Mengatasi Hantu Macet di Melbourne
Bagikan opini, gagasan, atau sudut pandang Anda mengenai isu-isu terkini
Kirim Tulisan

Catatan Kamisan Denny Indrayana

Mengatasi Hantu Macet di Melbourne

Kamis, 11 Agu 2016 09:49 WIB
Denny Indrayana
Catatan: Tulisan ini merupakan opini pribadi penulis dan tidak mencerminkan pandangan Redaksi detik.com
Foto: Denny Indrayana/Dokumentasi Pribadi
Melbourne - Kemacetan adalah hantu bagi masyarakat modern. Penyebabnya adalah: pertumbuhan penduduk yang berkali lipat, yang berjalan seiring dengan lompatan jumlah kendaraan bermotor, tetapi tidak diiringi dengan pertumbuhan infrastruktur, termasuk ketersediaan jalan raya yang memadai.

Menurut Wards Auto, untuk pertama kalinya dalam sejarah dunia, di tahun 2010 jumlah kendaraan bermotor melampaui angka 1 miliar, dan diperkirakan akan mencapai angka 2,5 miliar pada tahun 2050. Padahal di 1960, jumlah kendaraan bermotor baru berkisar pada angka 127 ribuan.

Apalagi jika ada momentum atau perayaan tertentu. Seperti macet di "Brexit" yang melegenda pada masa mudik lebaran yang baru lalu. Atau bila terjadi kecelakaan di jalur padat, sebagaimana sejarah dunia mencatat kemacetan terburuk terjadi di Cina pada Agustus 2010, ketika sebuah truk besar terbalik di jalan tol antara Beijing dan Tibet, yang menyebabkan kemacetan sepanjang 62 kilometer, dan baru lancar kembali setelah 12 hari!

SCROLL TO CONTINUE WITH CONTENT

Baca: Catatan Kamisan Denny Indrayana, Memotret Melbourne dan Australia

Saya tidak ingin mengulas lebih panjang soal hantu kemacetan itu. Salah satunya karena khawatir menyinggung perasaan penduduk Jakarta. Karena bagi mereka, macet adalah sobat karib keseharian. Menurut penelitian yang dilakukan oleh Castrol di tahun 2015, Jakarta menjadi juara pertama di dunia, sebagai kota dengan tingkat kemacetan paling buruk.

Kali ini, saya lebih ingin berbagi cerita tentang bagaimana pemerintah Melbourne menyediakan transportasi publiknya. Walaupun, pastinya masih berkait dengan upaya mengatasi hantu kemacetan. Jika macet adalah hantu, maka salah satu Ghostbuster-nya adalah tersedianya layanan transportasi publik yang dapat diandalkan.
Trem di Melbourne/ Foto: Denny Indrayana

Maka, kalau ada ungkapan, jika ingin melihat budaya tertib di suatu masyarakat, lihatlah budaya lalu lintasnya; Saya ingin memulai ungkapan baru: jika ingin menilai keberhasilan pelayanan publik suatu pemerintah, maka lihatlah bagaimana upaya pemerintah itu melakukan pelayanan transportasi publiknya.

Menurut The Economist, dalam lima tahun berturut-turut, hingga tahun 2015, Melbourne adalah peringkat pertama sebagai kota yang paling nyaman ditempati di dunia (the most livable city in the world). Di tahun 2015, Melbourne mendapatkan skor 97,5 dari nilai sempurna 100.
Trem di Melbourne - Foto: Denny Indrayana

Salah satu yang menentukan keberhasilan Melbourne adalah pelayanan publiknya, termasuk soal transportasi umum. Transportasi umum di Melbourne dikelola oleh Public Transport Victoria (PTV). Victoria adalah negara bagian di Australia, tempat kota Melbourne berada. PTV mengelola transportasi secara integral yang menyatukan pelayanan bus, trem dan kereta di antara wilayah Victoria, termasuk kota Melbourne.

Transportasi umum diupayakan aman. Kamera keamanan (CCTV) di pasang di semua kendaraan umum, untuk mengawasi kejahatan yang mungkin terjadi. Yang tidak kalah penting, kendaraan umum harus nyaman dan dapat diandalkan. Menurut laporan tahunan PTV 2015, ketepatan waktu pelayanan bus, trem, dan kereta masing-masing adalah 93,2%, 83%, dan 92,7%.
Mesin Tiket Myki di Melbourne/ Foto: Denny Indrayana

Soal ketepatan waktu itu selalu dilaporkan kepada publik setiap bulan, dan dapat dilihat pada pengumuman yang di tempel di kendaraan, atau diakses secara online di situs PTV. Dengan ketepatan waktu demikian, penumpang dapat merencanakan jadwal perjalanannyaβ€”termasuk untuk pergi dan pulang kantor dengan nyaman.

Apalagi, seluruh jalur, jadwal dan ketersambungan transportasi dapat diakses secara online melalui aplikasi PTV yang bisa diunduh secara gratis di telepon genggam para penumpang. Sistem lain yang memungkinkan keberhasilan kerja PTV adalah soal pertiketan.
Tiket Myki/ Foto: Denny Indrayana

Disebut Myki, tiket PTV adalah kartu yang dapat digunakan untuk menaiki semua kendaraan umum. Dengan memiliki kartu Myki, penumpang bisa pergi kemana saja menggunakan bus, trem dan kereta. Kartu Myki di jual di banyak toko, warung kaki lima, dan stasiun atau terminal.

Kartu Myki disiapkan dengan teknologi yang memungkinkan penggunaan tarif yang berbeda. Misalnya tarif pelajar lebih murah dari ongkos penumpang biasa.

Penumpang yang punya jadwal rutin juga bisa membeli ongkos untuk mingguan (weekly) ataupun bulanan (monthly) yang lebih murah, terutama jika dibandingkan apabila harus membeli ongkos harian. Satu kartu Miky dapat diisi ulang di mesin-mesin yang banyak tersedia di pusat kota, terminal dan stasiun.
Alat Sensor Kartu Myki/ Foto: Denny Indrayana

Pembayaran kartu Miky bisa dilakukan dengan uang kertas, logam atau kartu. Dengan kartu Myki itulah penumpang naik (touch-on) dan turun (touch-off) dari kendaaraan umum. Caranya cukup dengan menyentuhkan kartu Myki pada alat sensor yang telah tersedia di setiap bus, trem atau pintu masuk dan keluar stasiun.

Dengan sistem yang integral, berbasis teknologi, aman, nyaman dan dapat diandalkan demikian, tidak heran jika transportasi umum di Melbourne menjadi alternatif yang dipilih penumpang.

Banyak komuter yang tinggal di sekitar kota Melbourne memilih naik angkutan umum dari rumahnya menuju pusat kota. Atau, naik kendaraan pribadi, memarkirkan kendaraannya di stasiun, lalu melanjutkan perjalanan pulang-perginya dengan kereta.

Itulah sedikit catatan soal pelayanan transportasi umum di Victoria, khususnya di Melbourne. PTV telah cukup berhasil menjadi pembasmi hantu (ghostbuster) macet di Melbourne.

Lalu bagaimana soal penangkap hantu macet di Indonesia? Siapakah pembasmi kemacetan yang efektif di Jakarta? Catatan ini tidak sedang akan memilih antara Risma, Ahok, Sandiaga Uno atau siapapun kandidat gubernur Jakarta lainnya.

Biarlah penduduk Jakarta yang menentukan dengan bijak pada Pilgub 2017 tahun depan. Yang pasti, Jakarta dan kota besar lainnya di Indonesia juga harus bisa melawan hantu kemacetan, tentu dengan memperbaiki pelayanan transportasi umum, secara signifikan.

Keep on fighting for the better Indonesia. (*) (ega/ega)



Berita Terkait

 

 

 

 

 

 

 

 

Ajang penghargaan persembahan detikcom dengan Kejaksaan Agung Republik Indonesia (Kejagung RI) untuk menjaring jaksa-jaksa tangguh dan berprestasi di seluruh Indonesia.
Hide Ads