Bank Syariah Indonesia: Lebih Energik dan Inklusif

ADVERTISEMENT

Kolom

Bank Syariah Indonesia: Lebih Energik dan Inklusif

Muhammad Ivan - detikNews
Rabu, 21 Des 2022 14:10 WIB
Pegawai menghitung uang di Kantor Cabang Digital Bank Syariah Indonesia (BSI) Thamrin, Jakarta, Selasa (24/8/2021). Pada semester I tahun 2021 BSI mencatat perolehan laba bersih sebesar Rp1,1 triliun, menyalurkan pembiayaan hingga Rp161,5 triliun dan mencatatkan total aset sebesar Rp247,3 triliun hingga Juni 2021. ANTARA FOTO/Aditya Pradana Putra/wsj.
Foto: ANTARA FOTO/ADITYA PRADANA PUTRA
Jakarta -

Perbankan syariah merupakan fenomena ekonomi Islam yang menjadi alternatif dan kian digemari masyarakat di seluruh dunia, termasuk para milenial. Bukan hanya untuk mengakomodir kepentingan umat Islam, namun juga memadukan kepentingan pribadi dan kemaslahatan masyarakat dalam bentuk yang berimbang.

Kelebihan lainnya dalam perbankan syariah menggunakan prinsip barakah yang beroperasi atas dasar pertumbuhan dan investasi harta dengan cara-cara legal, agar sirkulasi harta dalam kehidupan sebagai bagian dari mediasi jaminan kebutuhan-kebutuhan pokok bagi manusia terus terjaga dinamikanya. Jelas, Islam melarang keras praktik monopoli, penumpukan dan penghentian pengalokasian dan perputaran yang dapat merugikan umat.

Bank Syariah Indonesia (BSI) sebagai hasil merger tiga bank syariah BUMN secara resmi beroperasi sejak 1 Februari 2021. Saat ini, BSI menjadi bank terbesar ke-7 di Indonesia berdasarkan nilai aset yang dimiliki. Merger ini juga diharapkan mampu meningkatkan pangsa pasar ekonomi syariah di Indonesia meskipun baru menjangkau 9,68% dan kontribusi perbankan syariah dapat dinilai masih rendah sekitar 6,81%. Tentu saja, hal ini sangat ironis mengingat populasi muslim di Indonesia mencapai sekitar 229 juta jiwa dari total 270 juta penduduk Indonesia.

Rangkul Milenial dan Gen Z

Seiring dengan perkembangan zaman ke era industri 4.0, yang didominasi milenial dan gen Z, generasi yang lahir pada rentang waktu tahun 1980-an hingga 2010, mereka identik sebagai penggila teknologi dan gawai. Dalam usia produktif, mereka ikut mengantarkan dunia kepada era industri 4.0 yang didorong oleh pemanfaatan teknologi disruptif, seperti mobile internet, IoT, teknologi awan dan lainnya (CFB Bots, 2018).

Generasi ini juga dikenal sebagai native digital, multitask, dan senang bermain dengan monster digital/shopping online. Dengan produktivitas tanpa batas, potensi milenial jangan dianggap remeh. Dalam Profil Generasi Milenial 2018, BPS menyebutkan bahwa generasi milenial mencapai 33,75 persen dari jumlah penduduk keseluruhan, sekitar 90 juta penduduk.

Tingginya penetrasi internet milenial tidak begitu menggembirakan jika dihubungkan dengan perbankan syariah. Itu hanya satu dari beragam tantangan lainnya yang memaksa manajemen perbankan syariah termasuk BSI untuk bertransformasi dan menetapkan beberapa strategi, mulai dari perbaikan proses bisnis, penguatan manajemen risiko, penguatan sumber daya manusia (SDM), hingga penguatan teknologi digital.

Secara faktual, tingkat literasi masyarakat Indonesia terhadap perbankan syariah hanya 11,06%, lebih rendah dari perbankan umum yang mampu mencapai sebesar 28,94%. Sedangkan untuk tingkat inklusi keuangan syariah juga tidak kalah rendahnya, yaitu 8,55%, adapun tingkat inklusi perbankan umum sebesar 63% (Rahman, 2018). Tentu saja, hal tersebut menjadikan perbankan syariah seolah jalan di tempat.

Perbankan syariah harus jeli dan lincah mencari celah (peluang) untuk merangkul potensi dan karakteristik milenial dan gen Z yang biasa bermain dengan monster digital, shopping online, kongkow di cafe sembari internetan, dan lain sebagainya. Bagaimana pada akhirnya mereka memiliki pilihan terhadap produk perbankan syariah yang sesuai dengan apa yang mereka rasa dapat menambah atau mendukung modalitas hidup mereka.

Sebagaimana arahan Presiden Jokowi dalam peresmian PT Bank Syariah Indonesia, Tbk, 1 Februari 2021.

"Sebagai barometer perbankan syariah Indonesia, serta insyaAllah nantinya regional dan dunia, saya mengharapkan agar Bank Syariah Indonesia harus jeli dan gesit menangkap peluang, mampu menciptakan tren-tren baru dalam perbankan Syariah," kata Jokowi.

Menurut Boston Consulting Group (BCG), generasi milenial pada 2020 akan menjadi populasi MAC (Middle-Class dan Affluent Customer, yaitu: mereka yang memiliki kekayaan bersih antara US $ 100.000 dan US $ 1 juta di seluruh spektrum pendapatan) dengan populasi 64% dari keseluruhan populasi Indonesia saat ini (Rastogi, et al., 2013). Fakta ini diikuti dengan potensi transaksi e-commerce yang mengalami kenaikan mencapai 20 miliar US$ atau sekitar Rp 261 triliun. Bahkan, pada 2017, nilai perdagangan online Indonesia mencapai 8 miliar dolar AS. Nilai ini meningkat menjadi 55 sampai 65 miliar dolar AS pada tahun 2022. Jelas, peluang dan potensi ini tidak dapat dilewatkan begitu saja oleh perbankan syariah agar mengenal lebih familiar milenial.

Menjadi Lebih Inklusif

Pasar yang lesu, apalagi di masa pandemi ini menjadi jeda, agar perbankan syariah memikirkan ulang tentang strategi marketing yang lebih mengedepankan pasar inovatif. Konektivitas 'dari hati ke hati' dengan milenial mutlak dibutuhkan. Apa yang mereka suka, apa yang mereka impikan di masa depan, apa yang menjadi tren, perbankan syariah perlu mengenalkan diri secara berbeda dan lebih inklusif, menerobos batas bahwa BSI terasa milik semua umat dan semua generasi. Fakta yang terjadi saat ini, milenial menjadi kelompok yang paling rentan terkena dampak dari dua tahun pandemi. Sebagai negara dengan populasi muslim terbesar di dunia, peran perbankan syariah membutuhkan produk yang mendukung pemulihan atau menopang perekonomian milenial.

Dengan mengenali identitas milenial khas Indonesia, maka definisi Jackson, Stoel & Brantley (2011) menjadi relevan. Kata mereka, bahwa Jackson, Stoel, & Brantley (2011) peristiwa sosial, politik dan ekonomi tingkat makro yang terjadi selama tahun-tahun sebelum dewasa dari suatu kelompok menghasilkan identitas generasi yang berbagi serangkaian nilai, keyakinan, harapan, dan perilaku yang tetap konstan sepanjang kehidupan satu generasi. Jika milenial mau beralih ke perbankan syariah, maka perbankan syariah perlu beradaptasi dan bersahabat dengan kultur yang sedang mereka jalani. Literasi digital dan budaya massa yang berkembang pesat saat ini perlu dipelajari perbankan syariah untuk mempelajari berbagai pendekatan kepada milenial.

Satu contoh saja, sebagian dari mereka adalah penggemar K-Pop, apakah haram jika perbankan syariah menggunakan branding atau menggunakan istilah-istilah yang berbau Korea, misalkan dalam marketing perbankan syariah. Industri musik Korea pun berhasil dengan menggunakan strategi yang tidak kecil, penuh perencanaan, dan perlu belasan tahun untuk mencapai kedigdayaan Korea dalam kancah globalisasi. Perbankan syariah dalam hal ini, perlu melihat sudut pandang yang lebih multikultur dan tidak rigid, untuk melihat pasar potensinya dengan kekuatan konektivitas dan pasar inovatif yang terus bertumbuh.

Sebagaimana Kpop berhasil mendunia, karena keberhasilan mereka yang ditopang jejaring media sosial seperti website, akun, dan saluran di beberapa situs media sosial yang saling terintegrasi dan pada akhirnya membentuk brand yang menjadi magnet bagi warga dunia. Belajar dari hal itu, BSI perlu bergandeng tangan (bermitra) dalam jagat digital. Mendekati milenial bukan hanya butuh modal, namun juga hati, sehingga perbankan syariah menjadi lebih akomodatif bukan hanya pihak muslim, namun juga mereka yang bukan muslim. Inilah yang disebut Islam sebagai rahmatan lil alamin.

Perbankan syariah perlu berperan agar ekonomi umat tetap berjalan, di tengah PHK yang terus mengancam milenial, dan kebutuhan tenaga kerja yang semakin selektif, karena ekonomi yang lesu, dan perkiraan perlu memerlukan waktu beberapa tahun ke depan untuk pulih. Ekonomi perlu kuat, namun perbankan syariah melalui BSI memiliki nilai lebih ekonomi Islam dengan prinsip untuk menyehatkan, agar dapat terhindar dari krisis ekonomi yang berkepanjangan. Musim pandemi belum berlalu, dan tugas menyehatkan ekonomi umat belum usai. Saatnya BSI bermain peran dan pada akhirnya berbekas di hati milenial dengan berbagai produk inovatifnya.

(ads/ads)


ADVERTISEMENT

ADVERTISEMENT

ADVERTISEMENT

ADVERTISEMENT