Sebelum dikebumikan, Ginan dibawa terlebih dahulu ke rumah duka di Jalan Dr Slamet, Kota Bandung, Jabar, Jumat (22/6/2018). Sejumlah kerabat, sahabat, rekan musisi dan handai taulan datang melayat aktivis HIV/Aids tersebut.
Para pelayat datang ke rumah duka sejak pagi. Mengenakan pakaian serba hitam, raut kesedihan tak dapat disembunyikan dari wajah pelayat. Sejumlah karangan bunga juga memenuhi rumah duka.
SCROLL TO CONTINUE WITH CONTENT
Salah seorang kerabat sekaligus pengurus Rumah Cemara, Indra Simorangkir mengaku kaget dengan meninggalnya sang sahabat. Padahal sore hari hingga petang kemarin, dia masih bersama-sama dengan Ginan.
"Dari jam empat sore saya bareng sama dia sampai malam. Sempat nonton bareng piala dunia Denmark lawan Australia. Pas babak pertama selesai, saya pulang ke rumah dia juga pulang ke rumahnya di Ciwaruga," kata Indra saat ditemui di rumah duka.
Saat sampai rumah, Indra justru mendapat kabar yang tak mengenakan. Teleponnya berdering dan seseorang menyampaikan bahwa Ginan pingsan di rumahnya.
"Dapat telepon dari temen bandnya, katanya pingsan. Saya kaget, saya buka WA (WhatsApp) ternyata bener pingsan," kata Indra.
Indra bergegas kembali lagi ke kediaman Ginan. Dia melihat dengan mata kepala sendiri bahwa sahabatnya itu benar pingsan.
"Saya datang ke rumahnya sudah tergeletak, tapi masih panas badannya. Saya bawa langsung ke rumah sakit. Tapi semua sudah terlambat. Diduga serangan jantung," tuturnya.
Indra jelas terpukul dengan meninggalnya Ginan. Apalagi sosok Ginan merupakan inspirasi baik bagi dirinya maupun bagi banyak orang.
"Jelas ya, kita sering diskusi melakukan kegiatan yang melebihi kegiatan kerja. Selalu barengan lah dengan saya," kata dia. (ern/ern)
Hoegeng Awards 2025
Baca kisah inspiratif kandidat polisi teladan di sini