Urun Dana di Masa Pandemi

Kolom

Urun Dana di Masa Pandemi

M. Ardian Kurniawan - detikNews
Senin, 11 Okt 2021 13:15 WIB
donasi untuk yang membutuhkan
Foto ilustrasi: Thinkstock
Jakarta - Pandemi Covid-19 di Indonesia yang sudah berlangsung sejak awal Maret 2020β€”merujuk pada pengumuman Presiden Joko Widodoβ€”dapat dikatakan mengubah tatanan kehidupan dan perilaku masyarakat Indonesia. Hampir seluruh sektor penting terdampak. Tanpa mengesampingkan tekanan yang dialami sektor kesehatan yang berjuang sedari awal menghadapi pagebluk ini, sektor-sektor lain juga turut menderita dan mengalami kemunduran yang signifikan.

Kemunduran ini sendiri berdampak secara finansial. Pemasukan warga di sektor swasta menurun drastis. Akibatnya, para pengusaha tidak segan merumahkan pegawainya, bahkan sampai rela usahanya gulung tikar. Di sisi lain, meskipun sekolah ditutup, biaya sekolah tetap mesti dibayarkan. Ini menjadi beban tambahan para orangtua yang juga pekerja sektor swasta. Belum lagi menghitung tekanan sektor domestik yang nilainya cenderung fluktuatif.

Sementara itu, pemerintah seperti setengah hati dalam menyikapi dampak pandemi yang dihadapi rakyat. Menghadapi situasi ini, rakyat dituntut untuk putar otak sendiri. Mulai dari menjual keterampilan, menjual barang, sampai menjual diri. Namun, ada juga sekelompok masyarakat yang mencari solusi dengan membuat gerakan urun dana (crowdfunding) secara daring. Gerakan ini muncul secara sporadis maupun sistematis, dikerjakan individu maupun kolektif.

Urun dana dijadikan alternatif dan cenderung sukses dalam membantu masyarakat karena menyasar masyarakat spesifik dan konkret. Misalnya, aksi #TemanBantuTeman yang digagas untuk membantu pekerja buku dan jurnalis yang terdampak pandemi. Fenomena ini menarik dikupas, terutama terkait keterlibatan subjek, media, dan bagaimana bahasa dimanipulasi sedemikian rupa agar menghadirkan rangsangan pragmatis. Tujuannya, masyarakat tergerak untuk saling bantu dalam aktivitas urun dana tersebut.

Peran Media Sosial

Urun dana bukanlah fenomena baru bagi masyarakat Indonesia. Sebagai masyarakat yang dibangun oleh budaya komunal dan kultur sosial, semangat gotong royong telah tertanam sejak dahulu. Semangat ini masih ada pada masyarakat pedesaan maupun urban. Jika menemukan sesama yang membutuhkan, tidak jarang kita melihat orang menyisihkan hartanya untuk dibagikan. Agama pun telah menegaskan hal serupa. Ragam caranya saja yang berbeda.

Di era teknologi yang serba cepat, media sosial dan internet telah beralih peran. Pembatasan fisik yang dilakukan pemerintah memaksa masyarakat untuk lebih banyak berdiam di tempat. Oleh karena itu, media sosial menjadi ranah baru untuk berinteraksi secara lebih intensif. Media sosial sudah tidak lagi dilihat sebagai ruang virtual semata. Media sosial dan internet bahkan berakselerasi dan digunakan untuk mengadvokasi berbagai hal.

Jika merujuk ke belakang, kita bisa menyebutkan beberapa peran advokasi media sosial sebagai people power, seperti "reformasi dikorupsi", penghapusan mural, dan yang paling sering adalah "Twitter, please do your magic!". Akhir-akhir ini, media sosial dan internet juga berkembang sebagai media berdonasi secara digital.

Media sosial dan internet memiliki faktor dampak (magnitude) yang signifikan dan mampu menekan sampai mengubah kebijakan. Tekanan ini tentu dirasakan oleh pemerintah. Namun, tampaknya, media sosial tidak hanya melulu tentang advokasi. Media sosial dan internet juga dapat dimanfaatkan untuk mengusung semangat berbagi dan menumbuhkan jiwa sosial bangsa Indonesia. Pandemi menyuburkan semangat ini. Perasaan senasib menjadi bumbu utama untuk membangkitkannya.

Platform digital seperti kolase.com atau kitabisa.com sudah bukan hal yang asing untuk dijadikan sebagai media urun dana. Dengan mekanisme yang sederhana, yaitu inisiatorβ€”setelah melengkapi administrasiβ€”hanya butuh untuk mengkampanyekan idenya. Selanjutnya, ide itu disebarluaskan melalui jejaring yang dimilikinya. Setiap orang yang tergerak akan berdonasi sampai target terpenuhi. Mereka yang tidak memiliki dana untuk dibagikan dapat membantu menyebarluaskan informasi tersebut agar sampai pada pihak yang dibutuhkan (donatur).

Bahasa Persuasif

Kampanye urun dana yang berhasil akan selalu membutuhkan peran bahasa. Sama seperti iklan, kampanye ini juga menginginkan keterlibatan orang lain. Semua akan bergantung dari bahasa yang digunakan apakah bernada memaksa, meminta, atau mengajak sasaran.

Bahasa yang baik akan mempersuasi sasaran sampai pada tindakannya. Ilmu linguistik mengistilahkannya sebagai tindakan perlokusi, yaitu ketika seseorang secara sukarela terlibat menyumbang dalam program urun dana dimaksud. Oleh karena itu, peran sugesti menjadi sangat penting dalam wacana persuasif urun dana. Sugesti ini bisa diambil dari tampilan visual saat melakukan kampanye donasi dengan cara menampilkan foto, grafik, atau video.

Namun, tidak semua bahasa persuasif berhasil. Ajakan untuk membuang sampah pada tempatnya lebih sering gagal daripada berhasil. Ini menandakan bahwa mempersuasi tidak selalu mudah dan sering kali membutuhkan bantuan aspek lainnya, yaitu konteks. Konteks dalam aktivitas urun dana berupa subjek penggalang dana/mitra dan jenis platform. Keduanya akan sangat berpengaruh terhadap keberhasilan urun dana.

Menarik menyaksikan bahwa program urun dana dapat berhasil meskipun kasus penipuan, kebocoran data, dan hoaks terus merajalela. Semua itu tidak terlepas dari subjek yang menginisiasi program urun dana. Mari dudukkan urun dana sebagai suatu wacana dan fenomena sosial.

Menurut Yasraf Amir Piliang dalam Teori Budaya Kontemporer: Penjelajahan Tanda & Makna (2019), sebuah wacana akan menghasilkan aksi praktik sosial, relasi, dan kekuasaan. Semuanya dimoderatori oleh bahasa. Praktik sosial akan bergantung pada subjek yang terlibat. Subjek yang berimbang akan menghasilkan relasi yang seimbang. Sebaliknya, subjek yang tidak berimbang akan menempatkan salah satunya sebagai objek.

Dalam konteks urun dana, subjek adalah inisiator penggalang dana, sedangkan objek adalah orang yang diajak untuk berbagi dalam program tersebut. Seseorang tentu tidak akan semudah itu mau mengeluarkan sejumlah uang dengan suka rela jika subjek/inisiator bukan profil yang dapat dipercaya, prominent, dan bertanggung jawab. Orang akan sangat tergerak jika inisiatornya adalah tokoh idola dan panutan (selebritas, tokoh politik, penulis, atau influencer).

Relasi yang dibangun oleh urun dana adalah relasi berimbang, yaitu menempatkan donatur sebagai subjek pelaku. Jadi, meskipun mitra adalah objek yang menjadi target sasaran program urun dana, mitra masih tetap merasakan diri sebagai subjek karena ia adalah subjek yang berdonasi untuk keperluan orang lain. Di sini, terlihat bahwa mitra berperan sebagai subjek, bukan lagi objek.

Pemilihan platform juga akan menentukan keberhasilan proses urun dana. Platform digital yang sudah diakui keamanannya, seperti kitabisa.com akan menjadi jaminan tersendiri dibandingkan berdonasi dengan hanya mengandalkan rekening pribadi, misalnya. Platform yang baik akan menjadi penanda bahwa sistem sudah baik, transparansi informasi, dan jauh dari penipuan.

Melalui platform digital, seseorang bisa meninjau dari hari ke hari sejauh mana perkembangan program yang dilaksanakan dan siapa saja yang terlibat. Dengan demikian, platform sendiri menghadirkan kenyamanan bagi para calon donatur.

Benar bahwa segala amalan akan ditentukan oleh niat pelakunya. Namun, memastikan kenyamanan juga harus disiapkan. Mengajak seseorang berdonasi bukanlah sekadar seruan untuk mengajak karena banyak aspek lain yang harus diperhatikan. Semangat saling tolong menolong masyarakat kita di masa pandemi ini adalah sebuah modal untuk saling menguatkan. Ini sekaligus bisa menyadarkan diri kita bahwa jiwa sosial masyarakat Indonesia memang masih ada.

M. Ardian Kurniawan dosen Universitas Timor, sedang menempuh studi Doktoral di UPI

(mmu/mmu)

Hoegeng Awards 2025
Baca kisah inspiratif kandidat polisi teladan di sini
Selengkapnya



Ajang penghargaan persembahan detikcom dengan Kejaksaan Agung Republik Indonesia (Kejagung RI) untuk menjaring jaksa-jaksa tangguh dan berprestasi di seluruh Indonesia.
Ajang penghargaan persembahan detikcom bersama Polri kepada sosok polisi teladan. Baca beragam kisah inspiratif kandidat polisi teladan di sini.
Hide Ads