Presiden Afsel Desak Israel Bebaskan Aktivis Flotilla Termasuk Cucu Mandela

Presiden Afsel Desak Israel Bebaskan Aktivis Flotilla Termasuk Cucu Mandela

Novi Christiastuti - detikNews
Jumat, 03 Okt 2025 13:28 WIB
A group of ships of the Global Sumud Flotilla to Gaza are shown moored at the small island of Koufonisi, south of the island of Crete on September 26, 2025. After a reported attack by drones early on September 25, 2025 morning, Athens has said it will guarantee safe sailing in its waters. The Global Sumud Flotilla, carrying activists including Swedish environmentalist Greta Thunberg, blamed Israel for more than a dozen explosions heard around its vessels off Greece late on September 24, 2025. (Photo by Eleftherios ELIS / AFP)
Kapal-kapal Global Sumud Flotilla saat berlabuh di Koufonisi, Yunani, pada 24 September lalu, sebelum melanjutkan perjalanan ke Jalur Gaza (dok. AFP/ELEFTHERIOS ELIS)
Pretoria -

Presiden Afrika Selatan (Afsel) Cyril Ramaphosa mendesak Israel untuk membebaskan para aktivis yang ditahan, setelah rombongan kapal Global Sumud Flotilla dicegat Israel saat berlayar membawa bantuan ke Jalur Gaza. Terdapat cucu mantan Presiden Nelson Mandela di antara para aktivis yang ditahan Israel.

Ramaphosa dalam pernyataannya, seperti dilansir Al Arabiya, Jumat (3/10/2025), juga mengecam pencegatan yang dilakukan pasukan Israel terhadap puluhan kapal itu sebagai pelanggaran hukum internasional.

"Pencegatan Global Sumud Flotilla merupakan pelanggaran berat lainnya yang dilakukan oleh Israel terhadap solidaritas dan sentimen global yang bertujuan untuk meringankan penderitaan di Gaza dan memajukan perdamaian di kawasan tersebut," kata Ramaphosa dalam pernyataannya pada Kamis (2/10).

SCROLL TO CONTINUE WITH CONTENT

Afrika Selatan telah menggugat Israel ke Mahkamah Internasional (ICJ), menuduh negara Yahudi itu melakukan genosida atas perang yang menghancurkan di Jalur Gaza. Tuduhan itu telah dibantah keras oleh Israel.

ADVERTISEMENT

Dalam pernyataannya, Ramaphosa menyebut pencegatan armada kapal yang membawa bantuan kemanusiaan oleh pasukan Israel di perairan internasional itu telah melanggar putusan Mahkamah Internasional yang menyatakan bahwa bantuan kemanusiaan harus diizinkan mengalir tanpa hambatan.

Global Sumud Flotilla, yang melibatkan sekitar 45 kapal yang membawa para politisi dan aktivis dari berbagai negara termasuk aktivis Swedia Greta Thunberg, berangkat dari Spanyol bulan lalu dengan tujuan menembus blokade Israel atas Jalur Gaza.

Cucu laki-laki mendiang Mandela, Nkosi Zwelivelile Mandela, atau yang akrab dipanggil Mandla, ikut dalam misi Global Sumud Flotilla tersebut.

Dalam wawancara dengan Reuters sebelum meninggalkan Afrika Selatan untuk bergabung dengan misi itu, Mandla mengatakan bahwa kehidupan warga Israel di bawah pendudukan Israel lebih buruk daripada apa pun yang dialami warga kulit hitam Afrika Selatan di bawah apartheid.

Israel selalu menolak perbandingan antara kehidupan warga Palestina di bawah pendudukannya atau blokade ekonomi selama lebih dari setengah abad dengan era apartheid di Afrika Selatan, ketika mayoritas warga kulit hitam diperintah oleh pemerintahan minoritas kulit putih yang represif.

Sementara itu, penyelenggara Global Sumud Flotilla, seperti dilansir Anadolu Agency, mengonfirmasi bahwa lebih dari 450 aktivis dari 47 negara telah dipindahkan ke pelabuhan Ashdod di Israel bagian selatan setelah sebagian besar kapal dicegat pasukan Tel Aviv.

Kementerian Luar Negeri Israel mengatakan bahwa para aktivis yang ditahan akan dideportasi ke Eropa setelah dibawa ke pelabuhan Ashdod.

Tel Aviv juga mengakui bahwa ada satu kapal Global Sumud Flotilla yang masih berlayar di kejauhan, dan bersumpah akan mencegahnya mendekati Jalur Gaza.

Halaman 2 dari 2
(nvc/ita)



Berita Terkait

 

 

 

 

 

 

 

 


Hide Ads