Setidaknya satu pesawat pengebom B-1B milik Amerika Serikat (AS) mengudara di atas Laut Karibia, tepatnya di lepas pantai Venezuela, pada Kamis (23/10) waktu setempat. Ini menjadi aksi pamer kekuatan kedua oleh pesawat militer AS di kawasan Karibia dalam sepekan terakhir.
Presiden AS Donald Trump mengklaim laporan pengerahan pesawat pengebom B-1B ke wilayah dekat Venezuela itu tidak benar.
Namun, data pelacakan penerbangan dari situs Flightradar24, seperti dilansir AFP, Jumat (24/10/2025), menunjukkan sebuah pesawat pengebom B-1B terbang menuju ke pantai Venezuela pada Kamis (23/10) sore, sebelum berbalik arah dan bergerak menuju ke arah utara, lalu menghilang dari pandangan.
SCROLL TO CONTINUE WITH CONTENT
Penerbangan pesawat pengebom AS di lepas pantai Venezuela itu dilakukan saat Washington mengerahkan kampanye militer terhadap para terduga pengedar narkoba di kawasan Karibia, dengan mengerahkan aset militer yang memicu kekhawatiran di Caracas bahwa perubahan rezim adalah tujuan akhir AS.
Saat ditanya wartawan di sela-sela acara di Gedung Putih tentang laporan media yang menyebut AS mengirimkan pesawat pengebom B-1B ke dekat Venezuela, Trump menjawab: "Tidak, itu tidak benar".
Tetapi Trump mengatakan bahwa Washington "sangat tidak senang dengan Venezuela karena berbagai alasan".
Dia kemudian menambahkan bahwa akan segera ada "aksi darat" di Venezuela.
Penerbangan pesawat pengebom B-1B itu terdeteksi sekitar seminggu setelah pesawat pengebom AS lainnya, jenis B-52, yang berbasis di AS terdeteksi terbang berputar-putar di atas lepas pantai Venezuela selama beberapa jam.
Militer AS, pada saat itu, menggambarkan misi tersebut sebagai demonstrasi komitmen Washington "untuk secara proaktif mencegah ancaman musuh, meningkatkan pelatihan awak, dan memastikan kesiapan pasukan global yang diperlukan untuk merespons setiap kontingensi atau tantangan".
AS telah mengerahkan pesawat-pesawat tempur siluman dan kapal-kapal Angkatan Laut sebagai bagian dari apa yang disebutnya sebagai upaya menangkal perdagangan narkoba di kawasan Karibia. Namun sejauh ini, Washington belum merilis bukti bahwa target-targetnya -- delapan kapal dan sebuah kapal semi-submersible -- sedang menyelundupkan narkoba saat diserang.
Serangan-serangan AS yang dimulai sejak 2 September lalu, menurut penghitungan AFP berdasarkan data AS, telah menewaskan sedikitnya 37 orang.
Ketegangan regional telah meningkat akibat kampanye tersebut, dengan Venezuela menuduh AS berkomplot untuk menggulingkan Presiden Nicolas Maduro. Pada Rabu (22/10), Maduro mengatakan negaranya memiliki 5.000 rudal darat-ke-udara portabel buatan AS untuk melawan pasukan AS.
Simak juga Video 'Presiden Venezuela Berbahasa Inggris: Not to War, Yes Peace!':











































