat ia bersama tim keliling ke daerah Wonogiri timur, seperti Kecamatan Girimarto, Sidoharjo, Jatisrono hingga Purwantoro, tidak ada permasalahan terkait sinyal internet. Namun dengan catatan menggunakan jaringan internet dari provider besar.
Daerah susah sinyal, kata dia, lebih banyak ditemukan di Wonogiri Selatan. Di antaranya di Kecamatan Pracimantoro, Giritontro dan Paranggupito. Untuk di Kecamatan Baturetno dan sekitarnya, meski di wilayah Wonogiri Selatan tidak ada masalah susah sinyal.
"Nah, nasabah kami itu kebanyakan dari timur, Girimarto, Slogohimo ke Timur sampai Purwantoro. Untuk Wonogiri Selatan seperti Pracimantoro, Giribelah (Giritontro) ke sana itu sedikit," ungkap dia.
Meski nasabah di Wonogiri selatan sedikit, BSI Wonogiri tetap mencoba menjangkau atau menjaring nasabah dengan cara bekerja sama dengan berbagai pihak. Salah satunya dengan RSU Maguan Husada di Kecamatan Pracimantoro.
Meski demikian, kata Yunan, kendala lain yang ada di Wonogiri selatan adalah belum adanya ATM BSI di sana. Hal itu disebabkan karena jangkauan jauh. Solusi yang bisa dilakukan adalah dengan bertransaksi di Mandiri. Sebab ATM yang digunakan saat ini masih sama dengan ATM Mandiri Syariah sebelumnya.
"Untuk itu salah satu solusi yang bisa dilakukan di Wonogiri Selatan untuk digitalisasi layanan perbankan dengan BSI smart. Sudah ada beberapa titik di sana. Kami serang pakai BSI smart itu untuk Wonogiri Selatan. Nasabah bisa ambil dan menyetor uang di lewat itu," ujar Yunan.
Tantangan lain terkait layanan digitalisasi perbankan adalah sumber daya manusia (SDM). Salah satunya adalah golongan orang tua. Biasanya handphone (HP) golongan tua versi android-nya di bawah standar. Android yang bisa digunakan untuk meng-install BSI mobile adalah versi android 8 ke atas.
"Kalau orang sepuh datang ke kantor, tetap diarahkan pakai digital dengan dibantu satpam. Tapi kalau memang kesulitan bisa manual dengan dibantu CS kami. Tapi biasanya mereka ke sini ditemani anaknya yang versi HP nya sudah tinggi, jadi tetap bisa melalui digital," kata dia.
Yunan mengatakan, BSI Wonogiri mempunyai sekitar 5.000 nasabah aktif, baik dari pembiayaan maupun dana. Dari jumlah itu sebagian besar dari Wonogiri timur. Presentasinya 70 persen ada di Wonogiri timur dan 30 persen ada di Wonogiri selatan yang dibagi wilayah Pracimantoro dan Baturetno.
Dari jumlah itu, nasabah yang sudah menggunakan transaksi melalui digital sekitar 1.600 orang. Sisanya yang belum menggunakan karena kebanyakan ada di luar kota, seperti tabungan pelajar dan lainnya. Ada petugas di BSI Wonogiri yang bertugas semacam telemarketing, untuk menghubungi nasabah agar berpindah ke layanan digital. Setiap nasabah datang ke kantor diminta men-download BSI mobile.
"Intinya kalau di Wonogiri tantangan terkait digitalisasi perbankan adalah soal konveksi (internet), khususnya di Wonogiri Selatan. Maka kami serang dengan BSI smart di sana. Kalau ke sini kami sediakan Wi-Fi. Kalau di wilayah timur sudah banyak yang pakai BSI mobile," kata Yunan.
Salah satu nasabah BSI Wonogiri sekaligus pemilik agen BSI smart di Kecamatan Giriwoyo, Wonogiri adalah Trianto. Di agen itu nasabah BSI bisa melakukan setor uang, tarik uang, kirim uang, melakukan pembelian dan lain-lain.
"Kalau di sini untuk BSI smart sifatnya masih pelopor. Masih orang tertentu yang menggunakan. Kalau saya sudah jadi nasabah BSI lama, sejak masih ada bank-bank syariah itu," kata dia.
Trianto menuturkan, dalam satu hari ada tiga hingga lima orang yang menggunakan layanan BSI Smart. Rata-rata pengguna memakai untuk mengisi dompet digital. Namun ada beberapa nasabah BSI yang rutin atau langganan menyetorkan uang atau isi saldo. Adapun jumlah transaksi dalam setiap bulan rata-rata Rp 10 juta.
"Kalau kendala sinyal tidak ada selama menggunakan Wi-Fi. Tapi kalau pakai kartu atau sinyal internet biasa kadang agak terganggu juga. Apalagi kalau mati listrik. Kalau kendala pemakaian BSI smart hampir tidak ada. Paling cuma notifikasi laporan saja," kata Trianto.
Muhammad Aris Munandar, Jurnalis detikJateng
(prf/ega)