"Memang masih terus muncul semburan, tapi kondisinya fluktuatif. Karena semburan ini fenomena alam," ujar Kepala Humas Badan Penanggulan Lumpur Sidoarjo (BPLS) Dwinato Hesti Prasetyo kepada detikcom, Kamis (28/5/2015).
Dwi menerangkan, semburan di Tahun 2006 sampai 2009 adalah puncak volume material yang disemburkan yakni sekitar 100.000 meter kubik per hari. Tahun-tahun selanjutnya hingga mencapai yang ke 9 ini, kondisinya fluktuatif, namun terus mengalami penurunan.
"Kesimpulannya, menunjukkan gejala penurunan aktivitas. Semakin tahun semakin menurun," tuturnya.
Material semburan lumpur Lapindo ini terdiri dari 70 persen dalam bentuk cairan. Sedangkan 30 persen lainnya dalam bentuk padatan.
Semburan tersebut menenggelamkan dan menggenangi 16 desa di tiga kecamatan di Sidoarjo yakni Porong, Jabon dan Tanggulangin.
BPLS pun melakukan penanggulan sepanjang sekitar 10 kilometer dan luas mencapai 640 hektar dalam bentuk pond (kolam penampungan). Serta mengalirkan lumpur ke Kali Porong.
"Sekarang ini hanya ada satu pond seluas 640 hektar. Hitungan kami dapat menampung sekitar 60 juta meter kubik. Kondisi sekarang ini sudah terisi sekitar 50 juta meterkubik," jelasnya.
(Rois Jajeli/Imam Wahyudiyanta)











































