Terusan Suez dibangun selama sepuluh tahun (1859-1869). Terusan tersebut membuat pelayaran dari Eropa dengan kapal barang maupun penumpang ke Jazeerah Arab dan Kawasan timur jauh Asia, Australia, lebih singkat dibanding sebelumnya ketika kapal barang dan penumpang dari Eropa harus berlayar melewati Tanjung Harapan di selatan Benua Afrika. Terusan Suez menjadi terusan paling berhasil mempersingkat jarak pelayaran kapal penumpang dan kapal barang dari Eropa ke Asia dan sebaliknya.
Terusan Suez bukan satu-satunya pembangunan untuk lalu lintas kapal penumpang dan barang yang berhasil. Terdapat sembilan terusan lainnya yang tujuannya untuk mempersingkat lalu lintas kapal barang dan kapal penumpang. Terusan Saimaa menghubungkan danau Saimaa dengan Teluk Finlandia dekat Rusia. Terusan Saima (42,9 km) dibangun tahun 1845-1856. Terusan Manchester di Inggris (57 km) menghubungkan Manchester dengan Laut Irlandia tahun 1894. Terusan Alphonse XIII (85 km) tahun 1926 menghubungkan Seville dan Teluk Kadis.
SCROLL TO CONTINUE WITH CONTENT
Pembangunan Terusan Kra di Thailand menimbulkan kontroversi, pertama karena pembangunan tersebut membutuhkan dana yang sangat besar, paling sedikit diperlukan US$ 28 Miliar untuk membangun hanya terusan, belum lagi pelabuhan maupun infrastruktur lainnya.
Selama ratusan tahun pelabuhan Singapura menikmati arus lalu lintas di Selat Malaka dari Eropa ke Asia dan Pasifik. Selat Malaka menjadi jalur perdagangan terpadat di dunia, menjadi jalur angkutan minimum 11 juta barel minyak per hari melewati selat ini, dari Timur Tengah menuju Asia Timur dan Pasifik, serta 90 ribu kapal setiap tahun. Itu berarti Selat Malaka dilewati 1/3 barang perdagangan dan separuh perdagangan minyak dunia.
Malaysia lebih cerdik. Pada tahun 1997 Malaysia membangun pelabuhan khusus kontainer seluas 5000 hektar di Tanjung Pelepas negara bagian Johor, hanya 100 km jaraknya dari Pelabuhan Singapura, dan mengundang Maersk Lines sebagai partner yang akan menggunakan Kawasan baru tersebut secara sendirian. Maersk Lines perusahaan pengangkut kontainer terbesar di dunia selama ini menggunakan Singapura sebagai pelabuhan utamanya. Maersk Lines mulai beroperasi di Tanjung Pelepas pada Oktober 1999. Pada Maret 2000, kurang dari setahun setelah beroperasi, Tanjung Pelepas berhasil mencapai peningkatan bongkar muat 1 juta kontainer TEU (Twenty-foot Equivalent Unit), rekor dunia pertumbuhan pelabuhan laut tercepat.
Pelabuhan Singapura untuk mencapai tingkat bongkar muat satu juta kontainer TEU memerlukan sepuluh tahun. Tahun 2002, Evergreen Marine Corporation, perusahaan pengangkut kontainer terbesar di dunia menyusul memindahkan operasi hariannya dari Pelabuhan Singapura ke tanjung Pelepas.
Keberadaan Tanjung Pelepas telah "memaksa" mimpi Thailand untuk membangun terusan di Semenanjung Kra terhenti. Sementara itu mengikuti kisah sukses Tanjung Pelepas, pemerintah Indonesia sejak lima tahun terakhir telah memprakarsai pembangunan pelabuhan Kuala Tanjung di Sumatera Utara. Kalau kelak pelabuhan ini beroperasi secara penuh dia akan berfungsi untuk menampung kapal-kapal dari seluruh wilayah Indonesia dan memberangkatkannya ke berbagai tujuan di Asia, Vietnam, Thailand, Filipina, Brunei Darussalam, Taiwan, Jepang, Korea dan negara-negara Pasifik tanpa harus berlabuh dan bongkar muat di Pelabuhan Singapura seperti yang selama ini dilakukan.
Di masa depan pelabuhan Kuala Tanjung, Tanjung Pelepas, Pelabuhan Singapura dan kemungkinan Pelabuhan Sabang akan menjadi Pelabuhan pengumpul dan pengirim barang-barang produksi Asia dan Australia ke negara-negara Asia dan Pasifik. Kalau hal itu terjadi barangkali gagasan membangun Terusan Kra akan tertunda karena membangun Terusan Kra mempunyai masalah-masalah internal, khususnya buat negara Thailand yang kemudian akan terbelah dua. Terusan Kra akan membelah 5 provinsi di selatan semenanjung Thailand: Krabi, Trang, Phatthalung, Nakhon Si Thammarat, dan Songkhla.
Sejauh ini memang China yang bersemangat untuk membangun Terusan Kra sebagai bagian dari ambisi membangun jalan lintas benua Eropa, Asia, dan Australia dalam proyek OBOR (One Belt One Road). Proyek ini memang dari sisi politik strategis memang merupakan ambisi China untuk membangun jalan dan lalu lintas laut dari Eropa hingga Asia dan Australia, sementara di sisi lain proyek OBOR bisa menimbulkan masalah baru, tidak hanya sisi ekonomi namun juga politik terhadap negara-negara Asia Tenggara maupun Australia.
Ishadi SK Komisaris Transmedia
(mmu/mmu)