Walaupun pengangkatan Baghdady dinilai menyalahi syariat karena tidak melalui majelis syuro umat Islam. Benih-benih dibentuknya ISIS sudah terlihat ketika tanzim atau organisasi ini yang awalnya dipimpin Abu Musab al Zarqawi dan Abu Hamza Al Mohajir.
Menurut catatan penulis dari pemberitaan media massa luar negeri bahwa kota-kota yang dikuasai ISIS: Kota Jalawla dan Saadiya di utara Kota Baghdad, Ramadi-Provinsi Ambar, Kirkuk (Iraq Utara), Baiji, Taji, Al Qaim, Tal Afar, Sinjar dan Mosul.
SCROLL TO CONTINUE WITH CONTENT
Menurut pemberitaan running text CNN (20/5/2015), setelah menguasai sepenuhnya wilayah Ramadi di Irak, maka ISIS menargetkan akan segera menguasai ibukota Irak yaitu Baghdad. Menurut Sekretaris Media Gedung Putih, Jhon Earnst kepada CNN (20/5/2015) menegaskan, AS akan membantu Irak merebut kembali Ramadi dari ISIS. Pasca kejatuhan Ramadi kepada ISIS, pengaruh Iran di Irak semakin menguat. Iran akan membantu Irak membebaskan Ramadi dari ISIS dengan memperkuat milisi Syiah.
Sebelumnya, CIA memperkirakan kegiatan ISIS sudah mulai menjangkau beberapa wilayah di Afghanistan, India dan Pakistan. Senada dengan CIA, Pemerintah Pakistan khawatir terhadap keberadaan kelompok ISIS di Afghanistan. Terlebih beberapa kelompok radikal yang berbai’at kepada ISIS di Afghanistan Utara, kini telah menjangkau wilayah Provinsi Faryab, Jozjan, Sar-e Pol, Badakhshan dan Helmand.
Banyak kalangan yang memprediksi kemungkinan yang akan terjadi terhadap ISIS di masa mendatang, secara global sangat bergantung pada situasi politik di Timur Tengah artinya jika ISIS berhasil menguasai Irak, Suriah dan Iran, maka ISIS akan menjadi “dangerous haunt” yang sangat membahayakan keamanan global.
Sedangkan di tingkat lokal atau negara-negara yang “masuk radar ancaman ISIS” sangat tergantung pada kebijakan pemerintah dalam menangkal gerakan ISIS dan pendukungnya di tataran lokal. Pertanyaannya sekarang ini adalah bagaimana mengukur kekuatan ISIS dan sejauh mana ISIS mampu merealisasikan ancamannya.
Kekuatan ISIS
Tulisan ini ingin menganalisis ISIS secara ilmiah untuk mengetahui kekuatannya dan kemampuannya merealisasikan ancaman. Oleh karena itu, pendekatan yang dilakukan didasarkan kepada teori ancaman dan force field analysis.
Teori ancaman yang dirumuskan oleh PH Liotta dan Richmond M Lloyd yaitu T= I.C.C (Threats= ancaman, I=intentions atau niat, C=capability atau kemampuan, C= circumstances = keadaan).
“Traditional threat assessments continue to have an important, though modified, role in the strategy and force planning process. Consideration of a specific nation’s capabilities, intentions, and circumstances, as well as vulnerabilities, is important. The intentions and plans of a potential adversary are usually more vague and uncertain than knowledge of opposing force capabilities. Yet specific circumstances of the time can alter a nation’s capabilities and intentions in unexpected ways, and identification of vulnerabilities allows weaknesses of a threatening nation to be exploited in the development of strategy."
Sedangkan, force field analysis, sebuah analisa tentang kemampuan organisasi lawan menghadapi ancaman dari luar. Force field analysis terdiri dari permasalahan atau isu yang sedang diselidiki (issue under investigation), di mana untuk mengetahuinya dapat dilihat dari dua kekuatan yaitu driving force terdiri dari atribut-atribut yang ada, kebijakan, faktor-faktor yang mempengaruhi dan pilihannya dan restraining force terdiri dari faktor-faktor yang mempengaruhi, atribut-atributnya, pilihan dan kebijakan.
Berdasarkan teori ancaman, kekuatan ISIS yang dapat dipetakan dari informasi berdasarkan pemberitaan media massa antara lain:
Pertama, banyaknya warga negara dari berbagai negara tergabung dalam ISIS. Otoritas keamanan Jerman menegaskan bahwa jumlah warga Jerman yang bergabung dengan kelompok Daulah Islam, satu organisasi afiliasi ISIS, di Suriah dan Irak naik tajam menjadi 550 orang.
Berita lainnya menyebutkan sekitar 900 warga Jerman bergabung dengan ISIS di Suriah, dan 20 orang di antaranya eks anggota tentara. Dari 900 orang tersebut, 70 orang diperkirakan tewas, termasuk 10 orang yang melakukan bom bunuh diri. Jerman kini tengah mewaspadai 180 orang yang pulang dan akan menjadi penyebar paham radikalisme Islam bagi umat Muslim Jerman.
Prancis memperkirakan sekitar 10 ribu orang Eropa akan bergabung dengan ISIS selama 2015. Penilaiannya tersebut didasarkan pada fakta bahwa, hingga Maret 2015, sudah 3.000 warga Eropa yang pergi ke Irak dan Suriah. Sedikitnya 90 warga Prancis tewas sebagai anggota ISIS. Sedangkan, Kepala Operasi Gabungan Australian Defence Force, David Johnston memperkirakan ISIS memiliki sekitar 31.000 pasukan dimana sekitar 18.000 pasukan berasal dari warga negara asing yang ikut bergabung/datang ke wilayah tersebut.
Kedua, banyaknya kelompok radikal dan teror yang bergabung dalam ISIS. Beberapa tokoh dari kelompok radikal Pakistan telah berbaiat kepada ISIS, di antaranya mantan Jubir kelompok Tehrik-e-Taliban Pakistan. Pimpinan ISIS, Abu Bakar Al Bahgdadi telah menerima kesetiaan Boko Haram dan mengucapkan selamat kepada umat muslim dan teman-teman berjihad kami dari Afrika Barat. Kesetiaan Boko Haram akan menjadi pintu untuk berjihad di Afrika bagi mereka yang belum bergabung dengan ISIS.
Sedangkan menurut berita harian China “The Global Times” melansir, sekitar 300 warga Tionghoa yang tergabung dalam Gerakan Islam Turkestan Timur telah berangkat ke Suriah dan Irak melalui Turki untuk bergabung dengan kelompok ISIS.
Ketiga, ISIS mempunyai 'daya tarik' tersendiri bagi pemuda di beberapa negara. Puluhan mahasiswa mendirikan gerakan rahasia yang mendukung ISIS, meski ISIS sendiri belum beroperasi di Afghanistan. Bahkan beberapa mahasiswa asal Afghanistan telah bergabung dengan ISIS di Irak dan Afghanistan. Sebagian besar mereka mengaku terinspirasi atas keberhasilan ISIS yang diyakini mampu membangun kembali kejayaan Islam.
Di sisi lain, beberapa kelompok militan garis keras di wilayah etnis antara Afghanistan dan Pakistan telah menyatakan sumpah setia kepada ISIS. ISIS telah merekrut ratusan warga Kurdi Iran dari Kota Kermanshah, Jiwanro dan Bawajan. Dalam situs jejaring sosialnya, ISIS mengklaim telah terjadi peningkatan jumlah warga Kurdi Iran yang bergabung dengan kelompoknya. Bahkan dari 23 orang yang direkrut sepanjang Oktober 2014, 9 orang di antaranya menyatakan kesiapannya menjadi pelaku aksi bom bunuh diri.
ISIS melansir video pelatihan militer terhadap anak-anak yang diduga berasal dari Asia Tenggara, setelah sebelumnya melansir video pelatihan militer anak-anak dari Arab dan Asia Tengah. Menurut mantan simpatisan ISIS di Australia, salah satu alasan pemuda Australia tertarik bergabung dengan kelompok ISIS yakni medan perang. Menurutnya, tindakan meyakinkan kepada para pemuda untuk berangkat berjuang bersama ISIS ke Suriah merupakan hal yang sangat sulit.
Di samping itu, kelompok ISIS mengklaim telah merekrut sekitar 400 anak di Suriah selama 3 bulan terakhir untuk mengikuti pelatihan militer dan indoktrinasi. Anak-anak tersebut rata-rata berusia di bawah 18 tahun, direkrut dari sekolah, masjid dan tempat umum di mana ISIS melakukan pembunuhan dan kekerasan terhadap masyarakat lokal.
Keempat, adanya lembaga amal yang diduga berhubungan dengan ISIS. Pemerintahan Inggris mengatakan sejumlah lembaga amal Inggris seperti CF, JR dan RF ditengarai mendanai aksi teror di dalam dan di luar Inggris. Hal itu ditegaskan sebagai respons atas pernyataan AQ, Direktur Riset CF yang mengatakan bahwa lembaganya didirikan oleh kelompok muslim London dengan tujuan mendukung para aktivis yang berseberangan dengan kebijakan pemerintah Inggris dalam menderadikalisasi kaum muslim. Di samping itu, AQ juga dikenal dekat dengan Mohammed Emwazi, warga Inggris yang bergabung dengan ISIS di Suriah.
Kelima, adanya pendapat beberapa tokoh utama dunia yang sebenarnya “membesarkan” ISIS secara tidak langsung. Ketua Parlemen Irak menyatakan keraguannya atas kemampuan pasukan koalisi internasional pimpinan AS untuk mengalahkan kelompok ISIS. Direktur Eksekutif Institut Kebijakan Strategis Australia, Peter Jennings menilai meski pasukan sekutu berhasil memperlambat pergerakan ISIS, namun akan sulit menghancurkan kelompok ISIS.
Anggota Parlemen Irak dari Koalisi Negara Hukum menuduh AS sengaja mengirim senjata ke ISIS dengan cara menjatuhkannya dari udara. Presiden Suriah Bashar al-Assad menuduh Presiden Turki Recep Tayyip Erdogan mendukung kelompok ISIS, karena memimpin dengan kebijakan destruktif yang tidak melayani sama sekali kepentingan rakyatnya, dengan mendukung militan Takfiri. Pendapat mantan Menhan AS, Robert Gates kepada CNN (19/5/2015) menilai serangan udara AS tidak akan efektif mengalahkan ISIS dan kejatuhan Ramadi adalah salah satu buktinya. Sebelumnya, Menteri Pertahanan AS, Chuck Hagel mengundurkan diri karena perdebatan terbaru soal strategi melawan ISIS di Irak dan Suriah.
Kelemahan ISIS
Ada beberapa hal yang menyebabkan kelemahan bagi ISIS antara lain:
Pertama, penangkapan dan proses hukum terhadap simpatisan ISIS di beberapa negara. Seorang warga Australia, HA ditangkap aparat kepolisian pada Desember 2013 dengan tuduhan terlibat perekrutan anggota ISIS di Australia. Sementara itu, Badan Keamanan Israel, Shin Bet menangkap 3 warga Palestina yang diduga menjadi anggota kelompok ISIS dan merencanakan serangan ke wilayah Israel.
Pihak keamanan Arab Saudi telah menangkap 135 orang yang diduga akan melakukan tindakan teror di Arab Saudi (puluhan orang di antaranya diduga kuat terkait dengan gerakan kelompok militan ISIS). Berdasarkan data Kemendagri Arab Saudi, dari 135 orang yang ditangkap, 26 orang diantaranya warga asing, yang terdiri dari 16 warga Suriah, 3 warga Yaman, masing-masing 1 orang warga Mesir, Lebanon, Ethiopia, Bahrain, dan Irak.
Pengadilan Swiss hanya menyuruh seorang warga negaranya yang menjadi aktivis ISIS untuk bekerja sosial selama 600 jam dan tidak mengirimkannya ke penjara. Pasukan keamanan dari Hamas menangkap seorang Sheikh Salafi radikal dari kamp pengungsi Bureij di Gaza Tengah atas tuduhan menjadi anggota kelompok ISIS. Pengadilan New York mendakwa seorang mantan tentara AS, berinisial TNWP berusaha bergabung dengan para jihadis di Suriah, beberapa pekan setelah dipecat dari pekerjaannya sebagai teknisi pesawat di Timur Tengah.
FBI menangkap CL Cornell karena diduga akan membangun sel kelompok militan ISIS di AS dan membuat rencana teror, dengan membeli 2 senjata otomatis M-15 dan 600 amunisi. Kepolisian Spanyol menangkap 9 warganya di Catalonia, Barcelona dan Tarragona, yang disinyalir telah menjadi anggota kelompok ISIS. Kepolisian Spanyol menambahkan bahwa sepanjang 2015, sekitar 160 orang didakwa dan ditahan dalam kasus terkait ISIS. Mereka dikhawatirkan melancarkan serangan di Spanyol sekembalinya mereka dari Irak dan Suriah.
Kedua, banyaknya anggota ISIS yang tewas dalam beberapa pertempuran, termasuk mereka yang dieksekusi oleh kalangan ISIS sendiri dengan tuduhan tidak loyal dan membelot. Jaksa Agung Australia, George Brandis menyatakan, sekitar 20 anggota ISIS asal Australia telah tewas dalam konflik di Suriah dan Irak. Sedangkan, Kepala Operasi Gabungan Australian Defence Force (ADF), David Johnston mengatakan bahwa pihaknya bersama sekutu dalam operasi gabungan penumpasan kelompok ISIS di Irak berhasil menewaskan sekitar 9.500 orang anggota kelompok ISIS.
Ketiga, maraknya tuduhan pelanggaran HAM yang dilakukan ISIS seperti yang disampaikan beberapa kalangan. Observatorium Suriah untuk Hak Asasi Manusia menyatakan perang saudara di Suriah yang sudah berlangsung selama 4 tahun terakhir telah mengakibatkan sekitar 200.000 orang tewas. Dari jumlah tersebut, 63.074 orang di antaranya adalah warga sipil, 37.324 orang pemberontak Suriah, 22.624 orang pejuang jihad non-Suriah, 44.237 tentara Suriah, 28.974 para militer Angkatan Pertahanan Nasional, 624 anggota Syiah Lebanon, Hizbullah, dan 2.388 orang pejuang Syi’ah pro-rezim dari luar Suriah dan Lebanon. Sementara sekitar 3.011 orang lainnya tidak teridentifikasi.
Kelompok pemantau HAM Suriah yang berbasis di Inggris, Observatorium Suriah untuk HAM dalam laporannya pada akhir Desember 2014, menyatakan kelompok ISIS telah menewaskan sekitar 1.878 orang di Suriah selama 6 bulan terakhir, yang sebagian besar diantaranya warga sipil. Menurut Ketua Observatorium Suriah untuk HAM, dalam 6 bulan terakhir, ISIS juga telah membunuh 502 tentara Suriah dan 81 anggota kelompok oposisi Suriah.
Kementerian HAM Irak melaporkan sejumlah pelanggaran yang dilakukan oleh ISIS, antara lain pembunuhan sekitar 150 orang wanita Irak di Kota Fallujah yang dilakukan oleh seorang anggota ISIS yang dikenal dengan nama Abu Anas al-Libi karena menolak untuk menikah dengan anggota ISIS. Pemerintah Irak menduga ISIS telah menguburkan para wanita tersebut di dua kuburan massal, yaitu di kawasan Al-Zaghareed dan Al-Saqwaliya.
Keempat, pendapat beberapa tokoh dunia yang tidak simpatik terhadap ISIS. Salah satu pemimpin jaringan AQAP di Yaman mengkritisi tindakan pemenggalan yang dilakukan oleh kelompok ISIS yang dinilai sebagai tindakan yang jauh dari ajaran agama Islam. Pertengahan Desember 2014, satuan khusus ISIS mengeksekusi mati sejumlah orang dengan dipenggal dan dirajam, karena dinilai tidak mentaati peraturan ISIS.
Eksekusi mati tersebut terjadi di tengah alun-alun Kota Homs dan sejumlah kota lainnya di Suriah yang dikuasai ISIS. Selain itu, ISIS membunuh 16 anggota Suku Sunni Irak yang ikut berjuang melawan ISIS yaitu Suku Albu Nimr. ISIS terus menyerang daerah Suku Ash-Shuaitat dan melakukan pembantaian terhadap rakyatnya karena menolak untuk menyerahkan diri.
Kelima, tidak semua kelompok militan mendukung ISIS. Kelompok Taliban menyatakan penentangannya atas kehadiran ISIS di Afghanistan, dan telah memerintahkan para pejuangnya untuk memerangi para gerilyawan ISIS di negara tersebut. Hal ini menyusul beredarnya sebuah dokumen di Provinsi Helmand yang berisi penghinaan pemimpin ISIS Abu Bakar Al-Baghdadi terhadap pemimpin Taliban, Mullah Muhammad Omar, yang dinilai tidak memiliki kredibilitas secara spiritual maupun politis sebagai pemimpin perlawanan di Afghanistan.
Keenam, jalur propaganda ISIS melalui media sosial ditutup di beberapa negara. Aparat kemanan India menangkap pengelola akun twitter yang digunakan sebagai alat propaganda ISIS di India. Pemerintah India memblokir 32 situs yang diduga kontennya berisi dukungan terhadap kelompok ISIS. Sebelum ditutup, diketahui akun twitter memiliki 17.700 follower, termasuk banyak pelaku jihad asing.
Pakistan melakukan pemblokiran sementara terhadap situs penyedia layanan blog, WordPress. Sebelumnya, PTA juga pernah melakukan hal serupa terhadap situs jejaring sosial Facebook pada 2010 dan layanan Youtube pada 2012.
Ancaman ISIS
Salah satu ancaman yang dikhawatirkan banyak negara terkait keberadaan ISIS adalah ancaman kekerasan dan serangan teror dari warganya setelah kembali dari Suriah dan Irak. Jerman menjadi target serangan kelompok militan/ISIS, karena Jerman merupakan anggota aliansi internasional anti-ISIS. Jerman juga khawatir terhadap potensi kembalinya mereka untuk melancarkan serangan teror di dalam negeri.
Kementerian Dalam Negeri Jerman menyatakan, sekitar 200 orang yang bergabung dengan ISIS telah kembali ke Jerman dan sedang dalam pengawasan ketat aparat kepolisian Jerman. Sedangkan, otoritas Rusia menilai ISIS merupakan ancaman terbesar negaranya, mengingat banyak warga Rusia maupun negara-negara eks Uni Soviet yang telah bergabung dengan organisasi tersebut di Irak dan Suriah.
Uni Eropa mencatat Prancis dan Belgia sebagai negara yang penduduknya paling terimbas oleh radikalisasi kelompok ISIS. Komisaris Keadilan Uni Eropa, Vera Jouriva menyatakan, lebih dari 6.000 warga Eropa telah bergabung dengan kelompok ISIS. Menurut Jouriva, hal itu merupakan ancaman nyata bagi Eropa, terlebih bilamana mereka kembali ke Eropa dan melakukan aksi teror terhadap pemerintahannya.
Kasus teror di Inggris, Denmark, Finlandia, Prancis, Jerman dan Spanyol merupakan gambaran nyata bahwa Eropa sudah sangat rentan dengan ancaman ekstremisme yang semakin meluas. Menlu Turki Mevlut Cavusoglu memperkirakan sekitar 500 s.d. 700 warga negaranya bergabung dengan ISIS dan berjuang di Suriah dan Iraq. Menlu Cavusoglu menilai Ankara akan menjadi target serangan kelompok jihad ketika mereka kembali dari Suriah dan Irak.
Di samping itu, sejauh ini militer Irak dan pasukan Kurdi (Peshmerga), Brigade Al-Ahbab dan Al-Nasr yang merupakan milisi Syiah Irak, Brigade Al Quds, sayap militer elite Garda Revolusi Iran yang selama ini bertempur dengan ISIS kurang mendapatkan dukungan dari suku dan kaum muda di wilayahnya, sehingga wajar jika PM Irak menyerukan dilakukannya "revolusi suku" untuk melawan kelompok ISIS.
Al Abadi menekankan pentingnya peranan suku dan kaum muda dari provinsi-provinsi di Irak untuk turut ambil bagian dalam membebaskan wilayahnya masing-masing dari kelompok teroris. Di samping itu, Pemerintah Irak tidak akan memberikan wewenang terlalu besar kepada Peshmerga, karena takut akan meminta otonomi semakin luas di wilayah Mosul ketika nanti dapat mengalahkan ISIS.
Pertanyaannya sekarang ini adalah apakah ISIS akan mampu merealisasikan ancamannya sampai setidaknya 5 tahun ke depan? Jawabannya bisa saja, karena sejauh ini berdasarkan analisa force field analysis belum ditemukan adanya driving force dan restraining force yang dapat memperlemah kekuatan ISIS, walaupun ISIS memiliki kerentanan (vulnerability) yang cukup tinggi, antara lain semangat bertempur anggota ISIS lebih bernuansa mencari keuntungan ekonomis dibandingkan benar-benar akan mendirikan negara Islam serta mengalahkan ISIS adalah daya tarik tersendiri dari beberapa negara termasuk kelompok militan yang tidak sejalan dengan ISIS.
'Kekalahan' ISIS akan semakin cepat direalisasi jika penyebaran pemahaman Islam yang universal dan moderat guna menangkal pengaruh ekstrem pemahaman-pemahaman yang bersifat radikal yang dipasok ISIS dapat dilakukan terus menerus dan massif jika paham sekuler di Eropa semakin melemah karena Eropa sangat dipengaruhi oleh paham sekularisme yang sangat besar, sehingga sangat berpengaruh kepada ketaatan seseorang terhadap keyakinannya.
Last but not least, media mainstream internasional jangan menciptakan opini Islamophobia di masyarakat.
*) Toni Ervianto adalah alumnus Fisip Universitas Jember dan alumnus pasca sarjana Universitas Indonesia
(nwk/nwk)











































