Perjuangan dan Kecintaan di Balik Kelestarian Batik Indramayu

ADVERTISEMENT

Kolom

Perjuangan dan Kecintaan di Balik Kelestarian Batik Indramayu

Sudedi Rasmadi - detikNews
Senin, 26 Des 2022 09:33 WIB
Batik Paoman, batik khas Indramayu
Foto: Sudirman Wamad
Jakarta -

Kerajinan batik hampir dimiliki beberapa daerah di Indonesia, termasuk di Kabupaten Indramayu. Namun, kemiskinan ekstrem di tahun 1970 hampir melenyapkan budaya membatik di bumi Wiralodra.

Salah satu tokoh pembatik Indramayu, Siti Ruminah Sudiono menjelaskan warisan batik Indramayu nyaris tidak bisa ditemui generasi saat ini. Sebab, ketika sebelum tahun 70-an, kerajinan batik mulai lesu. Bahkan penjualan semakin mandek.

Sulitnya ekonomi menyebabkan perajin tidak dapat memiliki modal. Terlebih, musim paceklik dialami oleh nelayan tradisional (para suami pembatik) yang sulit mendapat penghasilan.

Ketika itu, kondisi masyarakat semakin terlihat terpuruk. Bahkan, tidak sedikit anak-anak pembatik tidak bisa mencukupi pemenuhan gizi sehingga banyak yang mengalami busung lapar.

"Ketika suami dinas di kesehatan, banyak masyarakat yang kesulitan ekonomi. Bahkan sampai anaknya busung lapar. Ternyata suami (nelayan) sulit mendapat hasil, dan istri yang di rumah kesulitan menjual batik lantaran paceklik, sehingga anak-anaknya hanya dikasih makan kerupuk," kata Siti Ruminah Sudiono belum lama ini.

Ternyata kondisi itu menggugah Siti Ruminah Sudiono untuk bertindak. Tak sanggup melihat terpuruknya ekonomi di lingkungan perajin batik membuatnya bangkit dan menghidupkan kembali batik Indramayu.

"Dan saya menghidupkan kembali, tahun 70-an sudah hampir punah. Saya bentuk asosiasi mereka yang bisa membatik, saya rekrut dan bentuk koperasi paguyuban. Alhamdulillah ajakan saya direspon dan berkembang sampai sekarang," kata Siti Ruminah, ibu pembatik Indramayu itu.

Memang tidak mudah memasarkan batik ketika itu. Namun, keberadaan Siti Ruminah yang tergolong aktif di berbagai organisasi, membuat batik hasil masyarakat setempat mulai laku terjual.

"Ketika itu saya aktif di organisasi, banyak kenalan sehingga bisa mudah terjual," lanjut Siti Ruminah.

Tidak berhenti di situ, ancaman klaim batik dari negeri seberang membuat Siti Ruminah terus berjuang. Di tahun 2000-an, ia bersama pemerintah Indramayu mengajukan hak paten dari berbagai motif khas Indramayu.

"Alhamdulillah 50 motif sudah hak paten milik Indramayu. Itu berjuangnya lama banget sampai 3 tahun," ucapnya.

Upayanya membangkitkan kembali batik Indramayu diakui oleh berbagai kalangan. Termasuk dari Almarhum istri Presiden RI ke-6.

"Penghargaan Cintanya Membatik dari Ibu Ani Yudhoyono tahun 2005 dalam rangka memproteksi batik se-nusantara," ujar Siti.

Sudedi Rasmadi, Jurnalis detikJabar

Simak juga 'Batik Parang Dilarang di Pernikahan Kaesang-Erina, Ini Alasannya':

[Gambas:Video 20detik]



(prf/ega)


ADVERTISEMENT

ADVERTISEMENT

ADVERTISEMENT

ADVERTISEMENT