Kecepatan Adalah "Koentji"
Bagikan opini, gagasan, atau sudut pandang Anda mengenai isu-isu terkini
Kirim Tulisan

Kolom

Kecepatan Adalah "Koentji"

Kamis, 31 Okt 2019 14:00 WIB
Abdullah Sammy
Catatan: Tulisan ini merupakan opini pribadi penulis dan tidak mencerminkan pandangan Redaksi detik.com
"Kalau bisa dipercepat, kenapa musti sesuai (tenggat)," kata Erick Thohir (Foto: Wahyu Putro A/Antara)
Jakarta -

Boston Consulting Group (BCG) pernah melakukan penelitian tentang sebuah perusahaan Jepang yang sukses menjadi raksasa otomotif dunia. BCG yang saat itu merupakan konsultan bagi pemerintah Inggris punya analisis bahwa perusahaan Jepang itu sukses karena faktor strategi perencanaan dan fokus jangka panjang yang jitu.

BGC berpandangan karena long term strategy dan fokus, maka perusahaan Jepang tersebut mampu berkembang dari level nasional menjadi mendunia. Peneliti dari Harvard Business School Richard Pascale mencoba membuktikan hipotesis itu. Dia terbang langsung ke Tokyo.

Setelah melakukan riset dengan mewawancarai sejumlah petinggi perusahaan itu, hipotesis BCG dinilainya keliru. Bukan strategi jitu yang jadi kunci keberhasilan itu. Tapi kecepatan dan keterbukaan untuk berinovasi merespons dinamika industri.

SCROLL TO CONTINUE WITH CONTENT

Perusahaan Jepang sangat agile mengantisipasi perubahan lingkungan. Sebab lingkungan bisa berubah begitu cepat. Strategi yang diformulasikan hari ini belum tentu akan kompatibel untuk digunakan esok hari. Terlalu lama berpikir dan berteori justru akan membuat langkah yang diambil tidak tepat.

Pada era digital saat ini kecepatan seperti yang ditunjukkan perusahaan Jepang itu menjadi pembeda antara kesuksesan dan kegagalan. Kecepatan memisahkan perusahaan yang survive dan perusahaan yang gulung tikar. Kita bisa mengambil contoh Nokia. Raksasa telekomunikasi asal Finlandia itu sempat menjadi raja pasar ponsel dunia. Namun hanya hitungan tahun, perusahaan tersebut bangkrut hanya karena keterlambatan berinovasi.

Saat Samsung berinovasi dengan Android atau iPhone dengan IOS, Nokia tetap menggunakan Symbian. Akibat keterlambatan merespons perubahan dari kompetitor, Nokia tergilas. Pasarnya direbut pesaing. Brand ini pun dilego ke Microsoft pada 2014.

Karenanya seorang Bill Gates berkata, "Kesuksesan hari ini ditentukan kegesitan kita dalam bereaksi." Walhasil kecepatan adalah 'koentji'.

Disadari

Pentingnya kecepatan dalam persaingan di era industri 4.0 ini disadari oleh Presiden Jokowi. Menurut Presiden, kecepatan yang akan membawa Indonesia menjadi negara maju.

"Kuncinya kecepatan. Jadi sering saya sampaikan. Kini tidak lagi negara besar menguasai negara kecil, bukan negara kaya akan menguasai negara miskin, tapi negara cepat akan menguasai negara lambat sehingga kita harus cepat," ujar Jokowi, 20 Agustus lalu.

Kata 'kecepatan' pula yang menjadi diksi yang digunakan Erick Thohir kala pertama melaksanakan tugasnya sebagai menteri BUMN. Erick ingin jajaran kementeriannya, termasuk seluruh BUMN, bisa bergerak lebih cepat dalam mengeksekusi sejumlah rencana dan program.

Erick bersama Wakil Menterinya, Budi G Sadikin dan Kartiko Wirjoatmodjo serta seluruh jajaran kementeriannya akan melakukan sejumlah langkah strategis yang cepat. Dia ingin semua target yang akan diukur lewat Key Performance Index (KPI) bisa tercapai dalam waktu tak terlalu lama. Untuk mencapai KPI itu ada sejumlah critical success factor (CSF) yang mesti dilaksanakan. Ini seperti mendorong restrukturisasi, corporate action, dan pengembangan usaha.

Karena itu, selain cepat BUMN juga butuh kerja akurat. Kerja akurat pertama yang mesti disusun Erick, Budi, dan Kartiko adalah dengan memilih orang yang tepat secara kapasitas dan kapabilitas. Kapabilitas dan kapasitas yang mumpuni ini harus disesuaikan dengan penempatan yang tepat di waktu yang tepat pula. Right person in the right place and right time.

Sebab masing-masing BUMN punya karakter, kondisi, dan kebutuhan berbeda. BUMN yang sedang memasuki fase krisis butuh leader yang kuat dalam hal finance dan operasional untuk cepat mengambil keputusan yang sifatnya sentralistik.

Beberapa BUMN saat ini ada masuk dalam kondisi kurang ideal. Banyak faktor yang jadi pemicunya, salah satunya diversifikasi usaha tidak efektif dan tumpang tindih dengan sektor BUMN yang lain.

Pada akhirnya unrelated diversification yang dilakukan BUMN itu bukannya menghasilkan untung malah menimbulkan kerugian. Di kondisi seperti ini, butuh pemimpin yang kuat dalam hal finance dan operasional untuk mengembalikan performa BUMN itu ke bisnis yang sentralistik. Pemimpin yang realistis dan rasional yang visinya lebih dekat.

Sebaliknya, BUMN yang dalam kondisi berkembang butuh leader yang kuat dalam hal manajerial untuk memacu kreativitas dari pegawainya. Di saat seperti ini butuh pemimpin yang visinya jangka panjang. Ini seperti BUMN yang sedang mengembangkan bisnisnya di sektor digital. Di sektor ini butuh pemimpin yang berpola desentralistik untuk memicu kreativitas muncul dari karyawannya.

Selain akurat dalam merestrukturisasi, akurat pula dalam detail kerja. Sebab kecepatan kerja harus dilandasi dengan akurasi kerja yang tinggi pula. Kuantitas waktu kecepatan tak boleh melupakan kualitas yang dihasilkan. Cepat bukan berarti merupakan faktor terpisah dari akurasi. Sinergi cepat dan akurat inilah yang menjadi semangat utama Kementerian BUMN saat ini untuk mencapai target juara Indonesia dan di dunia.

Ini sejalan dengan semangat Presiden dan Menteri BUMN yang sejak hari pertama menetapkan target membawa BUMN-BUMN berkibar di panggung dunia. Layaknya sukses perusahaan otomotif Jepang yang bisa membuat pemerintah Inggris secara khusus mengontrak BCG untuk membedah faktor kesuksesan itu. Dan faktor kesuksesannya tak lain adalah kecepatan.

Seperti dibilang sendiri oleh Erick Thohir usai ditunjuk Jokowi sebagai nahkoda baru Kementerian BUMN, "Kalau bisa dipercepat, kenapa musti sesuai (tenggat). Mesti dipercepat!"

(mmu/mmu)
Hoegeng Awards 2025
Baca kisah inspiratif kandidat polisi teladan di sini
Selengkapnya



Ajang penghargaan persembahan detikcom dengan Kejaksaan Agung Republik Indonesia (Kejagung RI) untuk menjaring jaksa-jaksa tangguh dan berprestasi di seluruh Indonesia.
Ajang penghargaan persembahan detikcom bersama Polri kepada sosok polisi teladan. Baca beragam kisah inspiratif kandidat polisi teladan di sini.
Hide Ads