Penyelenggara gerakan membagikan roti ke sekolah-sekolah dasar, mengajak murid menyerukan "Ikrar Aku Suka Sarapan Roti", dan membuat acara-acara seru. GASSRI mengedukasi masyarakat betapa sarapan pagi sangat penting. Tentu dengan tambahan catatan, sarapan roti nan bergizi, praktis, dan enak sebagai bagian dari pemenuhan gizi sehari-hari.
Edukasi GASSRI menggeser mulut cerewet emak-emak kita di dapur saat anak-anak tidak lekas bergegas. Imajinasi sarapan nasi mengepul dengan telur goreng mengkilat atau telur rebus dengan kuning telur merekah berganti dengan suara jingle gerobak roti kala pagi. Anda dan anak-anak Anda tentu sudah hafal betul lagunya! Jingle roti menggantikan doa-doa pagi yang bersembunyi di antara kepulan nasi.
SCROLL TO CONTINUE WITH CONTENT
R. Soewadji menjawab, "Kalau tidak suka bekerdja begini, masakan saja dapat memberikan makanan roti padamu!" Jawaban R. Soewadji secara tidak langsung menyinggung gaya hidup yang berubah lewat meja makan kaum pribumi. Nasi berganti roti menunjukkan kemapanan ekonomi, tapi berganjar rasa sakit hati dan ketidaknikmatan bekerja sebagai manusia Jawa yang berirama, dikejar kepastian target dalam bekerja. Roti bisa jadi semacam kemewahan di tengah kehidupan yang rentan diskriminasi.
Namun, kita juga mengingat tiga tokoh pergerakan saat bergerak ke negeri Belanda di permulaan abad ke-20. Tjipto, Douwes Dekker, dan Soewardi tidak hanya sibuk berpolitik, tapi juga memikirkan belanja, memasak, dan makan. Nasionalisme juga tentang masalah perut yang beres! Mereka harus beralih dari nasi ke roti karena beras menjadi pangan pokok yang terlalu mahal dan mewah. Beras yang mereka alihkan dari roti adalah bentuk idealisme menolak sokongan dari pihak lain (Irna H.N. Hadi Soewito, 1991). Mereka jauh dari tanah Ibu Pertiwi yang membuahkan beras setiap waktu.
Gizi dan Gensi
Pada tahun 50-an, kita mendapati maskot kece di dunia per-roti-an lewat sosok Giman yang muncul di halaman akhir majalah-majalah seperti Minggu Pagi. Giman memang tidak mengiklankan roti, tapi mengiklankan mentega merek Blue Band. Digambarkan dengan jelas setiap saat Giman merasa lesu dan tidak bersemangat, akan segera beres dengan menyantap roti yang sudah diolesi mentega Blue Band. Iklan sudah mewartakan sekaligus mewabahkan keakraban anak dan keluarga Indonesia dengan roti sebagai sarapan, kudapan, atau bekal sekolah.
Sepertinya sejak tahun 70-an, roti semakin mengisi meja makan keluarga seiring propaganda pemerintah membumikan minum susu di pelbagai pelosok negeri. Banyak dari kita memiliki ingatan kolektif, membawa gelas dari rumah dan mendapat susu cokelat gratis yang dimasak oleh pihak sekolah. Bersamaan dengan pembagian susu, ada sebungkus roti bakpia kacang hijau yang diharap melengkapi program pemenuhan-perbaikan gizi. Pemerintah menganggap nasi sudah biasa. Roti memiliki taraf gizi sekaligus gengsi lebih tinggi.
Sekalipun, banyak perut Indonesia masih saja belum menerima kehadiran roti dengan tabah. Roti tidak bisa menjadi "nasi yang lain". Seperti kabar yang datang dari jemaah haji tahun 2017, menu sarapan roti membawa masalah "masih lapar". Kita cerap salah satunya pengakuan Mansyur, jemaah haji alas Blitar, "Setiap sarapan menunya roti. Saya tidak bisa makan roti. Perut saya sudah terbiasa terisi nasi. Saya ndak kenyang. Pokoke nggak wareg-lah." (Media Indonesia, 6 Agustus 2017).
Raga orang Indonesia yang kemungkinan terbiasa bekerja keras di negara beriklim tropis, memang sulit menerima roti. Roti memilih kelas penyantapnya tubuh-tubuh dalam ruang yang tidak perlu berpanas dan berpeluh serta cenderung bertempat tinggal di wilayah perkotaan.
Propaganda roti kini tidak terlalu menunjukkan kedigdayaan pemerintah atau kemapanan keluarga. Bahkan, misi edukatif dikemas dalam sarapan roti berhasil menutup kesan komersialitas yang tentu akan diamini keluarga karena merasa terbantu oleh kudapan sehat. Pemerintah pun turut tertolong karena berhasil memenuhi target keberhasilan gerakan sarapan nasional. Roti tidak mendiskriminasi, asal sanggup membeli.
Setyaningsih esais, tinggal di Boyolali. Penghayat pustaka anak
(mmu/mmu)
Hoegeng Awards 2025
Baca kisah inspiratif kandidat polisi teladan di sini