Ketegangan antara Amerika Serikat (AS) dan Venezuela meningkat setelah AS memperluas operasi militer di seluruh kawasan Amerika Latin. Presiden Venezuela Nicolas Maduro berjoget ala Trump sambil menyerukan 'no crazy war'.
Washington mengerahkan personel Marinir, kapal-kapal perang, sejumlah jet tempur dan pesawat pengebom, kapal selam bertenaga nuklir, serta drone militer, ke kawasan Karibia, tepatnya ke dekat wilayah Venezuela, sejak Agustus lalu. Pengerahan militer semacam itu memicu spekulasi soal rencana serangan AS terhadap Venezuela, dengan tujuan menggulingkan rezim Maduro.
Regulator penerbangan AS pada Jumat (22/11) mengeluarkan peringatan untuk pesawat-pesawat sipil di wilayah udara Venezuela. Peringatan itu menyebut bahaya yang mungkin muncul imbas 'peningkatan aktivitas militer' di tengah peningkatan besar-besaran pasukan AS di kawasan Karibia.
SCROLL TO CONTINUE WITH CONTENT
"Ancaman-ancaman dapat menimbulkan risiko potensial bagi pesawat di semua ketinggian, termasuk selama penerbangan lintas udara, fase kedatangan dan keberangkatan penerbangan, dan/atau bandara dan pesawat di darat," demikian bunyi peringatan Otoritas Penerbangan Federal AS (FAA) tersebut.
AS telah mengirimkan satu kapal induk beserta kelompok tempurnya, sejumlah kapal perang Angkatan Laut, dan beberapa jet tempur siluman ke kawasan tersebut.
Peringatan FAA untuk pesawat sipil ini dirilis beberapa hari sebelum mulai berlakunya penetapan organisasi terorisme untuk kartel narkoba yang diduga dipimpin Maduro. Langkah AS itu diyakini sebagian pihak, dapat menjadi pertanda aksi militer terhadap pemerintahan Maduro.
Sejak awal September lalu, pasukan militer AS melancarkan rentetan serangan terhadap lebih dari 20 kapal yang diduga menyelundupkan narkoba di Laut Karibia dan Samudra Pasifik bagian timur, yang dilaporkan menewaskan lebih dari 80 orang.
Awal pekan ini, Presiden Donald Trump mengakui dirinya tidak mengesampingkan kemungkinan pengerahan pasukan AS ke wilayah Venezuela. Namun, Trump juga menambahkan bahwa dirinya "mungkin" akan melakukan pembicaraan dengan Maduro.
"Saya tidak mengesampingkan kemungkinan itu. Saya tidak mengesampingkan kemungkinan apa pun," tegas Trump, ketika ditanya oleh wartawan di Gedung Putih pada Senin (17/11) soal apakah dirinya akan mengesampingkan kemungkinan pengerahan pasukan AS ke daratan Venezuela.
"Kita hanya perlu mengurus Venezuela. Mereka membawa ratusan ribu orang ke negara kita dari penjara-penjara mereka," ucapnya.
"Kita memiliki perbatasan yang sangat ketat saat ini; tidak ada yang masuk, tetapi kita mendapati jutaan orang yang datang berbondong-bondong setahun lalu," imbuh Trump.
Maduro Joget Ala Trump
Maduro juga merespons ketegangan antara negaranya dengan AS dengan membuat musik remix berlirik pidatonya sendiri. Dia lalu berjoget seperti Presiden Amerika Serikat Donald Trump sambil diiringi musik remix pidato 'No crazy war'.
Dilansir Al-Jazeera dan Daily Mail, Kamis (27/11/2025), Maduro berjoget di atas panggung. Dia menggerakkan kaki dan tangannya seperti joget ala Trump.
Musik remix dengan lirik 'No crazy war, no crazy war, no, no, no, no' terdengar mengiringi gerakan Maduro. Maduro juga sempat berpidato di hadapan kaum muda Venezuela.
Dia meminta anak muda di negaranya terhubung dengan para pelajar di AS. Dia meminta anak-anak muda mendorong dialog dan perdamaian, bukan perang.β
β
"Dialog, ya. Perdamaian, ya. Menghormati, ya. Perang? Para pelajar, dengarkan saya, perang, tidak. Jangan, jangan ada perang," ujarnya.
Juru bicara Gedung Putih Anna Kelly mengomentari video Maduro itu. Dia mengatakan 'Gerakan khas dan aura tak tertandingi Presiden Trump sering ditiru, tetapi tidak pernah diduplikasi'.
Maduro Bilang Negaranya Tak Terkalahkan
Presiden Maduro menegaskan negaranya 'tidak terkalahkan' di tengah ketegangan yang meningkat dengan Amerika Serikat (AS). Dalam pesan terbarunya, Maduro mengatakan bahwa AS tidak akan dapat mengalahkan Venezuela.
Seperti dilansir Anadolu Agency, Rabu (26/11/2025), Maduro yang berbicara dalam sebuah program televisi setempat menyampaikan rasa terima kasih kepada "semua orang yang telah dengan berani mendukung" negaranya.
"Meskipun perang psikologis dan politik yang telah kita alami selama berbulan-bulan, kita menerima pesan-pesan dukungan yang tak terlukiskan jumlahnya," kata Maduro dalam pernyataannya pada Selasa (25/11) waktu setempat.
Pernyataan ini mencuat setelah laporan sejumlah media, terutama Axios, menyebut dialog antara Maduro dan Trump sedang dalam tahap perencanaan. Trump dilaporkan telah memberitahu para penasihatnya soal keinginannya berdialog langsung dengan Maduro di tengah ketegangan yang meningkat.
Mengutip seorang pejabat AS yang tidak disebut namanya, Axios melaporkan bahwa sejauh ini belum ada tanggal pasti untuk dialog antara Trump dan Maduro yang akan dilakukan via telepon tersebut. "Masih dalam tahap perencanaan," sebut pejabat AS itu.
Tonton juga Video: Presiden Venezuela Joget ala Trump, Tolak Perang Lawan AS











































