Dikepung Sanksi Internasional, Iran Naikkan Harga BBM

Dikepung Sanksi Internasional, Iran Naikkan Harga BBM

Novi Christiastuti - detikNews
Rabu, 26 Nov 2025 16:07 WIB
Bendera Iran
Ilustrasi (dok. REUTERS/Morteza Nikoubazl)
Teheran -

Iran memberlakukan kenaikan harga bensin secara terbatas, tepatnya bagi para pengendara yang menggunakan lebih dari 160 liter bahan bakar per bulan. Keputusan ini diumumkan di tengah tekanan untuk mengurangi subsidi bahan bakar, saat perekonomian Teheran terpuruk akibat rentetan sanksi internasional.

Iran saat ini tercatat memiliki harga bensin paling murah di dunia. Berdasarkan keputusan terbaru kabinet pemerintahan Iran yang dilaporkan televisi pemerintah Teheran, seperti dilansir AFP, Rabu (26/11/2025), akan diberlakukan level harga ketiga untuk bensin mulai pertengahan bulan Azar, atau per 6 Desember mendatang.

Level harga pertama, menurut keputusan kabinet itu, tidak akan berubah, yakni sebesar 15.000 Rial Iran, atau setara Rp 5.936, per liter yang berlaku untuk pembelian 60 liter pertama setiap bulannya.

SCROLL TO CONTINUE WITH CONTENT

Level harga kedua, berdasarkan keputusan kabinet Iran, juga tidak akan berubah, sebesar 30.000 Rial Iran, atau setara Rp 11.872, per liter berlaku untuk pembelian 100 liter berikutnya setiap bulan.

ADVERTISEMENT

Level harga ketiga, menurut keputusan terbaru kabinet, akan diberlakukan setelah penggunaan 160 liter bahan bakar setiap bulan. Berdasarkan level harga ketiga ini, setiap konsumen harus membayar harga sebesar 50.000 Rial Iran, atau setara Rp 19.787, per liternya.

Juru bicara pemerintah Iran, Fatemeh Mohajerani, mengatakan kepada televisi pemerintah bahwa para pengemudi mobil buatan Iran yang baru diproduksi maupun para pengguna kendaraan impor tidak akan diikutsertakan dalam subsidi bahan bakar.

Dengan kata lain, Mohajerani menjelaskan bahwa mereka harus membayar harga 50.000 Rial Iran (Rp 19.787) per liter setiap kali mengisi bahan bakar.

"Tidak diragukan lagi bahwa harga bensin seharusnya dinaikkan," kata Presiden Iran Masoud Pezeshkian dalam pernyataannya bulan lalu.

"Tetapi apakah semudah itu untuk mengintervensi harga? Kita harus mempertimbangkan ribuan variabel, merencanakan, dan memikirkan solusinya," imbuhnya.

Terakhir kali harga bensin dinaikkan, unjuk rasa berlangsung secara besar-besaran di Iran.

Pada November 2019 lalu, unjuk rasa mematikan terjadi hanya beberapa jam setelah harga bahan bakar naik hingga 200 persen. Para pengendara memblokir ruas jalanan di ibu kota Teheran sebelum kerusuhan menyebar ke setidaknya 40 titik di pusat kota tersebut.

Dalam aksinya pada saat itu, para demonstran membakar pom bensin, menyerang kantor polisi, dan menjarah toko-toko setempat. Akses internet juga mengalami pembatasan ketat di negara itu selama sepekan.

Perekonomian Iran terpuruk akibat rentetan sanksi yang dijatuhkan setelah Amerika Serikat (AS) dan negara-negara Barat lainnya menuduh Teheran berupaya mempersenjatai program nuklirnya. Iran berulang kali membantah tuduhan itu, dan bersikeras menegaskan aktivitas nuklirnya hanya untuk tujuan damai.

Simak juga Video: Alasan Iran Masih Ogah Kerja Sama dengan AS

Halaman 3 dari 2
(nvc/ita)



Berita Terkait

 

 

 

 

 

 

 

 


Hide Ads