Pada abad XXI, setelah 75 tahun merdeka, bagaimana kita memberi makna pada kepahlawanan? Dulu di bawah penjajahan, agenda utama kita adalah memerdekakan diri. Orang-orang berjuang untuk mencapai tujuan itu. Bila diperlukan, bertaruh nyawa pun mereka lakukan. Pertempuran 10 November di Surabaya adalah salah satu fragmen dalam sejarah kita, yang menjadi panggung tempat orang-orang menunjukkan komitmen dan bakti mereka untuk kemerdekaan.
Sepanjang sejarah perjuangan kemerdekaan kita, ada banyak cara dilakukan oleh anak-anak bangsa ini untuk mencapai tujuan besar tadi. Meski yang dijadikan tonggak sejarah peringatan Hari Pahlawan adalah peristiwa pertempuran bersenjata, sesungguhnya perjuangan yang sangat panjang dan besar justru dilakukan tanpa senjata. Mulai dari perjuangan membangun kesadaran sebagai bangsa yang punya hak untuk merdeka dan menentukan nasib sendiri, kemudian perjuangan untuk mempersatukan berbagai elemen kebangsaan agar berjuang dengan arah yang sama, serta perjuangan mempersiapkan diri untuk menjadi bangsa yang merdeka.
Sejak awal perjuangan kemerdekaan tidak melulu soal bagaimana kita membebaskan diri dari penjajah. Tapi juga soal apa yang akan dan perlu kita lakukan kalau sudah merdeka. Ketika membangun sekolah Taman Siswa, Ki Hajar Dewantara tentu tidak berpikir hanya soal bagaimana merdeka. Pendidikan adalah kebutuhan dasar manusia pada setiap zaman. Dalam masa perjuangan kemerdekaan, pendidikan adalah alat untuk membangun kesadaran untuk memerdekakan diri. Setelah merdeka, kita masih terus membutuhkan pendidikan.
SCROLL TO CONTINUE WITH CONTENT
Perjuangan pun sebenarnya demikian. Cita-cita kita sebenarnya bukan sekadar merdeka dari penjajahan bangsa asing, tapi hidup bermartabat sebagai bangsa, setara dengan bangsa-bangsa lain di dunia. Pahlawan adalah orang-orang yang mengabdikan diri untuk perjuangan mulia itu. Orang-orang dengan berbagai latar belakang profesi menjalani hidup mereka sendiri dengan tanggung jawab menafkahi keluarga dan mendidik anak, tapi juga berkontribusi untuk bangsa.
Menjadi pahlawan tidak bermakna bahwa orang harus membuang kehidupan pribadinya untuk perjuangan. Pahlawan adalah orang-orang bekerja dengan dedikasi yang sangat tinggi, pada bidang kerjanya masing-masing, memberikan kontribusi maksimal bagi banyak orang.
Dalam situasi pandemi ini apa tujuan yang sedang kita perjuangkan? Pertama, tentu saja memastikan eksistensi kita sebagai bangsa tetap utuh. Pandemi ini jelas mengancam jiwa manusia. Meski tingkat kematiannya rendah, tetap saja virus Covid-19 ini dapat menyebabkan kematian. Setiap kematian anak bangsa adalah ancaman bagi eksistensi kita sebagai bangsa. Setiap usaha untuk menyelamatkan anak bangsa dari ancaman penyakit adalah perjuangan.
Kenyataannya, sudah banyak yang gugur dalam perjuangan tersebut. Orang-orang yang selama ini menjalani profesi biasa untuk mencari nafkah mungkin tak pernah mengira bahwa kelak mereka akan berjuang di garis depan. Tentu saja mereka tak membayangkan harus bertaruh nyawa untuk banyak orang.
Selain soal hidup-mati itu, perjuangan kita adalah perjuangan untuk hidup normal, seperti sebelum pandemi. Kita semua harus bekerja mencari nafkah untuk menyambung hidup keluarga. Anak-anak kita mesti belajar untuk masa depan mereka. Pemerintah mesti melayani berbagai kebutuhan masyarakat.
Melakukan hal-hal biasa kini terasa seperti sebuah perjuangan besar. Pada masa normal guru mengajar adalah tindakan biasa. Pada masa pandemi ini guru tidak hanya sekadar mengajar, tapi mereka harus memastikan proses pendidikan anak-anak bangsa tidak terputus. Bagi banyak anak di pedesaan, pergi belajar ke sekolah selama ini bukan soal besar. Kini untuk belajar mereka harus berjuang keras. Ada yang harus membayar banyak untuk tetap bisa terhubung dengan internet. Ada pula yang harus naik ke gunung untuk sekadar mendapat signal internet.
Kita berada dalam situasi yang tidak pernah kita bayangkan sebelumnya. Hal-hal yang selama ini adalah hal biasa berubah menjadi luar biasa. Hal-hal yang tidak dianggap sebagai perjuangan kini menjadi perjuangan yang sangat besar maknanya. Situasi ini belum berakhir, dan belum akan berakhir. Kita tak tahu kapan akan berakhir. Ada harapan kita akan kembali normal setelah vaksinasi berhasil. Tapi ada pula kemungkinan bahwa vaksinasi pun tidak akan mengubah keadaan.
Lalu, apa yang harus kita lakukan? Sebenarnya dalam setiap situasi kita memang harus berjuang. Dalam setiap situasi kita harus mengeluarkan segenap kemampuan kita. Dengan cara itulah orang-orang di negara maju bekerja, lalu mencapai kemajuan-kemajuan yang kita saksikan sekarang. Bangsa kita masih tertinggal dalam banyak hal. Salah satu sebab utamanya adalah karena perjuangan kita kurang keras dan kurang terarah.
Pandemi ini adalah titik belok atau titik balik. Ke mana kita akan menuju setelah ini akan sangat ditentukan oleh apa yang kita lakukan. Pertama, kita harus memastikan kita bisa kembali hidup normal, baik dengan cara memusnahkan penyakit ini dengan vaksin, atau memperkuat daya tahan tubuh kita, serta menjauhi perbagai sebab penularan. Kita harus melakukan transformasi gaya hidup. Kedua, kita harus menjadi lebih baik lagi setelah kita kembali ke keadaan normal.
Sebagaimana pada masa kemerdekaan dulu, perjuangan sebenarnya adalah soal menjalani hidup dan berkontribusi. Menjadi pahlawan bukanlah sesuatu yang kita rencanakan, atau kita impikan. Menjadi pahlawan itu bukan cita-cita. Tugas kita hanyalah menjalani hidup kita, dan mencari cara untuk berkontribusi sebesar-besarnya.
Dalam situasi ini kita semua adalah pejuang. Boleh jadi kelak kita akan dikenang karena kontribusi kita hari ini. Jadi, berbuatlah sebaik-baiknya, berkontribusilah!
(mmu/mmu)