Jokowi, Antara Semeru dan Merapi
Bagikan opini, gagasan, atau sudut pandang Anda mengenai isu-isu terkini
Kirim Tulisan

Kolom

Jokowi, Antara Semeru dan Merapi

Rabu, 18 Nov 2015 15:18 WIB
Djoko Suud Sukahar
Catatan: Tulisan ini merupakan opini pribadi penulis dan tidak mencerminkan pandangan Redaksi detik.com
Jokowi, Antara Semeru dan Merapi
Foto: Dokumentasi pribadi
Jakarta - Negeri ini masih menyisakan masalah. Utamanya terhadap figur yang sedang memerintah. Setiap langkah yang dilakukan selalu 'diusili'. Terkesan ada pihak yang belum legowo Jokowi tegak memerintah. Jatuhkah Jokowi? Sinyal alam menyiratkan tidak.

Presiden Jokowi masuk dalam kerumitan. Alam memberi tengara itu. Biarpun belum mengindikasikaan kejatuhan, tetapi jika tidak liat berkelit bukan tidak mungkin bakal menyeret ke arah sana. Reshuffle kabinet sebagai solusi?

Bencana datang bergantian. Hampir tiga bulan kabut asap memekatkan negeri ini. Pulau Sumatera dan Kalimantan yang paling parah. Diikuti Pulau Jawa dan Papua. Hutan dan gunung-gunung terbakar. Bantuan asing pun tidak mempan.

SCROLL TO CONTINUE WITH CONTENT

Kebakaran dan asap disimbolisasi sebagai Anoman Obong dalam Ramayana, dan Bale Sigolo-golo dalam Mahabharata. Jika yang pertama sebagai tindakan pembebasan Dewi Sinta (versi India), sedang yang kedua tersirat maksud untuk membasmi Pandawa. Keduanya sampyuh (draw) dalam konteks tragedi asap di Indonesia.

Namun begitu, tragedi asap itu adalah ancaman bagi Jokowi dan siapapun yang memerintah. Jika perkara ini sesuai prediksi musim penghujan datang di bulan Desember akibat El Nino, mungkin pemerintahan Jokowi tidak terselamatkan. Huru-hara besar bakal datang, dan menggilas siapa saja yang duduk di tampuk pimpinan.

Tapi Tuhan masih sayang. Hujan datang lebih awal dari perkiraan. Kabut asap itu tersingkir. Hotspot dan firespot redam. Langit kembali biru. Alam menyemi. Dan rakyat negeri ini lupa sudah terhadap resah dan gelisah yang berlangsung berbulan-bulan itu.

Namun ketika ingatan terhadap 'tragedi asap' itu belum sirna, alam kembali bergolak. Barujari anak Gunung Rinjani meletus memuntahkan debu dan batu. Gunung Semeru, Bromo dan Lawu bergetar. Gempa bumi merata mengitari Nusantara. Dari Halmahera, Aceh, Padang, Malang Selatan, Tasik hingga Yogyakarta. Bagaimana dengan Gunung Merapi? BMKG merilis gunung itu masih belum terpengaruh.

Percaya atau tidak, pertanyaan dan jawaban itu implisit percaya. Sebab rakyat diam bukan tidak perduli. Diam itu seperti Sambernyowo sedang berada di Gunung Gambar. Memetakan keberadaan musuh. Dan menyergapnya di saat yang tepat.

Melihat 'umyeknya' pemerintahan Jokowi, rakyat yang tadinya yakin mulai gamang. Apalagi ekonomi merosot. Pengangguran menaik. Dan bulan ini saatnya bayar utang. Apa akan mampu Jokowi melawan 'intrik' yang tak kunjung reda itu. Atau Jokowi memang mensetting kabinetnya ambivalen dan penuh kontroversi agar 'umyek' (riuh, ribut)?

Batin rakyat yang mulai gamang tidak menemukan jawaban itu. Akhirnya mereka mencari jawaban pada alam. Jika ini yang dilakukan rakyat, maka posisi Jokowi sekarang berada di persimpangan antara Gunung Semeru dan Gunung Merapi. Semeru lambang maujutnya pemimpin separuh resi. Sedang Gunung Merapi adalah tengara bakal terjadinya suksesi.

Mungkin ini gugon tuhon. Kepercayaan yang tidak berdasar. Tetapi jika rasa gamang itu melingkupi mayoritas batin rakyat, percayakah Anda, jika yang tidak terduga pun bakal bisa terjadi? Batin itu adalah kejujuran. Dia tidak akan pernah ingkar janji.

Ya, negeri ini ternyata masih tetap di etape goro-goro. Belum tuntas mengatasi masalah. Masih berada di wilayah Kalatida (petengahan), belum diketahui jelas sedang menuju Kalasuba (kejayaan) atau melorot pada Kalabendu (kelam).

*) Djoko Suud Sukahar adalah pemerhati sosial budaya, tinggal di Jakarta.
Halaman 2 dari 1
(nwk/nwk)



Berita Terkait

 

 

 

 

 

 

 

 


Hide Ads