"Mimpiku hanya satu, yaitu mempunyai Tanah Air. Tidak ada perang dan konflik. Tidak ada petaka dan ujian. Tidak ada terorisme dan fitnah. Silakan ambil semua jabatan dan harta, tapi jangan ambil Tanah Airku. Wahai Tanah Air, engkau kekasihku, kemuliaan, dan mahkota kepalaku. Wahai para politisi, pejuang, dan pemimpin, kalian lebih mulia, lebih berharga, dan lebih agung dari sekadar kursi kekuasaan."
Petikan lirik dari lagu Luthfi Busynaq, Ana Muwathin, Saya Warga Negara, membuat seluruh warga Tunisia dan dunia Arab terharu. Meskipun lagu ini dirilis pada tahun 2013 lalu, tetapi pesan-pesannya masih relevan hingga saat ini. Bahkan, menurut saya, kalimat-kalimatnya menembus ruang dan waktu hingga ke negeri kita. Cinta Tanah Air adalah kekuatan, keistimewaan, dan keutamaan.
Saat berjumpa dengan Luthfi Busynaq dalam sebuah konser malam kebudayaan yang digelar sepanjang bulan Ramadan di Gedung Teater, Kota Tunis, saya meminta khusus agar lagu tersebut dilantunkan. Ia langsung meminta kepada timnya untuk memasukkan dalam daftar lagu yang akan didendangkan pada malam itu. Saya sampaikan kepada Luthfi Busynaq, "Saat mendengarkan lagu Ana Muwathin, saya teringat Sukarno dan Habib Bourgaiba yang selalu menggelorakan pentingnya cinta Tanah Air."
SCROLL TO CONTINUE WITH CONTENT
Saya benar-benar terharu dan tersanjung, saat konser berlangsung dan gedung teater terhanyut dalam lantunan lagu-lagu Luthfi Busynaq, tiba-tiba ia berujar, "Atas permintaan Duta Besar Republik Indonesia untuk Tunisia, malam ini saya akan membawakan lagu Ana Muwathin." Seluruh penonton gedung teater bergemuruh, dan berdiri memberikan penghormatan.
Indonesia mulai menjadi perbincangan di seantero Tunisia. Nostalgia pada keakraban Sukarno dan Habib Bourgaiba mulai hadir kembali, bersamaan dengan diplomasi kebudayaan yang saya lakukan dalam beberapa bulan terakhir. Kedua sosok besar telah menanamkan pentingnya cinta Tanah Air, yang pengaruhnya begitu kuat dalam relung hati dan sanubari setiap warga negara. Lagu Ana Muwathin yang dilantunkan Luthfi Busynaq menjadi pengingat agar kita jangan pernah lelah mencintai Tanah Air.
Luthfi Busynaq menyampaikan pada saya betapa Indonesia begitu dekat dengan dirinya. "Saya sudah liburan ke Bali, dan saya sangat mencintai Indonesia. Negeri yang sangat Indah dan warganya ramah. Mimpi saya selanjutnya bisa konser di Indonesia," ujarnya.
Alkisah, tidak lama setelah revolusi bergelayut di Tunisia pada 2010 lalu, ia mendatangi Kedutaan Besar Republik Indonesia Tunis. Ia ingin berlibur bersama keluarganya ke Bali. Kepada salah seorang staff di KBRI Tunis ia menyampaikan, bahwa momen-momen setelah Revolusi tidak mudah, tetapi cinta Tanah Air harus selalu berkobar, karena setiap kita mempunyai tanggung jawab untuk menjaga dan membangun negeri masing-masing.
Sejak kunjungan ke Bali tersebut, Luthfi Busynaq merasa dekat dengan Indonesia. Ia memberikan nomor pribadinya kepada saya, dan kapan saja bisa berjumpa dengannya. Saat saya sapa melalui Whatsapp setelah konser untuk mengucapkan terima kasih, karena Indonesia disebut dalam konser yang disiarkan secara langsung oleh televisi al-Wathaniyyah, ia merespons dengan cepat, sehingga saya langsung berkomunikasi dengannya.
Lagu Cinta Tanah Air ala Luthfi Busynaq, Ana Muwathin hingga saat ini menjadi lagunya yang paling populer di Youtube. Setidaknya hingga sekarang ini sudah ditonton 16 juta orang. Pesannya begitu kuat agar perbedaan politik dan kepentingan yang membuncah jangan sampai melupakan kita untuk mencintai Tanah Air. Sebab cinta Tanah Air merupakan kekuatan agar kita tidak terjerembab dalam pada kegagalan dan kehancuran. Selama masih ada cinta Tanah Air, kita masih mempunyai kesempatan untuk melihat hari cerah di masa mendatang.
"Aku tidak takut pada kemiskinan, tapi kekhawatiranku pada kabut. Pada hilangnya kesadaran dalam diri kalian, sebagaimana ketakutanku pada hilangnya cinta Tanah Air. Wahai para pemimpinku, hendaknya kalian jika memimpin gunakan hukum kebajikan. Aku tidak peduli pada apa yang terjadi di dunia ini dengan segala kebisingannya. Tapi tolong biarkan negeriku. Mimpiku hanya satu, yaitu mempunyai Tanah Air," lantun Luthfi Busynaq.
Lagu-lagu Luthfi Busynaq yang sangat dekat dan menyentuh realitas keseharian warga di seantero Timur-Tengah, telah mengantarkan dirinya pada posisi yang sangat penting, plus sederet penghargaan dari berbagai mancanegara. Ia dicintai dan dielu-elukan tidak hanya oleh warga Tunisia, melainkan oleh seluruh warga Arab di seantero dunia.
Melalui lagu-lagunya, Luthfi Busynaq ingin menyampaikan pesan, bahwa cinta, khususnya cinta Tanah Air menjadi sesuatu yang sangat penting untuk terus dikumandangkan dan digelorakan agar apa yang sudah diwariskan para pahlawan dan para pendiri bangsa di masa lalu terus dilanjutkan oleh generasi muda. Kita juga perlu menyampaikan pesan pada para pemimpin, bahwa cinta Tanah Air harus selalu membara dalam jiwa dan raga.
Kita semua di Indonesia patut bersyukur, karena cinta Tanah Air selalu membuncah dan menyeruak dalam sanubari. Pesan para ulama dan pendiri bangsa kita, bahwa cinta Tanah Air adalah bagian dari iman, telah menjadi kekuatan kita dalam membangun negeri ini untuk terus melangkah ke depan. Di dalam buku Di Bawah Bendera Revolusi, Bung Karno sejak tahun 20-an sudah menggelorakan pentingnya cinta Tanah Air. Para ulama NU dan kaum muda Muhammadiyah juga membangkitkan spirit cinta Tanah Air, karena cinta Tanah Air adalah bagian dari iman.
Saya teringat lagu Ya Lal Wathan yang menjadi lagu wajib Nahdlatul Ulama dalam setiap kesempatan, telah menjadikan saya dan semua kader NU untuk terus mencintai Tanah Air. Cinta Tanah Air telah menjadi spirit dalam setiap langkah saya. Dan, cinta Tanah Air ala Luthfi Busynaq telah memperkuat keyakinan saya, bahwa kita semua akan mempunyai masa depan selama dalam diri kita masih mempunyai cinta Tanah Air yang kukuh.
Zuhairi Misrawi Duta Besar RI untuk Tunisia
(mmu/mmu)