Gerakan Sosial Musisi di Tengah Pandemi

ADVERTISEMENT

Kolom

Gerakan Sosial Musisi di Tengah Pandemi

Irfantoni Listiyawan - detikNews
Rabu, 29 Apr 2020 10:35 WIB
Didi Kempot menjadi salah satu musisi yang sukses dalam aksi sosial
Jakarta -
Pada 8 April 2020 lalu, blantika musik Tanah Air dikejutkan dengan kabar duka meninggalnya musisi ternama Glenn Fredly karena penyakit meningitis yang diidapnya. Glenn dikenal tak hanya karena karyanya saja, di luar itu dia juga sosok humanis yang peduli sesama dan lingkungan. Sebelum meninggal dunia, Glenn menggagas penggalangan dana untuk penanganan wabah virus Corona.

Glenn tak sendiri; sederetan musisi di dunia dan Tanah Air pun menggelar aksi serupa dengan dasar untuk kemanusiaan. Hal tersebut dilakukan dari berbagai genre. Berbagai konser amal lewat layanan streaming dan video di media sosial itu berhasil mengetuk siapa saja. Hal tersebut sebenarnya menampilkan sisi lain dari kehidupan musisi yang selama ini dianggap hanya bergaya hedon, hura-hura, dan mengejar kesenangan semata.
Gelombang Baru

Bila menyebut istilah gerakan sosial, seseorang akan tertuju pada sebuah tindakan yang dilakukan sekelompok tertentu dengan tujuan ideologis maupun mengubah tatanan. Dalam perkembangannya, gerakan sosial ini tidak hanya gerakan sosial saja melainkan berbagai elemen termasuk musisi. Mengutip Iris Marion, seorang filsuf politik modern asal Amerika Serikat, gerakan sosial gelombang baru tidak berasal dari organisasi tapi kelompok lain yang menyuarakan hak-hak dasar manusia. Salah satunya kebutuhan sehari-hari dan perdamaian sosial.

Cara itu biasa dilakukan musisi seperti Sex Pistols dengan lagu God Save The Queen atau The Clash dalam London Calling. Pada era baru sebut saja seperti The Cranberries yang menyorot konflik Irlandia Utara lewat lagu Zombie. Pun demikian dengan U2 yang juga melihat keprihatinan tersebut dan dituangkan dalam lagu Sunday Bloody Sunday.

Ketika Amerika Serikat melancarkan program perang terhadap terorisme dan menyerang negara-negara yang dianggap "berbahaya", sontak musisi di negeri itu pun angkat suara. Green Day dalam hal ini bersuara lantang dalam tiap lagunya di album 21st Century Breakdown.

Di Indonesia sendiri, lagu-lagu bertemakan kritik dan gerakan sosial sudah banyak musisi yang membawakannya. Sebut saja Iwan Fals yang pernah masuk bui karena lagu-lagunya dinilai menyindir Orde Baru. Atau lagu-lagu yang dibawakan band-band beraliran cadas seperti Seringai dalam Lagu Lama dan lainnya. Band punk Marjinal juga kerap menyuarakan isu-isu gerakan sosial, dan tak jarang mereka terjun langsung dalam aksi-aksi tersebut.
Efektifkah?

Kini, di tengah pandemi virus Corona di Indonesia para musisi pun turut berbuat sesuatu. Beberapa waktu lalu Rhoma Irama menciptakan lagu dengan judul Virus Corona. Musisi dari jalur berbeda, Marjuki Muhamad a.k.a Kill The DJ menciptakan lagu yang menyuarakan tentang perasaan sebagian orang yang mungkin menganggap virus ini sebagai pengganggu kehidupan. Meski bernada tendensius, lagu Kill The DJ tersebut hasil dari Ads di kanal YouTube-nya akan didonasikan untuk penanganan virus Corona.

Lagu Demi Raga yang Lain yang dinyanyikan Yessiel Trivena dan diciptakan oleh sang suami Eka Gustiwana juga merupakan persembahan untuk para petugas medis di garis depan dalam perang melawan virus Corona. Hingga, konser di rumah saja yang digagas oleh Didi Kempot yang mampu menujukkan betapa tingginya altruisme Sobat Ambyar. Hal itu dapat dilihat dari jumlah total dinasi yang didapatkan sebesar Rp 7,3 miliar. Entah berapa banyak lagi musisi lain yang menciptakan lagu maupun menggelar konser amal ini untuk tujuan mulia tersebut.

Hal ini mengingatkan kita pada konser Live Aid yang booming pada 1985. Konser tersebut merupakan konser musisi dunia untuk penggalangan dana penanggulangan kelaparan di Ethiopia. Kala itu, Queen bersama musisi dan band kawakan seperti U2, David Bowie, Sting, Judas Priest, hingga Madonna tampil memukau di hadapan penonton dan sukses mengumpulkan dana dalam konser tersebut senilai kurang lebih 127 dolar AS. Meski konser tersebut sempat menuai kritik sebab dana yang ada konon tidak tersalurkan dengan baik.

Lalu, efektifkah gerakan kemanusiaan para musisi di Indonesia lewat konser amal mereka dalam penanggulangan virus Corona? Menurut sepengamatan saya langkah tersebut cukup efektif. Di sini masyarakat memiliki pandangan baru tentang kemanusiaan dan amal tidak melulu diisi dengan acara membosankan. Melainkan dapat dilakukan dengan cara menghibur.

Bagi para musisi, langkah tersebut juga merupakan bentuk kepedulian terhadap kondisi yang ada. Kita pun tak lupa perlu mengucapkan terima kasih kepada mereka sebagai penyemangat bagi para petugas medis dan mereka yang berjibaku melawan virus Corona ini hingga tuntas.

(mmu/mmu)

ADVERTISEMENT

ADVERTISEMENT

ADVERTISEMENT

ADVERTISEMENT